Mohon tunggu...
Oki Triono Aski
Oki Triono Aski Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PMM Universitas Syiah Kuala - Universitas Islam Nusantara

Saya merupakan seorang Mahasiswa semester 6 yang sedang menempuh pendidikan program S1 Akuntansi di Universitas Islam Nusantara Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Academic Fraud: Penyebab Mahasiswa Akuntansi Melakukan Kecurangan Akademik

6 Maret 2024   04:20 Diperbarui: 6 Maret 2024   04:22 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Integritas adalah nilai yang esensial dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pendidikan akuntansi. Pendidikan akuntansi harus mampu melahirkan akuntan yang profesional dan beretika, sesuai dengan tuntutan dunia bisnis. Pemerintah Indonesia memiliki peran utama dalam mengatur proses pendidikan untuk pembangunan karakter yang berintegritas (Pramudyastuti, Susilo, & Miranda, 2021). 

Namun, fenomena Pelanggaran akademik semakin meningkat dari tahun ke tahun. Integritas bukan hanya tentang ketidakjujuran dan plagiarisme, tetapi juga melibatkan komitmen terhadap kejujuran, tanggung jawab, kepercayaan, keadilan, dan penghargaan terhadap karya orang lain. Integritas akademik dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal individu (Hafizha, 2021). Perilaku tidak ber-integritas seringkali melahirkan tindakan-tindakan tidak bermoral atau kecurangan.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (2013) menyatakan bahwa kecurangan (fraud) Kecurangan adalah tindakan disengaja oleh individu atau lebih dalam manajemen atau tanggung jawab tata kelola, maupun pegawai, yang melibatkan penggunaan tipu daya untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil atau melanggar hukum. 

Perilaku curang tidak hanya terbatas pada sektor bisnis, tetapi juga terjadi pada sektor nirlaba, termasuk lembaga pendidikan. Contoh konkret dari kecurangan non-ekonomi dalam lembaga pendidikan adalah perilaku kecurangan akademik (academic fraud). Kecurangan akademik melanggar prinsip kejujuran dalam pendidikan. 

Banyak mahasiswa melakukan kecurangan untuk meningkatkan IPK tanpa menyadari bahwa ini melanggar etika. Proses pendidikan tidak hanya tentang hasil, tapi juga prosesnya. Pembelajaran sejati terjadi melalui proses pencapaian tujuan, bukan hanya pada hasil akhir (Pramudyastuti, Susilo, & Miranda, 2021).

Lalu apa saja yang menyebabkan kecurangan akademik?

            Menurut Pramudyastuti, Susilo, & Miranda (2021) Dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan Crowe's Fraud Pentagon untuk mengidentifikasi beberapa bentuk perilaku kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa akuntansi. Aspek-aspek yang digunakan adalah tekanan, peluang, rasionalisasi, kompetensi, dan arogansi. Bentuk perilaku kecurangan akademik adalah sebagai berikut:

Tekanan Akademik dan Penipuan

Tekanan merupakan dorongan yang dapat menyebabkan kondisi yang tidak menyenangkan, dan dapat memberikan dampak positif atau negatif. Dalam penelitian Pramudyastuti, Susilo, & Miranda (2021), tekanan diidentifikasi sebagai faktor yang menyebabkan perilaku kecurangan akademik. 

Sebagian besar responden mengalami tekanan dari pihak luar seperti orang tua yang menuntut prestasi akademik tinggi tanpa memberikan pemahaman yang memadai, tuntutan untuk menyelesaikan kuliah dan lulus tepat waktu, aturan akademik kampus, persaingan antara mahasiswa, dan syarat untuk mendapatkan beasiswa. 

Beberapa mahasiswa mengakui bahwa tekanan ini mendorong mereka untuk melakukan kecurangan akademik, terutama dalam mencari beasiswa karena persaingan yang ketat. Oleh karena itu, penting untuk mengelola kesehatan mental mahasiswa dengan memberikan konseling dan dukungan yang tepat, baik dari dosen atau pihak lain, sebagai solusi untuk mengatasi tekanan yang mungkin memicu perilaku kecurangan akademik.

Peluang dan Penipuan Akademik

Peluang merupakan situasi di mana seseorang mendapatkan keberuntungan atau kesempatan yang menguntungkan bagi mereka. Berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian Pramudyastuti, Susilo, & Miranda (2021), ditemukan bahwa kelemahan dalam sistem pengendalian internal pembelajaran menjadi faktor penyebab terjadinya kecurangan akademik. 

Argumentasi dari mahasiswa termasuk sistem ujian yang lemah, penerapan sanksi yang tidak tegas, dan kurangnya keseriusan dosen dalam mengoreksi soal atau tugas. Selain itu, empat responden juga mengungkapkan bahwa peluang untuk melakukan kecurangan akademik diperkuat oleh lemahnya sistem pengawasan selama ujian. Tim pengawas terkadang tidak memperhatikan peserta ujian dengan baik, sehingga siswa merasa lebih mudah untuk melakukan kecurangan..

Rasionalisasi dan Penipuan

Terdapat berbagai alasan yang disampaikan oleh responden mengenai motivasi mereka melakukan kecurangan akademik. Sebagian besar responden menggunakan rasionalisasi klasik bahwa kecurangan yang mereka lakukan dianggap sebagai upaya positif untuk meningkatkan kredibilitas lembaga pendidikan. Ironisnya, meskipun rasionalisasi ini sebagian benar, beberapa peraturan pendidikan cenderung menekankan hasil daripada proses.

Beberapa responden juga menganggap bahwa kecurangan akan ditoleransi oleh teman dekat mereka sebagai upaya untuk meningkatkan indeks prestasi. Ada juga pendapat bahwa kecurangan adalah hasil dari lemahnya sistem pendidikan dan tidak bisa sepenuhnya disalahkan pada individu. Salah satu rasionalisasi yang umum adalah ketidakjelasan instruksi dari dosen dalam memberikan tugas, yang membuat mahasiswa merasa perlu untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas tersebut. (Pramudyastuti et al., 2021)

Kompetensi Akademik

Kompetensi dalam hal ini merujuk pada kemampuan untuk menganalisis peluang untuk melakukan kecurangan. Kemampuan ini didasarkan pada informasi tentang kelemahan sistem dan peluang lainnya, yang membuat siswa merasa mampu melakukan kecurangan. Sebanyak 7 dari 10 responden menyatakan merasa memiliki kemampuan untuk melakukan kecurangan dengan aman. 

Strategi kecurangan yang digunakan bervariasi, seperti pertukaran jawaban dengan kelas lain yang sudah melaksanakan ulangan atau ujian, serta bekerja sama dengan teman untuk bertukar jawaban (Pramudyastuti et al., 2021).

Arogansi dan Penipuan

Arogansi adalah kesombongan yang muncul dari dalam diri seseorang. Dalam Crowe's Fraud Pentagon, arogansi merupakan aspek terakhir yang dapat mendorong rasa percaya diri dan keberanian untuk berbuat curang.

Dalam penelitian Pramudyastuti et al. (2021), lima dari sepuluh responden mengakui bahwa kesombongan mereka mendorong mereka untuk melakukan kecurangan akademik. Mereka merasa bahwa sistem yang ada tidak cukup efektif dalam memberikan efek jera, dan mereka menilai bahwa melakukan kecurangan bukanlah hal yang mudah sehingga merasa senang jika berhasil melakukannya. 

Hal ini menunjukkan bahwa arogansi merupakan faktor yang signifikan dalam mendorong kecurangan akademik mahasiswa (Pramudyastuti et al., 2021).


Bagaimana cara mencegah tindakan kecurangan akademik (academic fraud)?

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi, meminimalisir, dan mencegah kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan mengenai kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut:

  • Tekanan: Preventif terhadap tekanan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan intensif kepada siswa, menyelenggarakan kegiatan yang mencegah kecurangan, mengadakan seminar psikologi, serta memberikan bimbingan rohani dan mental untuk membangun akhlak yang baik.
  • Peluang: Upaya untuk mengurangi peluang kecurangan meliputi peningkatan pengawasan dengan CCTV, penataan ruang ujian yang baik, pemantauan terhadap proses pembelajaran dosen, dan pemetaan kelompok kecil.
  • Rasionalisasi: Rasionalisasi kecurangan akademik dapat diminimalisir dengan memberlakukan sanksi yang tegas, serta mengubah persepsi bahwa kecurangan adalah hal yang wajar.
  • Kompetensi: Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian internal dapat mengurangi kesenjangan untuk melakukan kecurangan, sementara pembaruan jenis soal dan tugas juga diperlukan untuk mengurangi motivasi kecurangan.
  • Arogansi: Perguruan tinggi perlu menciptakan suasana akademik yang kondusif, menegaskan sanksi bagi pelaku kecurangan, menanamkan nilai etika melalui kegiatan tambahan di luar perkuliahan, dan memberikan apresiasi terhadap prestasi siswa.

Berdasarkan penelusuran, tindakan kecurangan akademik di kalangan mahasiswa akuntansi merupakan fenomena umum di berbagai perguruan tinggi. Teori kecurangan baru, yaitu Teori Pentagon Kecurangan, menjelaskan lima faktor yang mendorong perilaku kecurangan, termasuk tekanan, peluang, rasionalisasi, kompetensi, dan arogansi.

Penelitian awal menunjukkan bahwa tekanan, khususnya dari luar, mendorong mahasiswa untuk mencapai IPK yang tinggi. Tekanan tersebut membuat mahasiswa melihat peluang dalam sistem pembelajaran yang longgar, baik dalam pengawasan ujian maupun peraturan dosen. 

Rasionalisasi kemudian membenarkan perilaku kecurangan agar tidak bertentangan dengan etika. Kompetensi memberikan keyakinan kepada mahasiswa untuk melakukan kecurangan dengan percaya diri. Terakhir, arogansi terkadang menjadi faktor mahasiswa melakukan kecurangan karena kesombongan.

Referensi

Hafizha, R. (2021). PENTINGNYA INTEGRITAS AKADEMIK. Journal of Education and Counseling, 1(2), 115-124. Retrieved Maret 6, 2024

Pramudyastuti, O. L., Susilo, G. F., & Miranda, D. P. (2021). Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi:.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun