"Aku katakan padamu, aku telah membakar surga dan membangkitkan orang-orang yang telah mati. Dan kau telah mengerti jika orang-orang mati tidak akan pernah bernyanyi tentang cahaya yang berselimut tirai suci," Lidah api terjulur dari sela bibir Sanumerta.
"Pilih, Sanumerta!"
"Aku berkata padamu, aku telah padamkan neraka dengan melempar anakku padanya! Dan kau juga mengerti bahwa surga belum memasuki masa untuk bernyanyi. Ia masih menahan diri dan berlapar dalam derita yang kalian katakan sebagai deru nestapa di dunia!" seru Sanumerta dengan api yang berkobar di kepalanya.
"Pilih, Sanumerta!"
"Aku berkata padamu, aku telah basahi Sahara dengan air merah istriku! Dan kau telah memahami cinta adalah kebebasan yang megah dan belenggu yang hina. Ia menyelami sisi baik manusia dan membongkarnya, lalu tampak oleh para pengembara bahwa kebusukan ada di dalam cinta!" Sanumerta membakar angkasa.
"Pilih, Sanumerta!"
"Aku berkata padamu, aku telah membunuh-Nya dengan belati yang menembus lambung binal bergincu! Dan kau mengetahui jika darah yang tumpah adalah bagian rencana-Nya. Aku berada dalam genggam-Nya tetapi Ia tak mau disalahkan.Â
Gelas telah beredar di banyak pesta perkawinan dan cinta telah terbakar. Lalu, kau menyuruhku untuk memilih!" Tubuh Sanumerta berguncang hebat.
"Pilih, Sanumerta!"
"Aku telah terbaring lemas. Aku tertumpas. Â Aku telah membakar kemuliaan yang disanjung banyak orang. Melempar kesucian ke dalam lembah-lembah yang kelam. Jubah kesombongan aku hancurkan di padang gersang dan berapi.Â
Kain kelembutan telah aku rendam dalam air mata api. Aku tenggelamkan ia ke dalam sumur-sumur nestapa. Aku bakar ia dengan jilat matahari yang kelauar dari hatiku!" lengking Sanumerta menyayat telinga.