"Dungu" dan "Akal Sehat" merupakan kata paling popular dari Rocky Gerung. Jika kurang nalar dan minim pengetahuan, atau sedikit pengalaman lapangan, publik cenderung mengamini bangunan retorika yang disampaikan Rocky Gerung.
Konsekuensi rasionalitasnya, akan membuat siapa saja yang sedang berhadapan dengan Rocky Gerung, butuh amunisi lebih untuk berfikir keras menyangkal pernyataan dalam debatnya, demi mengimbangi atau bahkan mematahkan basis argumentasinya.
Umumnya publik Indonesia mengenal Rocky Gerung sebagai filosof, akademisi, dan intelektual yang mumpuni. Bahkan, cara mengkritik yang dilakukan kepada presiden, pemerintah, maupun kelompok politik lainnya terkait subyek tertentu, tidak jarang menyelipkan kata dungu dan akal sehat sebagai bagian dari narasi pernyataan politisnya.
Padahal, jika jeli sedikit, bahwa setiap persoalan tidak berdiri sendiri, ada kausalitas yang melatari kejadiannya. Terkait hal ini, tentu ada relevansinya dengan pernyataan politik Presiden, Anies Baswedan, atau para Menteri kepada publik, saat menjawan pertanyaan para kuli tinta.
Dalam konteks berfikir positif, setidaknya ada dua pesan moral politik Rocky Gerung yang ingin tersampaikan ke publik. Pertama, para pengkritik harus cerdas dan mampu memberi argumen logis berikut contoh analog yang relevan-rasional. Hal ini untuk menghindari kritik yang berbasis pokoknya semata.
Sedangkan pesan moral politik kedua, bermaksud mengingatkan anggota legislative harus cerdas dengan segala pengetahuan dan kecakapan profesionalnya saat mengontrol kinerja eksekutif, maupun kepada para pembantu presiden agar tidak salah menafsir ketika membuat produkprogram kebijakannya sesuai kemauan politik presiden.
Implikasinya dengan paparan di atas, penulis mengkaitkan dengan pernyataan Rocky Gerung yang kembali melemparkan kritik tajam ke pemerintah Jokowi. Kali ini soal ajakan Presiden yang meminta rakyat untuk berdamai dengan corona. Ungkapan Jokowi sangat dikritik habis oleh Rocky Gerung. Sebab, ini seolah menunjukkan kalau Istana pasrah dengan kondisi saat ini (www.hops.id, 11/05/2020)
"Berdamai itu istilah fatal, kayak orang yang kehabisan akal, itu bukan menyerah, kalau menyerah itu seperti ditodong oleh musuh tuh. (Tetapi) Dia menyerah karena dia bingung di persimpangan mau ke mana?" kata Rocky meng-kritik Jokowi, dalam saluran Youtube-nya, Senin 11 Mei 2020.
Apakah bisa diterima akal sehat dan logis kritik Rocky Gerung terhadap pernyataan presiden tentang ajakannya kepada rakyat untuk berdamai dengan corona?Â
Jika hanya fokus pada makna dari kata "menyerah" saja, maka intepretasinya bisa dibenarkan sesuai definisi yang umum dipakai berdasarkan ketentuan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI).
Akan tetapi, penggalan kata "menyerah" merupakan bagian dari rangkaian kalimat lainnya, dan seruan bersifat politis itu tidak berdiri sendiri. Banyak faktor yang melatari sebagai basis pertimbangannya, sebelum pada tahap pengambilan keputusan politik Presiden.
Faktor penentu lainnya, dipastikan ada unsur kausalitas yang melatari, sehingga ada unsur politik tertentu yang harus dikorbankan demi menyelamatkan sesuatu yang lebih besar, berdampak sistemik, pertimbangan kemanusiaan, perekonomian, dan keberlangsungan praktik ketatanegaraan yang harus berlangsung secara regular.