"Betul! Untungnya aku sudah tahu. Pendapatannya aku sudah tahu. Roasting orang, dapat duit. Enak banget hidupnya!" sergah Andi Anram.
Dalam jawaban seriusnya, Andai Anram menyatakan bahwa kita harus bertranformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern. Jika tidak, milenial tidak akan mau.
"Sekarang kita menuju pertanian modern," jelasnya. Lalu Andi Anram menerangkan tentang penggunaan metode dan teknologi dalam pertanian modern.
"Kita tidak mungkin bersaing dengan negara lain kalau pertanian kita tradisional. Kata kuncinya adalah bagaimana membuat petani untung. Kalau mereka rugi, milenial tidak akan ikut," lanjut Andi Anram.
Solusi kreatif
Film pendek Gilingan (2016) mencoba memotret realita kehidupan yang ada ini. Kenyataan ini menjadi bayang-bayang yang dihadapi masyarakat kota dan desa. Atau dalam konteks film ini, mengambil lokasi di Yogyakarta.
Ersya Ruswandono selaku sutradara, mengangkat kisah ini berdasarkan skenario yang ditulisnya bersama Nicky Walewangko. Dalam film dengan durasi 21 menit, kisah ini menawarkan solusi kreatif sebagai jalan keluar bagi karakter Bagus.
Solusi itu tentu saja tidak datang dari keajaiban atau ruang kosong. Logika cerita dibangun dengan baik, saat Bagus mulai terbuka dan mau memahami situasi. Ia kemudian menempatkan dirinya tidak lagi berada di sisi perlawaanan.
Dengan perangkat pikir yang telah berubah, Bagus menjadi siap menangkap gagasan-gagasan yang "tersedia" di lingkungan sekitarnya. Ia membuka hati, lalu membuka pikiran. Jalan logika ini kemudian berkembang.
"Iki tenanan, Mas?" tanya Laras saat Bagus menyodorkan konsep yang telah ia rumuskan.
Bagus mengangguk dengan meyakinkan. Film ini pun mencapai ujung yang mungkin tidak akan kita duga. (*)