Bahaya screen time yang tidak terkontrol pada anak dapat membuatnya kecanduan atau adiksi terhadap gawai. Selain itu, sikap pasifnya berimbas terhadap kurangnya interaksi sosial anak sehingga mempengaruhi perkembangan emosional dan mental anak.
Ketiga, kemauan random (acak) anak oleh karena emosi yang masih labil.Â
Di sinilah orangtua berperan penting dalam mengarahkan perilaku anak agar bisa membedakan mana perilaku yang benar dan salah. Bisa saja anak mendefinisikan bahwa memukul adalah tindakan atau "sebuah permainan" yang seru karena akan memberikan respon terhadap orang yang dia pukul.
Ada pula anak yang beranggapan bahwa tindakan memukul adalah bentuk dari kasih sayang.
Namanya juga anak-anak!
"Masalah anak yang memukul dialami oleh 5 dari 10 orangtua di Indonesia." Ayah Edy (Tokoh parenting)
Fase Egosentris Anak
Dikutip dari laman journal.trunojoyo.ac.id, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, definisi berpikir egosentris adalah ketidakmampuan anak untuk melihat sudut pandang orang lain dalam melihat suatu masalah dan mementingkan perspektif dirinya sendiri.
Hal demikian mengonfirmasi bahwa pada anak usia dini (0-6 tahun) belum mampu keluar dari sudut pandangnya sendiri. Pada fase ini anak sedang senang bereksplorasi dan tentu sebaiknya dengan pendampingan yang optimal dari orangtua. Anak membutuhkan keamanan, kenyamanan, dan lingkungan yang sehat untuk mendukung tumbuh kembangnya.
Mengingat bahwa pada fase egosentris anak merasa dirinyalah yang paling benar dan paling penting dari segalanya. Fase ini berada pada rentang usia anak 0 hingga 5 tahun. Sedangkan saat anak mengijak usia 6 hingga 7 tahun, sikap egois tersebut diharapkan lambat laun akan mencair.
Sikap Bijak Orangtua