Disamping itu, pelaksanaan PMT belum maksimal juga karena masih kurangnya kesadaran orang tua atau pengasuh balita terhadap keutamaan PMT berbahan lokal misalnya yang kaya protein hewani. Maka, sebaiknya orang tua atau pengasuh balita tidak mengandalkan jajanan kemasan atau makanan olahan yang memang diakui kepraktisannya namun perlu ditinjau ulang nilai gizinya.
Optimalisasi PMT berbahan pangan lokal
Sebenarnya tidak usah jauh-jauh, PMT bisa mengacu pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), buku Kemenkes 2023 panduan menu MP-ASI yang disertai nilai gizi, dan Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal untuk Balita dan Ibu Hamil dapat diunduh melalui website kesmas.kemkes.go.id.
Pelaksanaan Posyandu satu bulan sekali dengan kader sekitar 5 orang ketika pelaksanaan, sebenarnya bisa mengusahakan PMT dengan menu sehat sederhana asli Indonesia sesuai kearifan lokal. Misalnya buah pisang, telur rebus, bubur kacang hijau, tahu bacem, bubur sumsum dan masih banyak lagi. Perlu dibedakan pula, PMT pada bayi yang belum bisa mengunyah dengan balita.
PMT berbahan pangan lokal dapat dilakukan di Posyandu, fasilitas pelayanan kesehatan, Kelas Ibu Balita atau melalui kunjungan rumah oleh kader/nakes/mitra. Pelayanan tersebut sebenarnya juga sebagai sarana edukasi bagi para ibu untuk belajar tentang asupan pelengkap, kudapan, dan selingan yang aman dan sehat untuk anak. Maka dibutuhkan kader penggerak yang dapat menginisiasi pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai PMT yang bernilai gizi.
Para ibu kader menjadi ujung tombak pelaksanaan di lapangan dan berperan dalam memastikan kegiatan PMT berjalan optimal. Salah satu strategi penanganan masalah gizi pada Balita dan upaya pencegahan stunting bukan hanya memberikan makanan tambahan saja tetapi disertai edukasi gizi balita melalui konseling gizi, penyuluhan gizi, dan demonstrasi masak.
Para kader mengedukasi para ibu melalui informasi dan promosi kepada masyarakat tentang menu makan sehat yang kaya protein hewani. Sehingga diharapkan terdapat respon positif dalam pelaksanaan Posyandu dan masyarakat merasa semangat dan senang menuju Posyandu dengan adanya kegiatan ini.
Hal demikian agar penerapannya berkelanjutan dan memberikan manfaat optimal bagi orang tua maupun pengasuh balita. Keterampilan dalam memilih, menyiapkan, dan mengolah makanan dengan mempertimbangkan kebersihannya sangat penting untuk dimiliki orang tua atau pengasuh balita.
Kegiatan PMT akan berhasil dengan adanya sinergitas, komitmen, kerja sama, saling bahu-membahu, dan gotong royong antar masyarakat, pengelola program gizi, tim pelaksana, dan pemangku kebijakan. Adapun tim pelaksana misalnya di desa meliputi PKK, kader, organisasi kemasyarakatan dengan dukungan tenaga kesehatan.