Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dulu Seorang Karyawan Jajanan, Kini Banjir Pesanan

3 September 2020   14:51 Diperbarui: 3 September 2020   14:54 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa pelanggan biasanya datang langsung ke rumah Deres untuk memesan kue (Sumber gambar: dok. pribadi).
Beberapa pelanggan biasanya datang langsung ke rumah Deres untuk memesan kue (Sumber gambar: dok. pribadi).
Ibu Deres termasuk unik, tak seperti pengusaha lainnya yang dengan gencar mempromosikan barang dagangannya dengan beraneka cara dan beragam media. Hal itu tidak saya jumpai pada seorang Deres. Di depan rumahnya pun tak ada plang, atau spanduk promo sama sekali. Usahanya justru terkenal dari mulut ke mulut. Tak pernah ia memposting atau mengunggah kue hasil buatannya di media sosial seperti facebook atau Whatsapp sekalipun. Dirinya justru, khawatir jika jajanannya diunggah di media sosial, justru akan banyak order, terkadang mendadak dan bisa jadi membuat dirinya lupa waktu.

Usaha bolunya, dijalani santai tapi pasti, tidak ngoyo. Dirinya juga menyadari tak hafal dan tidak terlalu gandrung kepada media sosial. Waktunya lebih banyak dimanfaatkan untuk mengurusi keluarga dan usahanya. Keyakinannya akan semua rizki dari Allah, membuatnya semakin yakin bahwa tanpa gencar promosi pun, pelanggan akan datang, tahu dengan sendirin terbilang mantap. Terlebih kue buatan Deres betul-betul mengutamakan kualitas. Gulanya asli, gula merah, tak memakai bahan pewarna dan pengawet makanan, rasanya pu pas-mantap.

Usaha Deres semakin tahun semakin berkembang. Ia termasuk orang yang ulet. Bahkan prinsip usahanya cukup keras. Selama ia bisa lakukan sendiri, kenapa harus meneggunakan tenaga orang lain. Bukankah akan tambah biaya? Deres justru "keras" dalam menanamkan jiwa kewiraushaaan kepada kedua putrinya. Kedua putrinya dididik dengan nafas kewirausahaan agar mampu membuat kue. Deres berfikir bahwa seorang perempuan juga harus punya usaha sendiri, tak boleh bergantung pada penghasilan suami. Kehidupan tiada pasti. Jodoh tak ada yang tahu. Maka sudah sepatutnya seorang perempuan tak bergantung penuh pada penghasilan sang suami.

Deres menggambarkan, Jika uang suami adalah untuk anak dan istri. Apa jadinya jika seorang istri yang juga adalah anak perempuan, ingin memberikan uang kepada orang tuanya, tetapi uang itu dari hasil suaminya? Apalagi ketika diberikan tanpa sepengetahuan sang suami?. Bolehkah, halalkah? Inilah yang memotivasi dirinya untuk bisa juga menghasilkan uang dari keringatnya sendiri, bukan dari suami. Dengan uang yang dihasilkannya sendiri, Deres juga bisa berbagi dengan orang tua, dengan Uwa'nya yang kini sudah lansia tak memiliki anak. Dengan penghasilannya sendiri, Deres bisa leluasa memenuhi kebutuhan bahkan keinginan lainnya.

Deres mengajari anaknya untuk selalu bekerja keras. Anak pertamanya, yang kini di bangku kelas 3 SMA, sudah bisa diajak kerjasama, terutama ketika ada pesanan aneka kue dalam jumlah banyak. Begitu juga anak keduanya, Meski baru berumur 8 tahun, ia sudah bisa membantu orang tuanya, mengaduk adonan dan membuat kue bolu. Deres mengajarkan kewirausahan sejak dini. Bahakn Deres berencana menguliahkan anak pertamanya nanti dengan syarat, disamping kuliah, ia juga harus nyambi kerja. Tanpa itu, Deres tak akan memenuhi kebutuhan kuliahnya. "Hidup itu keras, hidup itu butuh perjuangan" katanya.

Ibu Deres tiap hari menitipkan bolu kukusnya di sebuah Swalayan di Brebes (Sumber gambar: dok. pribadi).
Ibu Deres tiap hari menitipkan bolu kukusnya di sebuah Swalayan di Brebes (Sumber gambar: dok. pribadi).
Usaha jajanan Deres kini cukup lumayan, Penjualan bolu kukusnya di Swalayan SARI MULYA biasanya dihitung minggguan. Jika sedang ramai, dari produksi kuenya, ia bisa menerima 800 ribu hingga 1 juta per-minggunya. Tapi jika kondisi sepi, sekitar 500 ribuan saja. Semua itu ia syukuri dengan terus berbagi kepada anak yatim, orang tua dan Uwa'nya. Sangking belas kasihannya, anak pertamanya pun disuruh Deres untuk ikut Uwa'nya di Pebatan, sembari menjaga dan merawatnya, sebagaimana Uwa'nya merawat Deres sejak kecil.

Rasa keingintahuan seorang Deres cukup tinggi. Sesekali ia memesan buku-buku resep makanan dan aneka kue kepada saudaranya yang bekerja di percetakaan buku ternama, di Jakarta. Kadang Deres juga melihat praktek pembuatan kue di Youtube. Hal itu hanya sekedar pengetahuan saja, karena menurut pengalamannya, tutorial yang ada di Youtube pun tak semestinya sesuai dengan praktek di lapangan. Maka terkadang Deres mencampurkan pengalamannya dengan pengetahuannya. Diramunya dengan insting usahanya, hasil lah kue yang enak dan banyak disukai pelanggan.

Sejak pandemi Corona, Deres mengakui omsetnya menurun. Beragam pesanan snack, hampir off. Semua dikarenakan adanya himbaun tak boleh mengadakan kegiatan berkerumun. Pesanan snack untuk arisan, perkantoran maupun jamiyahan atau pengajian selama pandemi, sepi. Hanya ada satu-dua, itu pun dalam jumlah kecil. Namun Deres tak patah arang. Ia tetap bersabar dan bersyukur serta menikmati apa yang ada.

Pandemi Corona memberikan hikmah besar bagi kehidupan religinya. "Mungkin ini peringatan agar saya lebih dekat dengan Allah SWT. Dengan pandemi ini, orderan memang sepi, tetapi taraweh saya kemarin, malah full. Tak seperti biasanya, jika sebelum Corona, hampir di pertengahan taraweh ke atas, saya sudah repot dengan pesanan".

Imam Chumedi, KBC-28

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun