Begitu pula jika anak suka memukul karena akibat dari adiksi pada gawai, maka sapih gawai merupakan solusi yang tepat.
4. Menasihati anak melalui validasi perasaan
Saat anak sudah dalam kondisi tenang, validasi perasaan anak melalui beberapa pertanyaan dan pernyataan yang bisa menguak maksud dan keinginannya. Sesekali menguji anak untuk memukul dirinya sendiri atau orangtuanya agar ia merasakan dan mengerti bahwa perbuatan memukul itu menyebabkan rasa sakit bahkan meninggalkan bekas luka. Biarkan sejenak anak memahami apa yang barusan dia alami.
Validasi pula rasa sayang anak terhadap orangtua dan teman-temannya. Agar anak mengerti bahwa rasa sayang tidak diwujudkan dalam tindakan memukul. Tegaskan dan tekankan bahwa tindakan memukul adalah perilaku tidak baik.
Sampaikan nasihat orangtua menggunakan bahasa yang paling sederhana yang mudah dipahami oleh anak sesuai dengan usianya.
5. Mengajarkan anak meminta maaf
Sebagai upaya tidak terulang kembali serta anak benar-benar menyesali perbuatannya, maka orangtua sebaiknya mengajarkan anak belajar meminta maaf dengan tulus.
Leburkan kekesalan anak melalui tindakan meminta maaf secara serius. Sebagai contoh, gendong, gandeng, atau antarkan anak kepada temannya yang menangis karena dipukul untuk meminta maaf kepadanya dengan tulus.
*****
Sebuah kesalahan besar bagi orangtua yang menganggap perilaku suka memukul anaknya sebagai suatu hal yang lumrah. Tindakan memukul akan dianggap "wajar" bila dilakukan satu kali.Â
Namun, jika frekuensi, intensitas, serta waktu yang relatif lama apabila dibiarkan akan membentuk perilaku agresif pada anak. Inilah persoalan yang sebaiknya segera diselesaikan.