Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Strategi Menjaga Fokus dan Konsentrasi pada Anak Usia Prasekolah

19 Mei 2024   22:58 Diperbarui: 20 Mei 2024   03:06 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak laki-laki yang sedang fokus belajar. (Freepik.com)

Dalam membersamai buah hati bermain maupun belajar, hampir mayoritas orangtua pasti diiringi dengan berbagai "pernak-pernik" atau "drama" dalam proses menjalaninya. Istilah "bermain" di sini bukan sekadar bermain, akan tetapi ada misi yang harus dicapai. Sama halnya ketika anak sedang belajar. Mengingat di usia anak-anak, aktivitas bermainnya pun merupakan aktivitas belajar.

Adapun "drama" yang seringkali dialami oleh orangtua seperti anak yang tiba-tiba tidak semangat bermain, tidak tertarik untuk mengerjakan tugas, tidak fokus ketika diajak berinteraksi saat bermain, sering gagal menyusun beberapa jenis mainan karena kurangnya konsentrasi, dan sebagainya.

Pada suatu situasi seorang ibu sudah semangat menggebu-nggebu ingin mengenalkan hal baru pada anaknya baik melalui kegiatan bermain maupun aktivitas berbasis worksheet (lembar kerja). Namun yang didapati, anak malah "tidak berselera" hingga berujung pada kurangnya konsentrasi dan tidak fokus. Alhasil, kegiatan pun tidak sesuai dengan harapan yang ingin dicapai.

Maka, tidak heran jika kita mendapati orangtua merasa geram, gregetan, ingin marah-marah dan ngomel pada anaknya. Namun, penulis tidak menyarankan hal demikian terjadi meskipun fenomena tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi di sekitar kita.

Pentingnya di sini orangtua untuk tidak buru-buru "tantrum" pada anaknya. Karena hal demikian justru akan menimbulkan persoalan baru dan memperburuk suasana seperti berujung pada hilangnya "mood baik" dan timbulnya tangisan pada anak. Mengingat dalam kegiatan bermain maupun belajar, sebisa mungkin orangtua tidak meninggalkan trauma pada anak.

Alangkah baiknya orangtua melakukan observasi secara berkala. Apakah anak benar-benar demikian hanya di waktu-waktu tertentu saja atau setiap saat. Misal juga memastikan ada dan tidaknya laporan dari guru play group (PG) atau taman kanak-kanak (TK) tempat anak bersekolah terkait perilaku anak tersebut.

Sebelum lebih lanjut, dalam artikel ini sasaran penulis adalah anak pada usia prasekolah. Di mana pada usia tersebut anak belum mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar seperti SD/MI/sederajat.

Anak Usia Prasekolah

Dikutip dari sebuah buku berjudul "Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah " karya Arif Rohman Mansur, definisi anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun. Pada periode ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psikososial serta kognitif mengalami peningkatan.

Ilustrasi seorang anak sedang fokus menyusun balok | Sumber: Shutterstock via medcom.id.
Ilustrasi seorang anak sedang fokus menyusun balok | Sumber: Shutterstock via medcom.id.

Pada rentang usia prasekolah, mayoritas anak ada yang sudah bersekolah pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) meliputi Kelompok Bermain atau PG, TK, dan sejenisnya.

Pada usia prasekolah, anak mulai mengembangkan rasa ingin tahunya dan mampu berkomunikasi lebih baik. Melalui permainan, anak dapat belajar dan mengembangkan hubungannya dalam interaksi sosial.

Periode usia prasekolah membantu mempersiapkan anak untuk "sukses" di sebuah sekolah. Tentunya ditunjang dengan berbagai hal yang menunjang kesiapannya masuk SD misalnya. Karena ia kelak akan menghadapi setumpuk buku-buku, dimana buku pertama yang akan dibaca adalah buku-buku pelajaran.

Hal inilah yang menjadi salah satu faktor kunci pentingnya melatih fokus dan konsentrasi pada anak usia prasekolah. Agar anak terbiasa melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran dan terkoneksi dengan baik.

Tanda-tanda Masalah Fokus dan Konsentrasi pada Anak

Berkaitan dengan fokus dan konsentrasi pada anak, anak usia balita memiliki rentang atensi atau perhatian yang belum terlalu panjang. Dikutip dari laman halodoc.com, rentang kemampuan konsentrasi ideal anak usia 2 tahun adalah 4 hingga 6 menit, usia 4 tahun adalah 8 hingga 12 menit, dan usia 6 tahun adalah 12 hingga 18 menit.

Dalam kegiatan bermain pun anak membutuhkan kemampuan fokus yang tinggi agar bisa mengarah pada satu objek tertentu dengan sepenuhnya tanpa jeda. Demikian pula, anak juga harus dilatih untuk berkonsentrasi agar bisa mengatasi dan memecahkan suatu persoalan yang ia temui baik saat bermain maupun mengerjakan tugas.

Adapun beberapa tanda masalah atau gangguan fokus dan konsentrasi pada anak, diantaranya (1) cepat bosan, (2) sering beralih dari satu mainan ke mainan lain, (3) sulit duduk tenang, (4) mudah teralihkan perhatiannya (mudah terdistraksi), (5) sulit tuntas melakukan suatu tugas, (6) terlihat seolah tidak mendengar saat diajak bicara, dan sebagainya.

Ilustrasi seorang anak merasa penat ketika belajar | Sumber : rspondokindah.co.id.
Ilustrasi seorang anak merasa penat ketika belajar | Sumber : rspondokindah.co.id.

Jika kita dapati anak mengalami beberapa tanda tersebut di atas atau kondisi gangguan belajar, maka:

Pertama, redam kekesalan orangtua. Jika orangtua sudah terlanjur memarahi anak, maka pada situasi yang sudah tenang sebaiknya segera meminta maaf kepada anak. Hal demikian agar anak tidak memiliki luka batin pasca dimarahi.

Di samping itu, agar ilmu yang diperoleh anak dalam kegiatan bermain dan belajar dapat dinikmati, diserap, dan dipahami dengan baik.

Hal demikian bisa juga ditemukan pada kondisi anak di dalam kelas (PG atau TK) maupun ketika bersama orangtua. Karena kadangkala orangtua merasa "kecewa" dengan anak dengan kesaksian sendiri maupun dari laporan guru di sekolah.

Kedua, pahami penyebabnya. Barangkali anak merasa stres atau ada trauma, masih adaptasi dengan lingkungan, tidak mengerti materi, hingga bahkan karena waktu tidur yang kurang.

Sebaiknya orangtua segera mencari jalan keluar (solusi) melalui evaluasi aktivitas harian anak. Dengan demikian orangtua bisa menentukan langkah atau strategi apa yang efektif untuk mengatasi persoalan tersebut khususnya yang berkaitan dengan fokus dan konsentrasi pada anak.

Strategi Menjaga Fokus dan Konsentrasi Anak

Adapun beberapa strategi menjaga fokus dan konsentrasi pada anak usia prasekolah, antara lain :

1. Mengatur waktu tidur, belajar, dan bermain.

Menetapkan waktu tidur dan bangun pagi, serta anak melakukannya secara konsisten dapat memengaruhi tingkat fokus dan konsentrasinya yang lebih baik. Tentunya dengan kualitas tidur yang baik pula. Ditunjang dengan meniadakan televisi di kamar tidur, meredupkan lampu kamar, dan berdoa sebelum tidur.

Begitu pula pada waktu belajar yang dilakukan dengan durasi pendek namun rutin dapat meminimalisir rasa bosan pada anak.

Pada saat belajar atau bermain, upayakan orangtua memberikan instruksi kepada anak dengan jelas, sederhana, dan bahasa yang mudah dipahami. Dengan demikian anak akan mudah mengerti dan bisa fokus pada apa yang ia kerjakan.

2. Menjauhkan dari segala hal yang mengganggu konsentrasi.

Fiks tanpa debat jika para orangtua di era digital ini pasti sepakat bahwa screen time tanpa batasan waktu menjadi salah satu faktor utama penyebab munculnya distraksi pada anak.

Terlalu banyak waktu menatap layar misalnya pada televisi dan gadget, akan membuat anak cenderung menjadi pasif dan malas berpikir. Dengan demikian, konsentrasi belajarnya akan mudah sekali terganggu lantaran otak tidak terasah dengan baik. Begitu pula anak susah untuk fokus karena pikirannya terpecah belah.

Adapun misalnya di sekolah PG atau TK, terkadang juga ada tipikal anak yang sulit untuk fokus karena terusik teriakan atau tingkah usil teman-temannya.

Dari sinilah pentingnya orangtua juga memonitor lingkungan sekolah anak melalui informasi dari para guru. Agar komunikasi terjalin dengan baik untuk menemukan solusi terutama pada anak pada kondisi yang mudah terganggu oleh rangsangan dari luar.

3. Melalui permainan kreatif, edukatif, dan menarik.

Salah satu cara terbaik untuk belajar pada anak usia prasekolah adalah melalui permainan. Mencakup kegiatan yang menunjang perkembangan otak, psikososial, kognitif, moral dan spiritual, motorik kasar dan halus, sensorik, komunikasi dan bahasa, emosional dan sosial, dan lain-lain.

Membuat aktivitas menjadi kreatif dan menarik agar anak tertarik melakukannya sehingga tanpa disadari dapat meningkatkan fokus dan konsentrasinya.

Permainan tersebut meliputi lempar tangkap bola, latihan keseimbangan papan, meniru suara dan gerakan, latihan pernapasan, jadi patung, melipat kertas origami, susun balok, menebalkan garis atau menghubungkan titik-titik menggunakan krayon, bermain puzzle, dan sebagainya.

4. Memberi jeda istirahat setelah belajar.

Kelelahan dapat berakibat pada penurunan konsentrasi pada anak. Oleh sebab itu, jeda istirahat ini juga bisa diisi anak untuk menikmati camilan favoritnya.

Bisa pula sambil bertukar cerita agar orangtua juga bisa mencermati seberapa fokus anak selama bermain atau belajar. Di samping itu, pada momen ini pun orangtua bisa melakukan validasi terhadap perasaan anak perihal disukai atau tidaknya aktivitas yang ia jalani.

5. Mengapresiasi kemampuan anak.

Orangtua bisa memberikan apresiasi berupa pujian atau reward (hadiah) atas capaian anak setelah berhasil menuntaskan atau menyelesaikan tugas atau aktivitas positif lainnya.

Dengan harapan agar anak merasa puas dengan "kinerjanya" sehingga pada waktu-waktu berikutnya anak terbiasa berkonsentrasi penuh atas hal-hal yang sedang ia lakukan.

*****

Setiap orangtua mendambakan memiliki anak yang sehat, ceria, aktif, cerdas, dan berperilaku baik. Maka, dalam rentang usia prasekolah tersebut anak membutuhkan "fasilitator terbaik" yang mendukung tumbuh kembang optimalnya.

Terlebih, di usia tersebut merupakan jembatan penghubung anak menuju usia sekolah. Oleh sebab itu, pentingnya menjaga fokus dan konsentrasi agar tidak ada "drama" lagi atau meminimalisirnya sejak dini.

Strategi menjaga fokus dan konsentrasi pada anak usia prasekolah dapat dilakukan oleh para orangtua dengan konsisten, terjadwal, rutin, dan teratur. Usaha tidak akan mengkhianati proses. Maka, perhatikan secara saksama perkembangan dan hasil yang akan dirasakan anak-anak kita setelahnya.

Namun, apabila orangtua masih saja mendapati anak mengalami gangguan belajar dalam rentang waktu yang cukup lama dan tidak ada perubahan, maka sebaiknya konsultasikan dengan dokter anak, psikolog, atau ke klinik tumbuh kembang anak. Agar anak mendapatkan penanganan yang terbaik.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun