Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Suami yang Lain", Selalu Ada Ujian untuk Cinta

12 Januari 2024   10:29 Diperbarui: 12 Januari 2024   10:43 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernikahan dalam perspektif psikolog atau konselor adalah proses yang hendak dan harus dijalani bagi siapa pun yang telah berhasil sampai pada keputusan untuk tampil di depan penghulu.

Seusai akad, sesedikit mungkin atau sebanyak mungkin undangan yang telah disebarkan untuk menjangkau para sanak saudara dan handai taulan untuk hadir, pastinya tidak menentukan seberapa kuat ikatan pernikahan akan terbentuk.

Tidak juga parameter yang bernama bahagia. Pernikahan yang langgeng tidak selalu terdiri dari bahan material kebahagiaan. Sebab di antara rentang panjang hingga maut memisahkan, terdapat variabel bebas lainnya.

Sebagai variabel yang disebut bebas, maka variabel tersebut kerap disebut sebagai realita hidup. Bukan bunga-bunga, romantisme, atau impian kala cinta monyet mulai bersemi dan tumbuh menjadi cinta "orang utan" atau "kingkong".

Film Suami yang Lain pentas kisah problem pernikahan

Dalam konteks atau panggung hidup inilah cerita dari film Suami yang Lain dipentaskan. Benni Setiawan, sang penulis skenario, menyadari betul seberapa luas para karakter bisa dimainkan.

Peluang ini dimanfaatkan dengan baik oleh sang sutradara John De Rantau dalam memimpin arah pergerakan main para aktornya dalam merentang cerita.

Durasi film sepanjang 112 menit memberi kesempatan skenario film ini dibangun dengan kokoh, tahap demi tahap, ahar dapat diterima oleh logika penonton.

Konflik yang dihadirkan, bukanlah konflik yang digeber dengan aksi tubuh heroik dan suara tinggi menyengat telinga. Namun san sutradara membuatnya terlihat atau terdengar manis untuk dikenang.

Acha Septriasa (Olivia Sastranegara) tampil dengan matang, demikian juga Morgan Oey (Danan Dimitri) sebagai aktor yang telah berpengalaman naik di berbagai "panggung peran" yang mendukung akting primanya.

Sementara Omar Daniel (Jordy Anwar), sangat menyita perhatian dalam kehadiran secara fisik yang "tidak utama" dalam keseluruhan film. Ia mengetuk benak kita melalui dua sisi wajah yang sangat diingat penonton.

Tak hanya itu, kehadiran Anya Geraldine ibarat tanaman teh di mana bagian yang terbaik untuk dipetik untuk diolah sebelum disajikan adalah sang pucuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun