Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film Pendek "Gilingan" Ersya Ruswandono, Jalan Kreatif di Antara Kota dan Desa

31 Januari 2024   11:54 Diperbarui: 1 Februari 2024   02:35 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Betul! Untungnya aku sudah tahu. Pendapatannya aku sudah tahu. Roasting orang, dapat duit. Enak banget hidupnya!" sergah Andi Anram.

Dalam jawaban seriusnya, Andai Anram menyatakan bahwa kita harus bertranformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern. Jika tidak, milenial tidak akan mau.

"Sekarang kita menuju pertanian modern," jelasnya. Lalu Andi Anram menerangkan tentang penggunaan metode dan teknologi dalam pertanian modern.

"Kita tidak mungkin bersaing dengan negara lain kalau pertanian kita tradisional. Kata kuncinya adalah bagaimana membuat petani untung. Kalau mereka rugi, milenial tidak akan ikut," lanjut Andi Anram.

Solusi kreatif

Film pendek Gilingan (2016) mencoba memotret realita kehidupan yang ada ini. Kenyataan ini menjadi bayang-bayang yang dihadapi masyarakat kota dan desa. Atau dalam konteks film ini, mengambil lokasi di Yogyakarta.

Ersya Ruswandono selaku sutradara, mengangkat kisah ini berdasarkan skenario yang ditulisnya bersama Nicky Walewangko. Dalam film dengan durasi 21 menit, kisah ini menawarkan solusi kreatif sebagai jalan keluar bagi karakter Bagus.

Solusi itu tentu saja tidak datang dari keajaiban atau ruang kosong. Logika cerita dibangun dengan baik, saat Bagus mulai terbuka dan mau memahami situasi. Ia kemudian menempatkan dirinya tidak lagi berada di sisi perlawaanan.

Dengan perangkat pikir yang telah berubah, Bagus menjadi siap menangkap gagasan-gagasan yang "tersedia" di lingkungan sekitarnya. Ia membuka hati, lalu membuka pikiran. Jalan logika ini kemudian berkembang.

"Iki tenanan, Mas?" tanya Laras saat Bagus menyodorkan konsep yang telah ia rumuskan.

Bagus mengangguk dengan meyakinkan. Film ini pun mencapai ujung yang mungkin tidak akan kita duga. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun