Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

4 Asupan Utama Penangkal Baby Blues Syndrome pada Wanita Pasca Persalinan

7 Januari 2024   23:54 Diperbarui: 15 Januari 2024   12:48 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ibu mengalami Baby Blues Syndrome (Sumber: Freepik)

Istilah Baby Blues Syndrome pasti sudah tidak asing di telinga kita. Istilah ini begitu melekat pada wanita di masa-masa awal setelah melahirkan. Sebagian besar wanita mengalaminya pasca persalinan. 

Kita ingat kembali bahwa baby blues syndrome merupakan kondisi kelabilan emosi yang "akrab" ditandai dengan perasaan sedih, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, merasa bersalah, dan hal-hal lainnya baik bawaan sejak masa kehamilan maupun setelah persalinan.

Beberapa ahli menyampaikan bahwa kondisi tersebut adalah lazim atau wajar terjadi beberapa hari pada wanita pada umumnya setelah melahirkan. Namun, adanya keragaman status kesehatan masa kehamilan, status sosial, status finansial, hingga latar belakang pendidikan menjadi salah satu faktor utama kondisi baby blues berkepanjangan. 

Apabila kondisi tersebut dibiarkan atau bahkan tidak disadari maka memungkinkan munculnya risiko masalah serius karena tiada penanganan atau deteksi sejak dini.

Kadang kala suasana baby blues dapat pulih dengan sendirinya tanpa adanya penanganan profesional misalnya bidan atau dokter. Akan tetapi, kondisi ini rentan terjadi pada wanita dengan kondisi dukungan sosial yang lemah, kondisi ekonomi keluarga yang kurang, hingga pada ibu yang mengalami komplikasi selama masa kehamilan. 


Alhasil, ibu membutuhkan penanganan profesional yang otomatis membutuhkan obat-obatan dan terapi psikologis. Padahal ibu sedang menyusui maka sebaiknya obat harus disesuaikan atau diperbolehkan bagi ibu menyusui dan tidak ada efek sampingnya agar tidak berdampak pada produksi dan kualitas ASI.

Kondisi baby blues bukan hanya "mengincar" wanita pada persalinan pertama tetapi juga besar kemungkinan "mengincar" pada persalinan kedua bahkan ketiga. Hal demikian karena adanya gangguan emosional seolah ibu tidak tertarik pada anaknya.

Kondisi tersebut tidak serta merta terjadi. Jika kita tarik benang merahnya, besar kemungkinan adanya faktor pemicu. Faktor pemicu ini bisa bersumber dari kurangnya perhatian dari orang terdekat terhadap si ibu.

Selain faktor perubahan hormon pasca persalinan, baby blues dapat pula disebabkan karena kelelahan fisik, permasalahan dalam rumah tangga, hingga stres imbas ASI yang tidak kunjung keluar atau seret. 

Belum lagi di masyarakat kita masih berkembang mindset bahwa melahirkan dengan metode caesar tidak lebih baik dari melahirkan pervaginam atau normal. Sehingga para wanita yang melahirkan caesar mengalami pergolakan emosi yang berlipat ganda belum lagi sakit yang dirasakan pasca operasi hingga proses pemulihan lukanya yang mayoritas "lebih lama" dari melahirkan normal. 

Apabila perlakuan pada jahitan pasca operasi tidak dijaga dengan baik maka berimbas pada penyembuhan luka yang memakan waktu lebih lama.

Tak jarang ibu tiba-tiba menangis tanpa alasan yang jelas, mudah marah, susah tidur, malas makan bahkan mandi pun ogah. Begitulah "pernak-pernik" perilaku baby blues yang sering dialami wanita. 

Dampaknya akan memengaruhi segala aktivitas pasca melahirkan. Bayi juga ikut-ikutan menangis terlalu lama dan mengalami gangguan tidur sehingga berdampak pada kondisi kesehatannya yang menjadi rentan sakit. Maka kondisi akan semakin karut marut. Jangan sampai hal demikian terjadi.

Oleh sebab itu, dibutuhkan upaya pencegahan dan penangkal baby blues agar tidak berkepanjangan terjadi pada para ibu berupa asupan-asupan utama yang tidak boleh terlewatkan, meliputi: (1) Asupan Fisik, (2) Asupan Psikis, (3) Asupan Finansial, dan (4) Asupan Literasi.

Asupan Fisik

Asupan fisik meliputi asupan gizi dan nutrisi, olahraga rutin, dan istirahat cukup. Ibu harus memperhatikan pola makan yang baik karena bukan hanya berimbas pada kesehatannya tetapi juga bayi. Merawat bayi yang baru lahir pun membutuhkan banyak energi. Ibu harus makan teratur dan istirahat cukup.

Pada kondisi baby blues, munculnya perasaan sedih bisa dipicu karena kurang tidur, kelelahan dan kewalahan mengurus bayi. Hal demikian berimbas pada penurunan berat badan, produktivitas ASI, hingga kesehatan ibu dan bayi.

Kadang pula ada ibu yang mengurus bayinya seorang diri lantaran tinggal di perantauan bersama suami. Maka, diharapkan ayah dan ibu bisa membagi waktu dengan baik untuk bekerja sama mengurus buah hari di tengah kesibukan pekerjaan.

Asupan Psikis

Asupan psikis meliputi kasih sayang dan perhatian orang-orang terdekat bahkan lingkungan sosial. Dalam asupan psikis ini menjurus pada kesehatan mental sang ibu yang ditunjang dengan lingkungan masyarakat yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi.

Peran ayah menjadi peran sentral karena menjadi support system utama pasangan. Seorang ayah diharapkan memiliki kepekaan tinggi terhadap ibu. Mengetahui kapan waktunya berganti peran dengan ibu untuk bergantian "momong" buah hati. Jeda istirahat sang ibu bisa merileksasi pikirannya sehingga merasa senang karena diperhatikan.

Lalu, bagaimana dengan pasangan yang menjalani hubungan pernikahan jarak jauh (Long Distance Marriage/LDM)?

Disinilah peran keluarga besar terlibat meliputi orang tua, mertua, kakak-adik, ipar, hingga teman terdekat. Orang tua dan mertua pernah berada di posisi si ibu, maka diharapkan bisa saling bersinergi untuk mendukung misalnya menyemangati si ibu menyusui meski ASI masih seret atau kesulitan menyusui karena belum terbiasa, sehingga diajarkan teknik-teknik versi orang tua agar ASI lambat laun deras. 

Tidak langsung menyalahkan akan tetapi turut mencarikan jalan keluar. Dengan kondisi yang lebih rileks, akan memengaruhi hormon kebaikan pada ibu sehingga besar kemungkinan proses meng-ASI-hi menjadi lancar.

Memiliki tetangga yang baik adalah rezeki yang luar biasa. Tidak hanya tentang berbagi makanan, namun bisa juga dengan berbagi empati misalnya meminimalkan adanya ucapan-ucapan yang membuat ibu yang mengalami baby blues tersinggung. 

Dampaknya, ibu merasa aman dan nyaman. Apabila ada nasihat atau saran dari tetangga, diharapkan saran yang membangun dan tidak memojokkan.

Asupan Finansial

Finansial menjadi bahasan yang sensitif mengingat kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang beragam. Di satu sisi, keberadaan finansial juga menjadi faktor pendukung kesehatan keluarga.

Asupan finansial menjadi "jembatan penghubung" untuk membangun fondasi keluarga yang harmonis. Jembatan ini menjadi penunjang keberadaan asupan lainnya seperti kebutuhan gizi, tingkat kebahagiaan, dan keilmuan.

Maka bersyukur para ibu yang mengalami masa singkat baby blues syndrome. Namun, jangan sampai terlupakan para ibu yang sedang berjuang melawan gangguan emosional ini di tengah himpitan ekonomi. 

Maka, diharapkan pemangku jabatan menaruh perhatian dan kepedulian terhadap ibu dengan kondisi perekonomian lemah. Para ibu ini rentan mengalami kelabilan emosi. Dengan didukung kepedulian sosial pula, para ibu ini diharapkan bisa bangkit.

Asupan Literasi

Asupan literasi merupakan bentuk lain asupan gizi kaum intelektual. Asupan ini dapat memengaruhi pola pikir, pembawaan diri, dan cara ibu menyikapi sebuah masalah. Hal demikian juga ditunjang oleh latar belakang pendidikan seorang ibu terkait pengetahuan dan kesiapannya untuk menjadi orang tua.

Ibu tidak boleh tenggelam dalam kesedihan misalnya karena kondisi fisik pasca melahirkan. Justru hal demikian sebaiknya menjadi motivasi untuk mengatasinya. Dengan melebarkan sayap literasi, pada akhirnya ibu tahu misalnya bagaimana cara mengecilkan rahim agar kembali ke ukuran normal, meningkatkan laktasi, dan sebagainya.

Di era digital ini sumber dan majelis ilmu banyak sekali bisa kita hadiri baik dalam jaringan (online) maupun luar jaringan (pertemuan) misalnya melalui diskusi dalam webinar atau sekadar mengunduh berbagai buku elektronik penunjang.

Pentingnya literasi ini agar kita peduli dengan tumbuh kembang buah hati sesuai milestone-nya. Selain itu, menjadikan ibu lebih bijak dalam mengolah dan memahami informasi seputar kesehatan jasmani/ragawi dan pola asuh didukung dengan proses membaca, aktualisasi menulis, dan diskusi (sharing).

Intinya, pada asupan literasi ini adalah bagaimana kita mengupayakan sebuah solusi atas permasalahan yang kita alamai melalui kemelekan ilmu pengetahuan. Agar ibu tidak terjebak dalam situasi gangguan emosi berlarut-larut lebih baik mencari informasi literatur seputar gizi keluarga misalnya.

***

Keempat asupan tersebut merupakan sistem pendukung utama yang benar-benar dibutuhkan oleh ibu bahkan mungkin seluruh ibu di dunia ini. Sehingga ibu sehat secara lahiriah dan batiniah.

Menjadi seorang ibu, apalagi pada persalinan pertamanya sekaligus menjadi pengalaman pertama diharapkan memiliki kepedulian tinggi terhadap dirinya sendiri dan buah hati. Meskipun pada fase ini terkadang ibu lebih sensitif terhadap segala hal.

Melalui berbagi kisah dan pengalaman kepada orang terdekat, dukungan sosial, petugas kesehatan dan bekal pengetahuan diharapkan para ibu bisa segera "move on" dari gangguan emosional ini. Selain itu, diiringi dengan doa dan pikiran positif dalam diri demi buah hati terkasih.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun