Sejalan dengan hal tersebut, para ahli merekomendasikan durasi tertentu berdasarkan usia anak agar tidak terganggu perkembangannya.
Pertama, pada usia 0-18 bulan semestinya sama sekali tidak ada waktu menatap layar kecuali ada panggilan video keluarga. Dalam rentang usia ini anak dianjurkan untuk fokus bermain, membaca, dan segala aktivitas yang mendorong interaksi orang tua dengan anak.
Kedua, pada usia 18-24 bulan, anak diperbolehkan menonton konten edukasi dengan durasi terbatas dan didampingi orang tua atau pengasuh.
Ketiga, pada usia 2-5 tahun, anak diperbolehkan menonton selain konten edukasi tetapi dibatasi dengan durasi yang telah ditentukan misalnya pada weekday 1 jam dan weekend 3 jam.
Keempat, pada anak usia lebih dari 5 tahun, tidak ada aturan baku. Secara umum screen time tidak boleh mengganggu pembelajaran, interaksi dengan teman dan keluarga, aktivitas fisik, tidur, atau kesehatan mental lainnya.
Berikut dampak buruk dari screen time pada anak jika melebihi durasi yang dianjurkan, diantaranya :
1. Anak mudah stres dan tantrum. Anak tidak bisa jauh dari gawai maupun televisi sehingga aktivitas makan atau lainnya harus sembari screen time. Jika tidak, pada anak usia balita misalnya, akan mudah tantrum.
2. Tidak baik bagi kesehatan mata. Paparan radiasi pada perangkat elektronik berlayar dapat berdampak pada kondisi kelelahan mata (mata berair), mata kemerahan, kepala pusing hingga bisa saja menderita rabun jauh (mata minus). Bahkan anak yang sudah menderita mata minus akan bertambah angka minusnya.
3. Meningkatkan risiko obesitas. Salah satu pemicunya adalah anak cenderung pasif karena screen time dilakukan dengan cara rebahan, duduk berlama-lama, dan kondisi minim (malas) gerak lainnya.
4. Berbahaya bagi otak dan tumbuh kembang anak. Otak sebagai pusat daya pikir anak akan terganggu sehingga berpengaruh pula pada tumbuh kembang anak.
5. Membuat anak menjadi malas berpikir. Kegiatan pasif yang hanya menatap layar akan membuat anak terbiasa menikmati tayangan yang ia lihat. Otaknya tidak terlatih untuk berpikir karena terbiasa dimanjakan oleh tontonan menarik ketika screen time.