Dalam buku ini dibahas diantaranya tentang hidup di dunia, membina rumah tangga, jihad dan teror, musik, keragaman kelompok umat Islam dan sebagainya.
Salah satu topik menarik yang dibahas dalam buku ini adalah hukum seorang muslim mengucapkan selamat Natal kepada nonmuslim. Khususnya di Indonesia, ucapan Selamat Natal hingga kini masih menjadi diskusi hangat.
Dahulu salah seorang teman saya pada suatu diskusi berpendapat bahwa "apalah arti sebuah kata", karena ucapan demikian merupakan salah satu cara untuk dapat menjalin hubungan harmonis antarumat beragam. Namun, saat itu saya tidak sependapat dengannya, justru kata itu mengandung makna dan tidak boleh asal diucapkan.
Sedangkan hemat Ust. Quraish Shihab dalam buku ini dijelaskan bahwa larangan tersebut benar jikalau memang si pengucap memercayai apa yang dikemukakan di atas.
Tapi, apakah semua yang mengucapkannya memang demikian?
Apakah umat Kristiani yang diberi ucapan tersebut memahami bahwa muslim itu telah mengubah akidah tauhidnya?
Kalaupun yang menerima ucapan selamat itu berpendapat demikian, itu sama sekali tidak mencederai kesucian akidah tauhid si pengucap. Itu sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yakni "nilai/penilaian satu amal berdasar niat pelakunya" (HR. Bukhari dan Muslim).
Al-Qur'an juga menegaskan bahwa, "Allah tidak menuntut pertanggungjawaban menyangkut sumpah yang kamu ucapkan tetapi bukan dengan maksud bersumpah. Pertanggungjawaban yang dituntut-Nya adalah (sumpah yang kamu ucapkan) dengan kemantapan hatimu" (QS. al-Baqarah [2]: 225).
Dari sinilah saya semakin mantap karena melalui buku ini dijelaskan bahwa Allah tidak menuntut dari seorang yang mengucapkan kalimat sumpah selama kalimat itu tidak dimaksudkan oleh hatinya sebagai sumpah. Hal demikian berarti tidak menuntut seseorang dari bunyi redaksi yang diucapkannya tetapi dari maksud ucapannya. Karena itu, yang salah ucap atau keliru tidak otomatis dinilai berdosa.
Dewasa ini sekian banyak ucapan menimbulkan persepsi yang beragam seiring dengan perkembangan masa. Memang boleh jadi masa lalu seseorang dapat mengartikan bahwa ucapan Selamat Natal pasti mengandung makna yang bertentangan dengan akidah Islam, tetapi makna tersebut telah bergeser akibat berkembangnya pengetahuan dan meluasnya pergaulan.
(3) Islam yang Disalahpahami (Menepis Prasangka, Mengikis Kekeliruan)