Proefstations diperkenalkan oleh Gerrit Jan Mulder pada tahun 1848 pada Pabrik Gula di Bogor yang selanjutnya menjadi kebutuhan penting di pabrik Gula.
Gerrit Jan Mulder sebagai penasehat Pemerintah berpendapat bahwa produsen gula harus menerapkan teknologi paling optimal, teknologi yang disesuaikan dengan situasi di Jawa.
Ini berarti bahwa dalam kemungkinan teknik yang digunakan, kombinasi yang dipilih itu menghasilkan hasil yang paling ekonomis, baik untuk pemerintah dan untuk produsen gula.
Sementara, teknologi modern memerlukan bahan bakar kayu dan batu bara yang mahal sehingga tidak dapat menutupi biaya produksi, sedangkan teknologi yang optimal di Jawa yaitu teknologi dengan basis bahan bakar air sebagai penggerak mesin uap.
Berdasarkan inovasi tersebut, sejak tahun 1885 keberadaan Stasiun Pengujian atau Proefstations memiliki peran besar dalam keberhasilan produksi Gula di Jawa (Leidelmeijer:1997).
Sejauh mata memandang, dan mungkin saya adalah penyuka sejarah. Bangunan pabrik yang berdiri di dalam kompleks seluas 10,6 hektar ini, menjadi daya tarik pengguna Jalan Tol Trans-Jawa mengarah ke Jakarta.
Ia didominasi material bata merah tanpa plesteran memiliki ornamen klasik sehingga menyuguhkan kesan retro. Sisa-sisa besi lawas bekas alat pemroses gula, tegel kuno, dan detil otentik berupa nama pembuat tiang besi yang dipatri di sisi tiang, melahirkan aroma romantisme masa lalu yang kental. Seakan ia ingin mengatakan: "Aku pernah Jaya".
Ia paling muda yang ada di Kota Telur Asin. Ia mulai beroperasi di tahun 1913.
Ia tetap dibiarkan tua. Namun, untuk menjadi rest area atau Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP) bangunannya dikemas menjadi lebih modern, dan dilengkapi fasilitas masjid yang tak kalah unik dari bangunan utama.
Masjid ini dirancang dengan ornamen batu bata merah. Meski tanpa pendingin ruangan, suasana di dalam masjid tidak akan terasa gerah. Ini berkat bagian ventilasi bangunan yang dirancang menarik dengan celah-celah batu bata tersusun rapi.