Anda bangga berwisata di Indonesia? Saya punya kisah untuk diceritakan, sudilah tuan dan puan jeda sejenak untuk membacanya.
Ada suatu masa di Indonesia, jauh sebelum Kerajaan Gawai belum menyerbu, warga mudanya gemar mendaki gunung. Mereka kerap berhimpun dalam organisasi yang lekat pada kampus, dengan akronim yang membanggakan: Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam).
Kampus mana yang tak ingin memiliki Mapala? Mapala menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa, organisasi intra kampus orientasinya mengental pada aktivitas melambang kecintaan pala alam yang dimaknai pula sebagai aksi "melindungi keberlangsungan kehidupan alam serta lingkungan".
Di dalam satu kampus, Mapala bisa berkembang dalam diferensiasi sebuah fakultas, bahkan grup-grup lebih kecil. Resonansinya menular hingga menjangkau anak-anak muda di luar sebuah kampus.
Mapala bisa pula diidentikkan sebagai kawah candramuka kepemimpinan yang melahirkan tokoh-tokoh dengan karakter yang kuat. Kita bisa menyebut nama Soe Hok Gie, yang menorehkan catatan dokumentatif tentang sepak terjang mahasiswa kala itu.
Nama lain yang bisa disebut adalah Rudy Badil. Beliau adalah seseorang yang turut melahirkan grup lawak Warkop bersama Nanu Moeljono, Kasino Hadiwibowo (Kasino), Wahjoe Sardono (Dono), dan Indrodjojo Kusumonegoro (Indro). Rudy kemudian dikenal luas sebagai jurnalis harian Kompas.
Di era kekinian yang relate dengan generasi kini, layak disebutkan nama gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan tentu saja Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jika Khofifah aktif di Mapala Universitas Airlangga (Unair), maka Jokowi dikenal sebagai anak Mapala Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (Mapala Silvagama).
Semasa kuliah Jokowi memang hobi mendaki gunung, dan yang banyak beredar adalah dokumentasi saat beliau melakoni "Ekspedisi Gunung Kerinci" pada 1983 bersama Mahasiswa Pencita Alam Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (Mapala Silvagama).
Kode Etik Pecinta Alam Indonesia
Kisah-kisah perjalanan anak Mapala kala itu, menyebar organik dan menginspirasi anak-anak muda dan para remaja lainnya. Majalah-majalah populer bagi generasi lampau semisal majalah Gadis, secara reguler memuat kisah-kisah petualangan ini. Dimuat secara bersambung, kelanjutan kisahnya selalu dinanti dengan tak sabar.
Secara lebih serius dan memberi ruang lebih leluas di kala itu, ada tabloid Mutiara. Di media ini kemudian terkembang cerita-cerita yang melampaui gunung-gunung di dalam negeri. Wawasan dan tingkat apresiasi anak-anak muda berkembang mendunia. Mereka makin kenal dengan Seven Summits (tujuh puncak gunung) Indonesia dan Seven Summits dunia.
Menarik bagi saya kala masih berusia belia dan gemar membaca majalah remaja kala itu, kisah anak-anak Mapala memberi inspirasi. Bukan hanya menebar benih -benih patriotisme, mereka ternyata memiliki dan memegang kuat kode etik.
Kode Etik Petualang ini, tulis Alamendah, "Biasa ditanamkan kepada para anggota pecinta alam. Terutama ketika para pencinta alam bertualang (kegiatan out door). Bahkan kode etik petualang ini sebagai salah satu pelaksanaan dari kode etik pecinta alam Indonesia."
Lebih jauh dalam unggahan khusus berjudul "Kode Etik Pecinta Alam Indonesia" dijelaskan bahwa kode etik pecinta alam Indonesia lahir di kegiatan Gladian Nasional Pecinta Alam pada 1974.
Paling menarik dari kode etik ini, di tiga paragraf pembuka, bunyi narasinya melibatkan Allah dan Tanah Air. Simak deh, saya kutipkan utuh:
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, bangsa, dan tanah air
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah sebagian dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah yang Mahakuasa
Kemudian disusul dengan 7 butir penyataan:
1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya
3. Mengabdi kepada bangsa dan tanah air
4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam
6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air
7. Selesai
Disyahkan bersama dalam Gladian Nasional ke-4
Ujung Pandang, 1974
Dalam bahasa yang jaug lebih populer, anak-anak belia mengenalnya sebagai kutipan populer, "Jangan ambil apa pun kecuali gambar, jangan tinggalkan apa pun kecuali jejak langkah".
Kode etik atau prinsip-prinsip kuat ini pada akhirnya akan membuat kita bangga berwisata di Indonesia.
Sustainable & Responsible Travel
Di era kekinian, dalam narasi yang lebih teknis, semua pergulatan harmoni manusia dan alam ini dalam kerangka berwisata dalam makna luas, terformulasi dalam istilah "Sustainable & Responsible Travel". World Tourism Organization (UNWTO) sebagai badan pariwisata dunia, sangat concern dengan topik ini.
UNWTO adahah badan PBB yang berwenang dalam mempromosikan pariwisata yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dan universally accessible. Sebagai gambaran, saat ini UNWTO beranggota 160 negara, dengan 6 associate members dan 2 observers (Vatikan dan Palestina).
UNWTO mencetuskan Global Code of Ethics for Tourism. Di bawah tajuk Responsible Tourist, UNWTO bahkan mengungkapkan bahwa untuk memudahkan pemahaman akan prinsip-prinsip kode etik ini, sejak 2005 teks dan format leaflet ini dibuat yang lebih ramah bagi pengguna.
Buat Anda peduli hingga hal-hal detail semisal kode etik pencinta alam Indonesia, bisa mengunduh dokumen (pdf) World Committee on Tourism Ethics ini di sini. Sebagai priotitas dalam rentang tahun 2021-2025, WCTE merumuskan empat butir tugas mulia terkait "responsible and ethical tourism", yaitu:
1. Decent Work, Inclusive Growth and Community Empowerment
2. Technology and Digital Platforms
3. Climate Change and Environmental Sustainability
4. Social Sustainability and Intercultural Dialogues
Lebih jauh, UNWTO bahkan telah menyediakan buklet panduan dengan tajuk "Tips for a Responsible Traveller", yang bisa Anda unduh (pdf) di sini. Intro panduan ini menarik bagi saya sebab diawali dengan kutipan yang berasal dari Jawaharlal Nehru, mantan Perdana Menteri India (1947-1964).
We live in a wonderful world that is full of beauty, charm and adventure. There is no end to the adventures we can have if only we seek them with our eyes open.
Jika Anda terlampau sibuk untuk membaca tips "Traveler yang Bertanggung Jawab" Â dalam buklet tersebut, saya ringkaskan butir-butir yang terdapat di dalamnya:
- Honour your hosts and our common heritage
- Protect our planet
- Support the local economy
- Travel safely
- Be an informed traveler
- Use digital platforms wisely
- Make tourism the force for good and set a good example for other travellers!
So, jadilah wisatawan yang beretika dan bertanggung jawab. Agar membuat setiap generasi bangga berwisata di Indonesia.
Prinsip Sederhana Buat Kita
Jika Anda terlampau pusing dalam menghapal dan menghayati semua butir kode etik tersebut serta tips menjadi traveler bertanggung jawab, setidaknya Anda bersedia memegang prinsip sederhana ini buat diri Anda sendiri:
- Mulailah menumbuhkan benih tanggung jawab. Bertanggung jawablah pada perilaku dan terutama sampah Anda sendiri. Jika tidak terdapat tempat sampah, berani mengantongi sampah sendiri adalah tindakan terpuji.
- Mulailah dari diri sendiri. Tak usah menunggu lingkungan di sekitar Anda melakukan hal yang sama. Anda berpegang teguh pada benih tanggung jawab yang sedang Anda tumbuhkan.
- Bertindaklah tanpa menunggu. Jika ada yang harus Anda benahi, termasuk melakukan aksi Anda butuhkan, lakukanlah.
Prinsip lain? Hanya tiga? Kurang banyak? Kurang heroik?
Ketiga prinsip sederhana itu sudah cukup.
Jangan mau kalah dari Nepal, yang oleh UNWTO negara ini dijadikan narasi yang membanggakan hati:
Responsible tourism is very much important for the touristic country like Nepal. Embraced with Natural and Cultural heritage , Nepal has attracted thousands of tourists every year. It is also important to protect these heritages for future and for this it is important for tourist and tourism stakeholders to more responsible and environment friendly. Still the concept of responsible tourism is not common in Nepal, it is now needed to aware people about responsible tourism. Realizing it's important in the context of Nepal "Responsible Tourism And It's Important" interaction program is going to be held in International Tourism Day 2013 in Dhulikhel, Nepal.
Mari replace kata "Nepal" di atas dengan kata "Indonesia" melalui tindak nyata dari diri kita masing-masing. Membuat kita bangga berwisata di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H