Orangtua saya tidak pernah melarang, bahkan mendorong, kala saya untuk pertama kalinya ke gereja. Mereka berharap melalui ajaran yang baik, kelak saya akan menjadi anak yang baik. Namun, kisahnya agak berbeda saat saya mengutarakan keinginan untuk menganut agama Kristen.
"Terus, ketika kami meninggal, tidak ada lagi yang akan datang ke makam dan menyembahyangi kami? Terus, kita tidak akan bertemu lagi di alam baka?" demikan parafrasa dari saya. Melalui jawaban ini saya pun mengerti, itulah kecemasan mereka yang sesungguhnya.
Kembali ke "Wei", secara keseluruhan film pendek ini digarap dengan sangat baik. Layak ditonton kapan saja, sekalipun Anda merasa "golden moment" film ini sudah berlalu oleh sebab tahun pembuatannya.
Namun, percayalah, berlaku sebagaimana halnya buku. Buku baru adalah buku yang belum pernah dibaca. Maka, selaras itu, film baru tentu adalah film yang belum pernah kita tonton. Selamat menikmatinya. (*)
Sumber:
- https://travel.tempo.co/read/1841438/kontroversi-bak-kut-teh-masuk-daftar-makanan-warisan-nasional-malaysia
- https://food.detik.com/info-kuliner/d-7213426/bak-kut-teh-ditetapkan-sebagai-makanan-warisan-malaysia-tapi-tuai-perdebatan
- https://jurnal.ugm.ac.id/jks/article/view/92111/39032
- https://nasional.kompas.com/read/2014/11/24/15470501/Majelis.Tinggi.Khonghucu.Perbedaan.Agama.Tak.Jadi.Penghalang.Perkawinan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI