Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Melatih Motorik Halus Anak Pra Menulis melalui Kegiatan Bermain Playdough

21 Februari 2024   15:30 Diperbarui: 22 Februari 2024   14:05 2564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh obyek dari kreasi adonan plastisin. (Dokumentasi pribadi)

Keterampilan motorik halus pada anak merupakan kemampuan anak dalam menggunakan otot halus atau otot-otot kecilnya atau sebagian anggota tubuh meliputi koordinasi antara mata dan tangan. Contoh kegiatan gerakan motorik halus seperti menulis, menggunting, memegang peralatan makan, melipat kertas, dan sebagainya.

Sedangkan, pada keterampilan motorik kasar menggunakan otot besar tubuh yang ditandai dengan aktivitas anak berupa melompat, merangkak, bermain lempar-tangkap bola, naik-turun tangga, dan sebagainya. 

Berbeda dengan gerakan pada motorik kasar, pada motorik halus mengoordinasikan berbagai organ tubuh dengan gerakan kecil dan bersifat detail.

Fase pra menulis pada anak biasanya antara usia 2--4 tahun, di mana anak-anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya melalui keterampilan jari. Fase ini merupakan cikal bakal anak untuk mengasah kemampuan tangannya untuk menulis agar lebih luwes dan tidak kaku.

Semakin tinggi intensitas latihan anak, maka semakin berpeluang untuk mempermudah anak dalam belajar menulis. Tonggak awal menulis pada anak bisa berupa coretan semau dan semampunya serta ala kadarnya. Seiring bertambahnya usia, anak akan terus bereksplorasi melalui berbagai kegiatan yang menunjang motorik halusnya.

Melatih motorik merupakan salah satu "skill" atau keterampilan yang harus diasah pada anak sebelum masuk Taman Kanak-kanak (TK). Mengingat anak-anak diajarkan pelbagai materi yang "menuntut" mereka untuk belajar menulis melalui berbagai model dan media pembelajaran yang diberikan oleh guru di TK.

Adapun keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang lebih diatur dengan halus seperti keterampilan tangan. Beberapa aktivitas motorik halus pada anak untuk belajar menulis contohnya memegang pensil dengan benar (antara ibu jari dan 2 jari), membuat berbagai coretan, dan menggunting berdasarkan pola.

Orangtua dapat menstimulasi motorik halus anak melalui berbagai kegiatan. Jadi, orangtua tidak perlu buru-buru dan menuntut anak untuk cepat bisa menulis. Dengan memenuhi asupan otot besar (motorik kasar) dan otot kecilnya (motorik halus), maka anak lebih mudah dalam belajar menulis. Sehingga yang perlu orang tua persiapkan sebelum anak belajar menulis, di antaranya:

Pertama, menguatkan motorik kasar melalui aktivitas berjalan, berlari, bergerak, memanjat, dan sebagainya.

Kedua, menguatkan pergelangan tangan melalui aktivitas menyendok, menyemprot, menjepit, merobek kertas, mencapit, meraup, menuang, dan sebagainya.

Ketiga, latihan fokus koordinasi antara mata dan tangan melalui aktivitas menyendok dan menyemprot.

Keempat, menguatkan otot-otot dan jari-jari tangan anak dengan bermain playdough, meremas playdough, merobek kertas, menggunting, dan sebagainya.

Kelima, memperpanjang rentan konsentrasi anak dengan bermain air, sensory, outdoor, dan practical life.

Keenam, menguatkan bahu anak melalui kegiatan melempar bola, yoga, olah raga, dan senam.

Bermain playdough dapat mengasah motorik halus anak

Salah satu kegiatan bermain yang menunjang perkembangan keterampilan motorik halus pada adalah adalah bermain playdough. Playdough atau Play-Doh adalah bahan pemodelan untuk anak-anak berupa adonan atau plastisin mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Plastisin juga sering disebut malam lilin atau clay karena sifatnya yang liat berupa adonan lunak dan mudah dibentuk.

Adapun plastisin memiliki beraneka macam warna dan dapat dibentuk sesuai keinginan misalnya untuk membuat proyek seni dan kerajinan. Plastisin atau playdough tidak beracun dan bersifat tidak meninggalkan noda.

Obyek yang dibuat dari playdough bisa berupa aneka ragam buah-buahan, binatang, sayuran, bentuk 3D, dan masih banyak lagi.

Adonan dasar playdough adalah campuran air, garam, dan tepung. Dilansir dari jurnal.fkp.uns.ac.id, cara membuat playdough adalah sebagai berikut.

Alat dan bahan

  • 1 cangkir air
  • Pewarna makanan
  • 6 cangkir tepung
  • 1 cangkir minyak sayur
  • Gelas ukur
  • Mangkuk
  • Sendok kayu

Langkah-langkah

1. Mencampur air dan pewarna makanan dalam mangkuk

2. Menambahkan tepung dan minyak

3. Mengaduk dan meremas hingga adonan menjadi kalis dan halus

Setelah langkah-langkah di atas dilakukan, maka adonan plastisin siap digunakan untuk bermain.

Dalam bermain playdough pun secara tidak langsung terselip edukasi lain kepada anak seperti mengenalkan konsep warna dan aneka bentuk buah melalui kegiatan mengepal, meremas dengan memijit, memipih, menekan, dan lain-lain. 

Kegiatan bermain playdough diperlukan otot halus untuk memanipulasi adonan menjadi berbagai bentuk yang diinginkan. Sehingga kegiatan ini pun dapat menggerakkan, melatih, dan memperkuat otot halus si kecil.

Meskipun berbagai merek playdough sangat beragam dan harganya ekonomis, namun sebaiknya orangtua tetap selektif dalam membeli dan juga selama bermain dengan memperhatikan beberapa hal berikut.

1. Membaca dan mengamati apa saja bahan baku atau komposisi pembuatan playdough pada kemasan.

2. Apabila setelah bermain anak merasakan alergi seperti bersin, batuk, dan gatal maka hentikan penggunaan media playdough.

3. Saat membuka playdough apabila tercium aroma menyengat dan tidak seperti biasanya patut diwaspadai.

4. Mencuci tangan dengan sabun hingga bersih setelah bermain playdough.

5. Mengamati, mengawasi, mendampingi dan memantau selama anak bermain playdough untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperi bahaya termakan karena warnanya yang menarik.

Contoh koleksi playdough milik si kecil. (Dokumentasi pribadi)
Contoh koleksi playdough milik si kecil. (Dokumentasi pribadi)

Berdasarkan pengalaman penulis yang membeli playdough secara acak di lokapasar, tertera keterangan pada kemasan bahwa sebaiknya digunakan oleh anak pada usia 3 tahun dan ke atas. Plastisin tersebut memuat komposisi seperti air, plastics, bahan sintetis, dan pewarna.

Selain itu, apabila orangtua mencermati, dalam kemasan juga disampaikan peringatan kewaspadaan orang tua kepada anak terhadap media bermain ini karena terdiri dari bagian-bagian yang kecil dan tidak diperuntukkan pada anak di bawah usia 3 tahun. Dalam kemasan tersebut memuat informasi penting yang tidak boleh terlupakan oleh para orang tua.

Jika ingin mengenalkan permainan playdough pada anak balita usia di bawah 2 tahun, maka alternatifnya adalah dengan membuat plasitisin sendiri dengan bahan baku yang aman dan tentunya tetap dalam pengawasan orang tua.

Stimulasi hasil tulisan tangan

Adakah pengaruh stimulasi motorik halus terhadap hasil tulisan tangan pada anak?

Seringkali kita menjumpai tulisan tangan yang begitu rapi dan mudah dibaca. Tak jarang pula kita juga menemukan hasil tulisan tangan yang sukar dibaca sehingga sulit untuk dimengerti.

Dikutip dari laman Media Indonesia, ahli syaraf berpendapat bahwa mengabaikan tulisan tangan dapat mempengaruhi keterampilan membaca dan belajar. Mengingat tulisan tangan menuntut gerakan kompleks yang secara bersamaan memicu impuls sensorik, motorik, dan kognitif.

Dengan demikian, tulisan tangan sangat penting untuk perkembangan kognitif anak, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan koordinasi antara tangan dan mata. Maka hasil tulisan tangan anak akan berbeda dengan dan tanpa adanya stimulasi motorik sejak dini.

Pada akhirnya, jika anak terstimulasi motorik halusnya dengan baik, maka hasil tulisan anak akan sesuai harapan karena anak terbiasa mengekspresikan diri melalui gerakan latihan secara detail. 

Anak pun kelak mampu membaca dan memahami tulisannya sendiri sehingga bisa fokus dan dengan mudah berkonsentrasi. Selain itu, kepiawaiannya dalam menggunakan alat tulis dengan benar misalnya memegang pensil, menghapus tulisan yang salah, dan menggambar akan terus berkembang seiring bertambahnya usia.

*****

Keberadaan sekolah atau lembaga bimbingan belajar untuk membaca, menulis, dan berhitung (calistung) yang semakin menjamur tentunya menarik minat mayoritas orang tua. Namun, ada juga orangtua yang tidak berminat lantaran beberapa pertimbangan seperti kemampuan finansial, usia anak masih terlalu kecil, dan pertimbangan lainnya.

Dengan demikian, orangtua tidak perlu khawatir karena mengasah kemampuan anak untuk bisa menulis bisa dimulai dari rumah dengan biaya yang ramah, bahkan gratis. Melatih kemampuan motorik halus pada anak dapat diasah melalui kegiatan sederhana yang dilakukan sehari-hari oleh anak.

Hanya saja dibutuhkan konsistensi rangsangan atau stimulasi serta komitmen sehingga anak menunjukkan tanda-tanda perkembangan keterampilan motoriknya yang optimal. 

Dengan demikian, bila tiba waktunya anak memasuki dunia TK, anak sudah memiliki bekal keterampilan dari rumah karena kemampuan motoriknya sudah diasah. Selain menunjang prestasi belajarnya, orangtua dan guru juga bisa lebih lega karena anak mampu mengikut kegiatan pembelajaran dengan baik.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun