Sabtu pagi (23/12/23), saya mengajak si kecil jalan-jalan ke alun-alun kota Bogor dengan moda transportasi commuterline (KRL).Â
Setibanya di stasiun Bogor, pemandangan tidak seperti biasanya, saya mendapati banyak polisi di sekitar area stasiun dan alun-alun. Sebagai tambahan informasi bahwa letak stasiun Bogor bersebelahan dengan alun-alun kota Bogor.
Masih di dalam stasiun Bogor, ketika saya sedang berada di toko oleh-oleh dan mengantri di bagian kasir, saya melihat si kecil bersama ayahnya di luar sedang asyik mengobrol dengan dua orang polisi yang sedang berpatroli di dalam stasiun. Semakin penasaran, saya bertanya kepada ayah si kecil apa isi pembicaraan mereka.
Ternyata, para polisi sedang berupaya menertibkan dan membuat situasi aman serta nyaman di stasiun, alun-alun, dan sekitarnya yang notabene tempat umum yang sarat akan keramaian.Â
Hemat saya, semoga para oknum yang akan melakukan tindak kejahatan akan berpikir dua kali bahkan membatalkan aksinya karena keberadaan aparat penegak hukum tersebut.
Namun, hal demikian bukan serta merta menjadi tanggung jawab polisi sepenuhnya. Timbulnya sebuah tindak kejahatan juga tidak menutup kemungkinan karena adanya kelengahan, kelonggaran, serta peluang yang tidak boleh disia-siakan bagi para pelaku kejahatan.Â
Maka dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk mewaspadai terjadinya tindak kejahatan salah satunya waspada penculikan anak yang sedang marak terutama di musim libur panjang ini.
Pada musim libur sekolah, natal, dan tahun baru ini penting kiranya orang tua memprioritaskan kenyamanan dan keamanan anak ketika hendak bepergian terutama di tempat-tempat ramai yang tidak menutup kemungkinan rawan pencurian/pencopetan dan penculikan.
Berbicara tentang penculikan dalam hal ini adalah penculikan anak, sebagai orang tua harus senantiasa mewaspadainya. Misalnya, saat di tempat wisata atau di tempat keramaian upayakan ayah dan bunda senantiasa menggandeng atau sesekali menggendong anak ketika situasi berjubelan pengunjung.
Hal tersebut sebagai salah satu upaya orang tua melindungi anak dari hal-hal yang tidak diinginkan disamping tidak boleh lengah. Selain itu, dibutuhkan pula penunjang misalnya taman bermain yang ramah dan aman untuk anak yang dilengkapi dengan cctv dan terdapat petugas keamanan yang senantiasa berjaga.
Menilik indikator motif penculikan melalui usia anak, Praktisi Kepolisian Sri Suari pada salah satu program stasiun televisi menyampaikan bahwa lokalisir modus penculikan bisa berdasarkan umur. Terdapat tiga pola besar motif penculikan anak, diantaranya (1) kepentingan adopsi ilegal atau dibesarkan sendiri yang menyasar anak usia di bawah 1 tahun, (2) ekonomi atau mencari keuntungan uang melalui tebusan yang menyasar pada anak yang sudah bisa bicara, dan (3) eksploitasi ekonomi misalnya untuk mengemis yang menyasar usia di bawah 10 tahun dan eksploitasi seksual yang biasanya di atas 12 tahun ke atas.
Di samping itu, kasus penculikan dengan motif pedofilia juga mengindikasikan bahwa penculikan menyasar anak usia di bawah umur atau belum mencapai usia pubertas yang umumnya anak-anak di bawah usia 11 tahun.
Ada pula motif penculikan lainnya, seperti motif yang dilatarbelakangi dendam atau persoalan pribadi orang tua dari sang anak dengan pelaku yang menjadi pemicu misalnya anak menjadi korban perebutan hak asuh yang melibatkan keluarga. Kemudian, satu lagi motif yang membuat para orang tua "bergidik" yaitu motif jual-beli organ.
Patut diingat bahwa ada kalanya penculik coba-coba dan terjadi penculikan insidental karena melihat anak sendirian tanpa pantauan orang tua maka terbersit pelaku untuk menculik anak tersebut dengan motivasi-motivasi pendukung berikutnya misalnya minta tebusan.
Selain orang tua, peran masyarakat, pihak sekolah apabila anak sudah bersekolah, dan pemangku kepentingan menjadi pagar penting menghindari penculikan anak. Bentuk kepedulian sesama di semua elemen tersebut dapat menciptakan sinergitas yang memperkuat sikap saling Asah, Asih, dan Asuh.
Sikap saling Asah
Sikap saling Asah mengacu pada sikap saling memperbaiki kemampuan dan potensi diri misalnya dalam hal intelektualitas. Orang tua sebagai ruang konfirmasi pertama anak sebaiknya mengevaluasi diri apakah pola asuh dan komunikasi orang tua terhadap anak sudah terjalin optimal atau belum.
Misalnya, orang tua menanyakan apa saja yang dialami anak hari ini, kemudian membiasakan anak untuk meminta persetujuan dan izin kepada orang tua dan selalu izin serta pamit ketika hendak bepergian.Â
Orang tua mengupayakan untuk menciptakan komunikasi yang erat antara orang tua dan anak yang bertujuan agar orang tua dapat memantau segala aktivitas anak salah satunya dari cerita anak. Demikian sebagai evaluasi pengasuhan ranah keluarga.
Selain itu, terdapat pengasuhan berbasis komunitas. Dari sini para orang tua dapat menjalin relasi bersama masyarakat bahkan pemangku kepentingan untuk berbagi ilmu, ruang, dan pengalaman.Â
Pentingnya pengasuhan berbasis komunitas terutama pada keluarga rentan misalnya melalui pembinaan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) setempat, majlis ta'lim, komite sekolah, dan sebagainya.Â
Keluarga rentan yaitu keluarga yang berisiko mengalami masalah, baik dari diri maupun dari lingkungan sehingga tidak dapat mengembangkan potensinya. Pelaku penculikan menyasar anak-anak kondisi orang tua rentan misalnya kemiskinan (ekonomi) dan sosial.
Dengan demikian diharapkan semua masyarakat terlatih untuk menyampaikan, mengadu, dan melaporkan situasi dan kondisi yang sedang dialami.Â
Disamping itu, agar masyarakat tetap tenang, tingkatkan kewaspadaan, dikroscek terlebih dahulu dan tidak terlalu panik karena oversharing berita kasus penculikan anak di media sosial misalnya.
Sikap saling Asih
Sikap saling Asih merujuk pada empati dan kepedulian sosial. Maka rasa peka dan memahami kegiatan anak sekitar menjadi kuncinya.
Salah satu trik yang digunakan oleh penculik untuk melancarkan aksinya adalah mempelajari profil anak dan keluarga. Salah satunya menyasar pada keluarga rentan yang pengasuhannya tidak terlalu kuat sehingga dapat berpotensi dalam situasi-situasi sulit tersebut.
Tantangannya adalah sikap individualis masyarakat dan kurangnya kepedulian terhadap sesama utamanya di perkotaan. Maka dari itu, perlunya orang tua membangun komunikasi dengan lingkungan anak meliputi sekolah dan tempat bermainnya.Â
Tidak ada salahnya melibatkan tetangga yang dikenal baik untuk turut mengawasi anak karena pada waktu-waktu tertentu penculik mencari celah untuk melakukan aksinya misalnya sore hari saat anak pulang dari belajar ngaji, bermain, dan sebagainya.
Kesadaran masyarakat juga dapat berupa kepedulian terhadap anak-anak baik itu anaknya, anak tetangga, maupun anak orang lain.
Sikap saling Asuh
Sikap saling Asuh menggambarkan sikap untuk saling membantu, mendukung, dan mengayomi bersama untuk memberikan rasa aman kepada anak di tengah-tengah lingkungan masyarakat.
Sangat penting orang tua untuk mengajarkan anak tidak mudah percaya dengan orang asing. Apabila anak diajak orang yang tidak dikenal maka katakan tidak atau berteriak dan buat situasi seolah orang tahu anak sedang tidak dengan orang yang dikenal. Dengan harapan warga datang berlarian mendekati dan menyelamatkan anak dari percobaan penculikan.
Sebagai contoh lain, pada anak kelas 2 SD ke atas, misalnya melatih anak upaya perlawanan fisik seperti menendang, menggigit, dan lain-lain. Sedangkan pada balita, tanggung jawab terpusat pada orang tua. Apabila sudah bersekolah misal usia Paud, Play Group, dan TK berkoordinasi dengan komite dan pihak sekolah melalui grup WhatsApp serta memberikan informasi valid untuk memastikan siapa yang akan menjemput sang anak pulang sekolah.
Penguatan sikap saling Asah, Asih, dan Asuh sebagai upaya kewaspadaan terhadap penculikan anak sangat penting dilaksanakan oleh semua lini meliputi sinergi antara keluarga maupun komunitas masyarakat, sistem yang mendukung, serta penegak hukum.
Dengan demikian, jangan pernah memberikan celah dan potensi orang lain melakukan penculikan terhadap anak. Semoga libur panjang di akhir tahun ini dan tahun berikutnya dijauhkan dari kasus penculikan anak.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H