2. Memasukkan semua bahan ke dalam panci kecuali gula batu.
3. Merebus semua bahan selama 3-5 menit, sesekali diaduk hingga air rebusan berubah menjadi warna merah. Kemudian, mematikan kompor dan diamkan rebusan sebentar.
4. Menyiapkan gelas atau wadah, memasukkan gula batu ke dalam wadah tersebut. Kemudian menuangkan wedang uwuh ke dalam wadah, aduk hingga gula batu larut.
5. Wedang uwuh siap dinikmati selagi hangat. Boleh menyisihkan rimpangnya agar saat minum tidak terganggu dengan diambil secara manual atau disaring.
Saat membuka kemasan, aroma jamu lumayan menusuk hidung. Begitu pula saat awal-awal direbus. Selang 3-5 menit, aroma rebusan tercium wangi dan membuat rileks, serasa menghirup pure essensial oil dari diffuser yang biasa untuk terapi si kecil saat bapil.
Hal demikian juga menjadi alasan mengapa penulis lebih memilih merebus dari pada menyeduhnya. Aroma dari rebusan bahan-bahan wedang uwuh begitu harum dan menenangkan. Selain itu, dengan merebusnya maka bisa lebih menjamin untuk memastikan kuman-kuman yang menempel (barangkali ada) pada bahan akan mati jadi lebih higienis.
Nah, soal rasa ada sedikit masam-masamnya karena ada irisan jeruk nipis yang sudah dikeringkan. Rasanya menjadi seimbang karena kehadiran gula batu yang manisnya tidak begitu memanjakan dengan takaran air yang menurut penulis sesuai.
Walaupun penulis menemukan seuprit cabe jawa dalam kemasan, namun tidak ada rasa pedas yang dominan. Setelah wedang habis diteguk, rasa pekat irisan kulit jeruk nipis dan getir di lidah masih terasa. Namun yang menarik, teguk demi tegukan sangat menyegarkan dan melegakan hingga langsung berkeringat dan terasa mengenyangkan.
*****