Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya 4 Level Kontrol Sosial terhadap Perilaku Berisiko pada Remaja

19 Januari 2024   22:29 Diperbarui: 19 Januari 2024   23:28 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pergaulan pelajar SMA | freepik

Perilaku berisiko pada remaja merupakan perilaku yang mengacu pada segala sesuatu yang menimbulkan dampak atau risiko yang merugikan karena tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Contoh perilaku berisiko pada remaja antara lain kebut-kebutan, tawuran, merokok dan minum minuman beralkohol, konsumsi Narkoba, pergaulan bebas, dan seks bebas. Perilaku ini juga termasuk perilaku menyimpang pada remaja.

Pada tulisan kali ini penulis akan membahas peranan kontrol sosial terhadap salah satu dari perilaku negatif tersebut yaitu tentang pergaulan bebas pada remaja yang dapat menyebabkan kehamilan di luar nikah. Mengingat begitu banyak kasus yang terjadi serta dampak yang akan ditimbulkan baik di masa kini maupun mendatang. Pula, kehamilan di luar nikah yang berujung pada kasus pembuangan bayi mengingkari keberadaan norma kesusilaan, norma agama, norma hukum, dan norma lainnya.

Mengawali tahun 2024, sangat disayangkan sekali kasus pembuangan bayi oleh pelajar masih "mewarnai" pemberitaan berbagai media massa di tanah air. Salah satu kasus terbaru yakni pembuangan bayi oleh siswi SMP yang berusia 14 tahun di Banyuwangi. Pelajar tersebut dibantu oleh seorang teman dalam serangkaian proses menjelang, ketika, dan pasca persalinan. Ironisnya, bayi yang kabarnya dilahirkan pada 5 Januari 2024 telah ditemukan warga pada 7 Januari 2024 dalam kondisi memprihatinkan. Kasus serupa pun sebelumnya pernah terjadi di Cirebon oleh sepasang pelajar.

Penyebab umum pembuangan bayi di kalangan pelajar adalah adanya kehamilan non marital atau kehamilan di luar nikah. Sedangkan faktor pemicu, pencetus, dan penyebab kehamilan di luar nikah oleh pelajar atau remaja, diantaranya (1) kemudahan akses teknologi yang disalah-gunakan, (2) kurangnya edukasi meliputi pengetahuan umum dan pemahaman agama karena pengasuhan yang tidak optimal, (3) stres karena beban akademik, (4) pergaulan bebas misalnya gaya pacaran yang melampaui batas, dan (5) kurangnya pengawasan orang tua.

Pentingnya kontrol sosial terhadap perilaku remaja

Pengendalian sosial atau kontrol sosial terhadap remaja merupakan suatu tindakan baik direncanakan maupun tidak, yang bersifat mengajak, mengawasi, memantau, dan mencegah agar remaja di lingkungan dapat terkendali sesuai aturan dan norma yang berlaku.

Oleh karena pentingnya sebuah pengendalian terhadap perilaku berisiko dan menyimpang di kalangan remaja, maka diperlukan kontrol sosial meliputi 4 level atau tingkatan, yaitu (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan sekolah, (3) lingkungan masyarakat, dan (4) level struktural pemerintah.

Kontrol sosial di lingkungan keluarga 

Keluarga adalah ruang lingkup pertama dan utama pendidikan anak dimulai. Melalui pola asuh yang baik sejak dini, maka anak akan tumbuh menjadi remaja yang memiliki kepribadian baik karena sudah ada fondasi akhlak yang baik dari rumah.

Namun, kondisi masyarakat di Indonesia beragam karena perbedaan latar belakang pendidikan orang tua, status ekonomi, dan lingkungan sosial. Masih banyak dijumpai remaja yang mendapat pengasuhan dan pendidikan tidak optimal. Salah satu dampaknya adalah komunikasi yang tidak terjalin dengan baik antara orang tua dan anak. Hal tersebut dipicu oleh beberapa faktor seperti kurang perhatian orang tua karena kesibukan bekerja, perceraian orang tua, keluarga tidak harmonis, orang tua minim literasi, dan masih banyak lagi.

Alhasil, di usianya yang remaja, anak lebih nyaman mencari "kesenangan" sendiri sebagai upaya meluapkan isi hati tanpa adanya kontrol yang baik. Bahkan remaja cenderung lebih nyaman berbagi cerita atau curhat dengan teman-temannya dibandingkan dengan orang tua. Jika hal tersebut tanpa adanya kontrol yang baik, maka dikhawatirkan remaja terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan karena berteman dengan orang yang tidak tepat.

Dunia akan menawarkan berbagai bentuk pergaulan. Usia remaja rentan dengan perilaku negatif apabila tidak bisa memfilter sendiri mana yang baik dan salah.

Bahkan pada remaja putri yang menjelang puber atau sudah mengalami menstruasi, sebaiknya terus dipantau oleh orang tua. Amati jika belum datang bulan. Demikian sebagai upaya screening awal dari keluarga.

Komunikasi yang terjalin baik antara orang tua dan anak akan menjembatani segala permasalahan remaja sehingga dapat diselesaikan dan dicarikan solusi bersama. Dengan dekat orang tua, remaja merasa nyaman dan aman karena keharmonisan yang diberikan keluarganya. Apabila orang tua bekerja di luar kota atau luar negeri, maka pengasuhan dapat diserahkan kepada keluarga besar yang masih ada hubungan keluarga agar pengawasan terus berjalan.

Kontrol sosial di sekolah

Sekolah telah memberikan fasilitas berupa Bimbingan dan Konseling (BK) untuk para siswa sebagai ruang edukasi meliputi minat, bakat, motivasi, dan prestasi belajar. Bahkan BK merupakan salah satu mata pelajaran utama yang memantau kondisi psikis siswa.

Pembinaan remaja dalam hal ini siswa di sekolah juga meliputi screening dari Puskesmas yang telah bekerja sama dengan pihak sekolah. Pada umumnya ada kunjungan berapa pekan sekali oleh Puskesmas ke sekolah guna memberikan penyuluhan terkait berbagai informasi seperti kesehatan reproduksi dan vaksinasi.

Sekolah sebaiknya tegas dan terus mengedukasi siswa pada fenomena kehamilan remaja. Sinergitas pihak sekolah sangat besar peranannya untuk menekan perilaku menyimpang pada siswa.

Kontrol sosial di masyarakat

Contoh kontrol sosial yang dapat dilakukan di masyarakat sebagai efek jera meliputi pengucilan, celaan, ejekan, gosip, intimidasi, dan sanksi. Dengan tujuan menciptakan keteraturan sosial.

Bagi individu yang menjadi subjek sasaran kontrol sosial, diharapkan tidak masa bodoh melainkan akan melakukan instropeksi diri, evaluasi diri, serta mencari tahu penyebab hal tersebut terjadi kepadanya. Pada akhirnya, individu menyadari dan berbenah diri kembali kepada norma-norma yang berlaku.

Posyandu Remaja

Salah satu bentuk kontrol sosial di level struktur pemerintah adalah adanya Posyandu bagi remaja. Sebagai bentuk kepedulian terhadap generasi remaja, pemerintah menghadirkan posyandu remaja untuk mendampingi para remaja menghadapi fase pertumbuhan dan perkembangannya. Kegiatan ini berbasis kesehatan untuk remaja pada usia 10-18 tahun meliputi fisik, psikis, dan sosial agar berkembang optimal.

Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk remaja.

Remaja menjadi kunci keberhasilan pembangunan kualitas bangsa Indonesia di masa depan. Melalui sosialisasi dan edukasi tentang perencanaan kehidupan berkeluarga, remaja diharapkan mampu tumbuh dan berkembang menjadi sumber daya manusia yang baik.

Adapun tujuan akses pelayanan kesehatan terhadap remaja meliputi (1) perilaku hidup sehat, (2) pendidikan kesehatan tentang gizi, dan (3) pendidikan kesehatan reproduksi untuk mencegah bahaya HIV, pergaulan seks di luar nikah, Napza, Merokok, dan Narkoba.

Sebagai contoh yang benar-benar ada di desa meliputi screening kesehatan, pemeriksaan, konseling, dan gerakan minum tablet penambah darah untuk remaja putri. Selain itu, ada penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, mengukuran tensi darah, konsultasi dan penyuluhan tentang kesehatan remaja.

Pantauan bidan atau tenaga kesehatan secara berkala dan berkelanjutan baik di desa maupun di sekolah dapat mencegah terjadinya kehamilan di luar nikah pada remaja.

Selain dengan tenaga kesehatan dan masyarakat, pemerintah juga bekerja sama dengan kepolisian misalnya pada peningkatan kegiatan patroli pada jam-jam tertentu untuk menekan adanya perilaku menyimpang oleh pelajar atau remaja.

***

Sudah waktunya masyarakat modern kini kembali meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar sebagai upaya kontrol sosial untuk bersama mencegah perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma agama, norma sosial, dan norma-norma lainnya.

Keberadaan kontrol sosial terhadap remaja diharapkan agar remaja dapat mengambil langkah bijak untuk menghindari segala bentuk perilaku menyimpang juga bijak dalam penggunaan gawai karena berada di era digital.

Jika semua saling bersinergi untuk mewujudkan kontrol sosial yang optimal maka remaja akan berpikir ulang sebelum melakukan sesuatu, menyibukkan diri dalam hal positif yang menunjang minat dan bakatnya, serta cerdas memilih teman yang baik dalam pergaulan.

Bukankah banyak para pelajar berprestasi yang membawa nama harum orangtuanya, sekolahnya, lingkungan tempat tinggalnya, serta negara. Sudah saatnya remaja menekan perilaku yang merugikan dan menumbuh-kembangkan perilaku yang bermanfaat untuk masa depannya kelak.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun