Mohon tunggu...
Khusnul Khofiva
Khusnul Khofiva Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mari Belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Kondisi ABK dan Pola Interaksinya dalam Sekolah Inklusi

10 Juli 2021   08:52 Diperbarui: 10 Juli 2021   08:58 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak yang tumbuh dan berkembang dengan berbagai perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Istilah anak-anak dengan kebutuhan khusus ini tidak mengacu pada sebutan untuk anak-anak penyandang cacat, tetapi lebih tepatnya mengacu pada layanan khusus yang dibutuhkan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Nah ada berbagai jenis kategori dalam lingkup jangka waktu anak-anak dengan kebutuhan khusus. Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia, anak-anak dengan kebutuhan khusus dikategorikan dalam hal anak-anak tunanetra, anak-anak tuna rungu, anak-anak dengan kecacatan intelektual, anak-anak penyandang cacat motorik, anak-anak dengan gangguan emosi sosial, dan anak-anak dengan bakat cerdas dan khusus. Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan yang lain. Selain itu, setiap anak dengan kebutuhan khusus juga membutuhkan layanan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik mereka.

Secara sederhana, anak berkebutuhan khusus itu dapat diartikan sebagai anak yang memerlukan layanan khusus untuk dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik. Hal tersebut mencakup anak-anak yang mengalami permasalahan maupun yang memiliki kelebihan terkait tumbuh kembang yang kaitannya dengan intelegensi, inderawi, dan anggota gerak. Seperti yang diungkapkan oleh Efendi (2006) bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan suatu kondisi yang berbeda dari rata-rata anak pada umumnya. Perbedaan tersebut dapat berupa kelebihan maupun kekurangan. Dari adanya perbedaan ini, akan menimbulkan berbagai akibat bagi penyandangnya. Heward menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik (Rejeki & Hermawan, 2010).

Mengenal jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, anak berkebutuhan khusus berdasarkan hambatan atau penyimpangan yang dialami yaitu hambatan fisik, mental-intelektual, sosial emosional, dan juga komunikasi. Maka, jenis-jenis anak berkebutuhan khusus dikategorikan menjadi tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, tuna sosial (laras), anak berbakat dan juga anak autis. Selanjutnya akan dibahas satu persatu sebagai berikut:

Anak Tuna Netra

Mengenal anak tuna netra lebih dini akan membantu memperbaiki atau memfungsikan kemampuan penglihatan atau kemampuan indra lain yang masih ada. Ketunanetraan dapat mengakibatkan penderita kehilangan kemampuan untuk mengenal dunia seisinya melalui daya penglihatannya. Dengan demikian, bagi penderita tuna netra mereka mengenali dunia sekelilingnya melalui pendengaran dan juga perabaan. Dengan menegnal dan memahami anak tuna netra sejak dini setidaknya kita dapat mengembangkan kemampuannya dengan mendayagunakan indra lainnya agar dapat hidup secara wajar.

Anak Tuna Rungu

Mengenal anak tuna rungu sejak dini akan bermanfaat untuk membantu mengembangkan bahasanya, karena semakin dini diketahui bahwa anak mengalami kelainan pendengaran maka akan diupayakan bagaimana memberikan layanan yang sesuai dengan kekurangan yang dimiliki anak. Yang paling mendasar harus diketahui orang tua atau guru bagi anak tuna rungu adalah hambatan bahasa dan juga kominikasi, sehingga yang harus diupayakan bagi orang tua ataupun guru adalah memberikan bantuan dalam mengembangkan bahasa dan juga bicaranya. Semakin dini (sejak kecil) anak tuna rungu diberikan pelatihan dengan bahasa oral, maka anak akan berkembang pesat kemajuan bahasanya sebab mereka akan belajar mengucapkan ujaran-ujaran dalam kata atau kalimat karena di saat ini organ bicara anak masih belum terlalu kaku. Disisi lain dengan memberikan layanan bimbingan bahasa atau bicara sejak dini juga dapat menyadarkan anak tuna rungu tentang pentingnya bicara dan komunikasi serta membiasakan anak agar tidak merasa malu dan juga minder untuk melatih berbicara dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Anak Tuna Grahita

Mengenal anak tuna grahita sejak dini juga akan membantu anak dalam hal menanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehari-hari seperti mengurus diri sendiri (makan, minum, mandi, berpakaian dan sebagainya) agar tidak menggantungkan orang lain. Dalam hal ketergantungan anak tuna grahita tentang mengurus dirinya sendiri sebenarnya tergantung pada tingkat ketunagrahitaan yang dialami anak, jika anak tuna grahita ringan seperti anak debil,maka mereka dengan mudah dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang tua atau keluarga, tetapi jika anak tuna grahita yang termasuk dalam kategori embisil apalagi idiot, maka latihan mengurus dirinya sendiri seperti cara memakai baju, mandi, makan dan memakai pembalut bagi wanita yang sudah datang bulan dan yang lainnya bagi anak ini memang harus ditanamkan sejak dini. Selain melatih mengurus dirinya sendiri kita juga bisa melatih kemampuan minimal kognitifnya melalui stimulus-stimulus  yang mengembangkan kemampuan berpikir atau mengingat. Seperti dilatih membaca, menulis, berhitung sederhana dll.

Anak Tuna Daksa

Mengenal anak tuna sejak dini juga akan berdampak positif pada anak sebab dengan memahami mereka kita akan mampu bersikap dan berperilaku yang tidak bertentangan dengan kondisi dirinya. Dengan kelainan pada tubuhnya meneyebabkan anak menjadi memiliki konsep yang negatif pada dirinya. Penyandang tuna daksa umumnya memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Dengan kondisi tersebut, akan lebih baik jika kita menegerti dan memahami anak tuna daksa tersebut dengan memberikan perlakuan yang wajar, seperti mengajak anak untuk berbagi, mendengarkan apa masalahnya, tidak membedakan dalam bergaul, mengajak berkomunikasi da memotivasi mereka dll.

Anak Tuna Sosial (Tuna Laras)

Mengenal anak tuna sosial sejak dini akan banyak gunanya karena dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan keadaan yang dialami anak tuna sosial. Anak tuna sosial mengalami hambatan dalam hal psikologi, anak ini pada dasarnya secara fisik tidak ada hambatan namun memiliki kelainan dalam tingkah laku yang menyimpang ekstremnsebagai bentuk kelainan emosi dan penyimpangan tingkah laku atau kelainan penyesuaian sosial. Baik kelainan emosi maupun perilaku anti sosial, sebagai wujud konkretnya adalah adanya kecenderungan bersikap berbeda dengan anak pada umumnya seperti tampak emosional, distruktif(merusak), agresif(suka memberontak) dll.

Anak Berbakat

Menegnal anak berbakat sejak dini kita akan mampu memberikan layanan kepada mereka secara baik terkait dengan belajarnya, kreativitasnya, dan kemmapuan lainnya yang dimiliki. Sedangkan untuk mengetahui macam bakat perlu disampaikan disini menurut Gagne bahwa ranah bakat manusia meliputi: intelektual, kreatif, sosio efektif dan sensor motor. Kemudian bidang keberbakatan meliputi: akademik, teknik, artistik, interpersonal, atletik. Yang perlu diingat bahwa anak berbakat cenderung mempunyai karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya.

Anak Berkesulitan Belajar

Mengenali anak berkesulitan belajar ini sangat penting karena dapat memahami hambatan yang dialami anak dan selanjutnya bisa memberikan bantuan terutama pada strategi belajarnya. Anak berkesulitan belajar disebabkan bukan karena memiliki kemampuan yang kurang atau rendah, namun disebabkan karea kekurangan pada bidang akademik misalnya disgrafia, dislexia, discalculia dan kekurangan dalam keterampilan akademik seperti berbicara, berpikir dll.

Anak Autis

Mengenali anak autis sejak dini akan bermanfaat untuk memberikan pembinaan kepada anak agar gangguan yang dialami tidak menjadi permanen. Dengan latihan konsentrasi dan stimulus respons yang baik pada anak autis, kiranya dapat mengembalikan kemampuan anak untuk merespons stimulus dan memberikan respons secara baik sehingga nak terlatih dan menjadi lebih baik.

Dari hambatan yang dialami anak berkebutuhan khusus, bagaimanasih pola interaksi yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus ketika di sekolah inklusi?. Dalam dunia pendidikan pastinya tedapat beberapa macam permasalahan yang terjadi di dalamnya, salah satunya yaitu adanya bullying. Maraknya aksi kekerasan atau bullying yang dilakukan oleh siswa terutama di sekolah semakin banyak saja adanya berita tentang kasus kekerasan atau bullying tersebut baik itu di media cetak maupun media elektronik. Terjadinya bullying pada pola interaksi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi ini biasanya terjadi pada dua waktu yaitu pada saat jam pelajaran dan pada saat jam istirahat. Dimana dalam dua waktu yang berbeda tersebut tejadi perlakuan bullying yang diterima oleh anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi tersebut. Perlakuan bullying yang diterima anak berkebutuhan khusus tersebut ketika berada di kelas pada saat jam pelajaran terlihat dari adanya pengucilan yang terjadi pada saat jam pelajaran berlangsung dimana anak berkebutuhan khusus tersebut tidak ada teman sebangku dan jika bertanya sesuatu pada temannya tidak dihiraukan.

Mayoritas dari anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam bersosialisasi dengan teman-temannya. Hal tersebut terlihat dari banyaknya anak berkebutuhan khusus yang lebih banyak menghabiskan waktu di ruang sumber daripada di dalam kelas atau tempat teman-teman regular biasanya berkumpul. Hal tersebut terjadi karena mereka merasakan ketidaknyamanan terhadap teman-teman regulerya tersebut. Mereka merasa lebih nyaman dengan teman-teman sesame anak berkebutuhan khusus dan berkumpul bersama guru pendamping khusus di ruang sumber daripada harus berada di kantin atau kelas yang dianggap mereka terlalu ramai.

Daftar Pustaka

Nisa Khairun, Sambira Mambela dan Lutfi I.B. 2018. Karakteristik dan Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana. Vol. 02. No. 1. Hal. 33

Sulthon. 2020. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok: PT Raja Grafindo Persana.

Ribbany, Eraya Tika dan Ari Wahyudi. 2016. Bullying Pada Pola Interaksi Anak Berkebutuhan Khusus (Abk) di Sekolah Inklusif. Jurnal Paradigma. Vol 4. No.3 Hal. 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun