Intensitas pertemuan atau semacam kunjungan akan bermanfaat pada kefalidan informasi terkini, perihal kondisi mereka, masyarakat miskin. Karena waktu berjalan cepat, persoalan dan tantangan satu keluarga dengan lainnya berbeda-beda. Dengan pertemuan inilah akan mampu mengupdate kenapa dan bagaimana kondisi terkini dampingan kita. Misal kondisi kesehatan ibu hamilnya, kondisi balita dan gizinya, kondisi kesehatan keluarganya, animo dan tingkat pendidikannya, terlebih kondisi sosial ekonominya.Â
Kedua, komunikasi. Komunikasi juga merupakan hal penting yang tak bisa diabaikan begitu saja, bagi seorang pendamping atau motivator. Komunikasi dengan keluarga miskin harus dibangun dengan sedemikian rupa baiknya. Sehingga tak ada kesalahpahaman, ketersinggungan atau mis komunikasi diantara keduanya. Semisal dengan menyederhanakan bahasa kita dengan bahasa keumuman mereka.Â
Bisa juga dengan saling tegur sapa dengan para anggota keluarga dampingan kita. Dapat pula secara intens berkomunikasi, menanyakan kabar dan perkembangan terkini keluarga. baik tentang kondisi kesehatan, pendidikan dan ekonominya. Serta diharapkan mampu menampung keluh kesah mereka dengan tetap memberikan motivasi, bukan sebaliknya, memanjakan dan iba memberikan bantuan yang bersifat instan.
Dengan komunikasi yang baik dan intens, secara otomatis pesan-pesan motivasi dari pendamping atau sang motivator perlahan tapi pasti akan mudah dipahami dan ditangkap pesannya. Dan progres dari semua itu pun bisa terlihat dan terukur. Misal, adanya perubahan pada keluarga miskin yang kini mulai memperhatikan pendidikan dan pengasuhan terhadap anaknya. Meski dengan kondisi rumah kecil, anggota keluarga miskin mulai memperhatikan kebersihan dan kerapihan rumahnya.Â
Ada pula yang kini terbiasa dengan pola hidup sehat, seperti cuci tangan pakai sabun, tak lagi Buang Air Besar (BAB) sembarangan, kemana-mana memakai alas kaki, sandal, terlebih menggunakan masker di saat pandemi covid-19 sekarang ini. Ibu hamil Sera balitanya semakin rajin ke posyandu, capain ASI ekslusif meningkat, serta menurunnya angka kekerasan dalam rumah tangga miskin.Â
Kunci ketiga sebagai improvisasi sang motivator adalah kreatifitas. Terutama kreatifitas dalam menysmpaikan pesan serta kreatifas dalam memberdayakan diri dan ekonomi keluarga miskin. Sang motifator harus mampu membaca peluang usaha yang dapat dilakukan oleh keluarga miskin dampingannya.Â
Kreatifitas lain yang bisa dilakukan yang dengan menyampaikan pesan moral, pesan spiritual yang terkandung dalam kitab suci mereka. Bahwa semua agama sama, mengajarkan umatnya untuk tidak berputus asa, selalu bersyukur dan optimis menyongsong hari esok yang lebih baik. Tentunya, bisa melaui perubahan mindset, peningkatan taraf pendidikan, kesehatan dan ekonominya.Â
Imam Chumedi, KBC-28Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI