Mohon tunggu...
Meta Khorimah
Meta Khorimah Mohon Tunggu... -

Mari berbagi kisah dan perjalanan https://kisahsiwanitajawa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sejak Dulu

22 November 2017   00:25 Diperbarui: 22 November 2017   01:26 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di ujung pantai pulau jawa aku menikmati indahnya senja sore, ombak yang beradu dan mulai mengikis batu karang disekitar pantai. Suasana yang jarang ku temukan ini seakan sedikit membuatku lupa akan masa lalu yang selalu membayangiku hingga sekarang. Diawal tahun 2016, aku sedang mengikuti kegiatan malam kearaban yang rutin diadakan setiap tahun di Jurusan kuliah yang tengah kutempuh.
Cukup lama aku berada diatas batu-batu pantai itu, dan mulai memperhatikan dua ekor kerang yang berjalan bersamaan diantara pasir yang mungkin begitu luas bagi mereka. Iri rasanya melihat kehidupan sederhana kerang kecil itu dengan teman hidupnya setia menemani. Ah sudahlah ku mulai kembali mengingat masa-masa yang sempat membuatku buta dan gila sesaat. Hampir tiga tahun aku terjerumus cinta buta itu, dan kini sedikit demi sedikit tapi pasti perasaan itu mulai memudar.


Di malam hari, aku dan teman-teman lain dari berbagai angkatan disungguhkan dengan ilmu-ilmu dan pengalam dari para alumni dan beberapa teman kami yang memiliki sesuatu yang dapat diceritakan sebagai informasi dan inspirasi kami. Beberapa cerita pengalaman pribadi alumni cukup membuatku termotivasi dan selanjutnya kami ditontonkan film pendek yang bercerita tentang seorang anak yang berkebutuhan khusus tetapi memiliki bakat tak terduga, sungguh iri aku padanya sebab aku merasa belum menemukan bakatku yang sebenarnya. 

Dibalik film itu ternyata teman-teman seangkatanku yang membuatnya. Aku mulai terpanah oleh salah satu sosok yang membuat film pendek itu, dengan penuh percaya diri dan jelas ia ceritakan proses pembuatan ,cerita dan tujuan mengangkat film tersebut.


Sudah lama rasanya tidak merasakan ketertarikan lebih seperti ini. Aku mulai ingin tahu lebih dengan dia, hingga ku bercerita dengan sahabatku. Selama ia mempresentasikan film pendek inspirasi itu aku fokus tidak hanya tentang filmnya tapi sosoknya yang mulai membuatku merasakan hal berbeda sampai akhirnya aku tahu namanya yaitu Maxi.


Maxi ternyata adalah mahasiswa angkatan yang sama dengan aku tapi dari kelas yang berbeda, kenapa selama ini aku tidak menyadarinya? Mungkin karena sejak lulus SMA aku bukan wanita yang begitu peka lagi dengan perasaan semacan ini karena keterpurukan yang bertubi-tubi menghampiriku saat itu. Dulu saat semester awal ternyata ada teman kelas yang menyukaiku dengan begitu "jelas" tapi aku tidak menyadarinya dan aku baru sadar setelah sahabatku menceritakanya.


Maxi kamu mulai membuka perasaan yang sudah sejak lama tertutup ini, berharap dapat mengenalmu lebih dekat tapi apa daya kita bertemu mungkin hanya ditempat ini. Aku dengan begitu senang menceritakan rasa ketertarikan dan penasaran kepada sahabatku. Sudah lama sekali rasanya aku tidak seperti ini. Benar-benar malam keakraban, malam dimana aku menemukan dia.


malam mulai berlalu dengan begitu cepat, rasa penasaran itu masih begitu besar tapi aku sadar tidak mungkin bisa lebih dekat dengan dia. Pertemuan malam ini aku anggap mimpi indahku, karena ini hanya sementara dan sesaat. Aku tidak mau begitu berharap lagi dengan berbagai hal yang tidak pasti lagi, cukup jalani apa adanya dengan berpikir positif.


Beberapa bulan telah berlalu dan aku mulai merasakan kehampaan yang menyebalkan itu lagi, tapi semua harus terus berjalan. Semester selanjutnya mulai ku jalanin dengan beberapa teman baru yang belum begitu ku tahu karena kami terbagi menjadi dua jurusan atau peminatan. Saat aku pergi keluar kampus dengan beberapa temanku untuk membeli makanan, kami berpapasan dengan teman laki-laki kami.

 Aku mulai terkejut saat mengetahui sosok yang begitu jelas ku ingat, aku mulai bertanya pada sahabatku apakah iya dia sekelas juga dengan ku? dan ternyata benar,  ia kini sekelas denganku. Saat mengetahui hal itu rasanya aku hidup di FTV, karena harapan dan doaku terkabul, dikabulkan! Apa ini mimpi? Begitu senang rasanya mengetahui hal itu, hampir seharian aku tersenyum dengan rasa tidak menyangka dan bertanya-tanya dalam hati "ini benar terjadi?". Memang terasa berlebihan tapi aku hanya ingin meyakinkan saja bahwa ini bukan hanya ilusi atau halusinasiku semata.


Dikelas aku mulai memperhatikan Maxi, aku ingin tahu kepribadiannya, cara berpikirkanya, cara berbicaranya, dan masih banyak lagi yang ingin ku ketahui. Setelah sedikit demi sedikit aku mulai tahu, dan mulailah hati ini terjatuh padanya. Tapi dari sisi yang kusukai tentangnya, ternyata dia laki-laki yang cukup dingin, baik itu ke teman sesama laki-laki maupun ke wanita. Maxi benar-benar berbeda dari teman-teman laki-laki dikelasku. Walaupun dia begitu dingin, tapi dia bertanggung jawab, dan berjiwa sosial.


Dari berbagai tugas kelompok, Maxi memiliki andil besar didalamnya yang mungkin tanpa ia belum tentu terselesaikan. Ditambah ia memiliki kegiatan sosial di luar kegiatan kampus yang membuatku tambah jatuh hati dan kagum dengannya. Tindakan sederhana yang akan mengubah dunia, itu yang bisa ku lihat darinya. Terkadang aku ingin bersama melakukan kegiatan-kegiatan positif itu tapi rasanya ragu, aku takut ia tidak suka dengan kehadiranku bahkan mungkin menggangunya.


Aku mulai tanpa sadar memperlihatkan perasaanku yang mulai membuatku cukup khawatir karena aku tidak ingin Maxi tahu, aku tidak mau ia menjauhiku atau menjaga jarak denganku karena perasaan ini dan aku sadar aku bukan wanita idealnya. Dengan pemikiran dan sikapnya seperti itu aku tahu aku benar-benar bukan tipenya. Tapi rasa ini terlanjur tumbuh sejak lama dan mendalam, karena ia aku menemukan senyumku yang hilang.


Melihat senyumnya membalas senyumku saja aku sudah merasakan senang yang luar biasa dan mungkin berlebihan dan itulah cinta, tidak mengenal ruang, waktu, dan kadang bisa membuat tingkah kita diluar kebiasaan alias "tidak normal". Cinta datang sesuka hatinya tanpa permisi tanpa pamit. Aku mulai khawatir akan tingkah Maxi yang seakan tidak ingin aku lebih dekat denganya, berbagai sikap dingin itu dan perhatiannya ke teman wanita sekelasku membuatku semua terasa lebih menyakitkan karena tidak biasanya ia seperti itu. Apakah itu caranya menunjukan padaku bahwa aku bukan wanita yang diharapkannya?hingga ia tidak mau aku benar-benar berharap dan jatuh hati terlalu dalam dengannya?


Walau ku berharap dapat bersamanya tapi harapan itu tidak begitu besar karena aku tahu itu tidak mungkin. Aku hanya wanita biasa yang diam-diam jatuh hati dengan Maxi.


Bagaikan kutukan, setiap orang yang kusuka atapun yang suka padaku berakhir dengan kepergian, dan aku mulai memikirkan itu. Sungguh menyakitkan selalu berakhir dengan ketidakpastian dan kepergian itu. Apa ini akan terjadi lagi?


Semester selanjutnya aku mulai lagi dengan berbagai tugas dan kegiatan yang semakin padat saja. Beberapa minggu Maxi tidak muncul, ketakutan itu muncul. "Apakah Maxi benar-benar pergi seperti yang lain?". Beberapa minggu aku mulai merindukannya, berharap ia kembali tapi ya sudahlah itu hanya harapan.

laki kelasku datang dengan bersama-sama seakan mereka tinggal ditempat yang sama karena selalu saja dengan kompak datang di jam yang sama. Ada suara yang mulai membuatku tertarik, "ada anak baru ini" teriak salah seorang temanku, dengan penasaran aku melihat siapa itu dan ternyata itu dia ya Maxi. Dengan baju berwarna merah dan sepatu olahraga berwarna mencolok menarik perhatian yang cukup jelas saat itu. dan lagi doa dan harapanku dikabulkan-Nya.Terima kasih.


Senang bisa bertemu dan melihatnya kembali. "Jangan pergi tetaplah disini, aku merindukanmu", seakan kalimat itu yang ingin ku sampaikan kepadanya. Saat itu hujan begitu deras mengguyur hingga rasanya mencoba menghalangi hariku untuk pergi tapi itu bukanlah aku, aku tetap akan pergi sebisa mungkin bila itu penting dan harus.


Aku pergi ke salah satu kosan temanku dan beberapa saat aku berteduh disana sebelum kami pergi menuju salah satu media televisi swasta di Jakarta. Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kosan temanku, dan aku membuka pintu serta melihat siapa yang datang? tapi aku tidak tahu itu siapa karena dia membelakangiku ya sudah aku masuk lagi ke dalam dan di mencoba memanggil lagi, ternyata itu Maxi dengan jas hujanya, dia ternyata ikut juga.


Karena hujan tidak kunjung reda kami nekat pergi dengan bantuan payung untuk melindungi kami dari guyuran hujan pagi itu, dan inilah moment "romantis" kilat yang aku dapat. Aku dan Maxi berada pada satu payung, karena dia lebih tinggi dari aku dia yang memegang payung. 

Begitu romantisnya seakan aku ingin lebih lama dekat dengan dia seperti saat ini. Kami akhirnya pergi dengan menaiki kendaraan umum menuju Jakarta dengan beberapa teman lainnya yang baru saja datang. Bagiku pengalaman baru lagi bisa datang ke media-media seperti ini membuatku lebih tahu bagaimana mereka bekerja dan bagaiman tempat kerja setiap media. Hari ini cukup membuatku senang, sepayung berdua dengan kamu Maxi.


Semester genap ini ku lalui dengan cukup baik, ditambah beberapa kali aku berkesempatan untuk sekelompok dengan Maxi. Kelompok film merupakan kelompok yang benar-benar membuatku cukup dekat dengannya, dapat selalu disampingnya dan membantu adalah hal menyenangkan yang bisa ku lakukan untuknya.


Tapi lagi-lagi sikap dingin itu muncul dari Maxi, dia mulai merasakan perasaanku. Seakan dia tidak mau aku lebih dekat dengannya. Aku mulai mencoba menjaga jarak agar tidak terulang lagi masa lalu yang menyedihkan itu, tiga tahun lalu yang membuatku selalu menangis dan berharap bisa merubah semuanya menjadi lebih baik lagi. Kebodohanku yang terlalu berharap dan rasa sayangku yang berlebihan. Cukup! Aku tidak ingin ada sakit dan merasakan kepergian itu lagi.


Aku mulai menekan sedalam mungkin perasaan ini, berharap tidak merusak semuanya, Aku terlalu takut untuk jatuh pada lubang yang sama. Maxi kamu kenapa seperti itu? Apa salah dengan rasa ini? Maafkan aku bila rasa dan hati ini yang memilih dirimu.


Beberapa saat aku mulai dapat mengendalikan perasaanku walau itu begitu sulit, itu semua ku lakukan agar ia tidak menjauhiku atau merasa terganggu dengan perasaanku. Aku selalu mencoba tersenyum saat dia mulai menggoda temanku atau ada temanku yang menggodanya, cemburu itu yang kurasakan tapi apa daya aku bukan siapa-siapa, aku hanya wanita yang sejak dulu sudah menyukainya dan kini semakin mendalam tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa agar semua berakhir bahagia.


Semester selanjutnya mulai ku jalani, aku mulai merasa jenuh dan lelah entah kenapa. Ditambah aku mendapat kabar bahwa Maxi cuti kuliah, tambah membuatku kurang semangat saat berada dikampus, tidak ada lagi senyum dan tawanya lagi yang selalu dapat membuatku tersenyum juga. Ide dan kreativitasnya yang selalu menginspirasiku, rasa peduli dia dengan sekitarnya seakan semua itu tidak bisa ku lupakan.


Semester ini benar-benar membuatku jenuh, rasanya ingin menyudahinya. Tapi aku harus bangkit dan memotivasi diriku karena pintu keluar itu sudah ada didepan mata, tinggal selangkah lagi menujunya ya menuju kata "lulus".


Walau aku tidak berharap berlebihan untuk dapat bekerja sesuai jurusanku karena aku tidak mau terpuruk seperti saat lulus SMA dulu, aku sangat kecewa dan kesal karena tidak masuk perguruan tinggi negeri jadi kuputuskan sekarang semua aku jalani saja seperti air mengalir dan tidak lupa usaha, doa, dan ikhtiar. Serahkan semua kepada Sang Pencipta, yakin bahwa rezeki tidak akan tertukar.
Ditambah ada isu bahwa wilayah rumahku akan terkena perluasan lahan. Orang tuaku berencana akan pindah ke kampung halaman dan aku entahlah, hanya Allah yang tahu.


Kemungkinan yang bisa membuatku tetap di Kota ini adalah aku mendapat pekerjaan disini atau aku mendapat jodoh di kota ini, dua hal itu yang bisa membuatku masih bisa berada disini. Sejujurnya kedua orang tuaku bahkan ibuku sangat setuju aku bisa segera menikah, ah ibu ku terlalu berpikir jauh, kisah percintaanku saja begitu rumit bagaimana aku bisa menikah secepat keinginan ibuku? Terkadang aku membayangkannya dan penasaran siapakah dia yang bersanding disebelahku nanti, indah rasanya membayangkan moment saklar yang insyaallah terjadi hanya sekali seumur hidup itu.


Aku benar-benar merasa dilema tapi sudahlah jalani saja saat ini, pasti ada jalannya nanti dan aku yakin itu. Aku mulai memikirkan Maxi, andai Maxi masih didekatku mungkin aku dapat lebih semangat lagi. Aku mulai menonton film-film yang aku minta dari beberapa temanku untuk membunuh rasa jenuhku atau terkadang aku ke toko buku untuk mencari bacaan baru yang dapat menginspirasiku dan itu cukup efektif.


Sesekali aku pergi ke ruang terbuka hijau untuk menghirup udara yang sedikit lebih segar. Dalam kesendirianku aku mulai bertanya "Apa kabar dengannya?", "bagaimana sekarang dia, apakah dia bekerja atau sibuk dengan projek barunya?". Mengenalmu adalah hal yang indah, melihat senyummu adalah bahagiaku, dapat bersamamu adalah anugrah terindah yang kudapat.


Andai aku bisa bertanya langsung padanya mengenai kabarnya tapi aku tidak berani, aku bukan wanita yang mudah terbuka akan perasaannya, dan aku juga tidak ingin menjadi wanita agresif yang selalu dikatakan ibuku.


Rasa malu, takut dan rindu ini seakan ingin membunuhku, kenapa lagi-lagi orang yang kucintai harus pergi? Kenapa?. "Kau membuatku bahagia disaat ini terluka, kau membuatku ku tertawa disaat hati ini terbawa ", sebait lirik lagu dari Yura Yunita yang sempat hits dan mungkin lagu itu tepat menyiratkan perasaanku pada Maxi.


Lagi-lagi aku hanya dapat memendam rindu dan rasa ini, walau sesak tapi selalu kutahan, entah sampai kapan. Untuk kamu yang dapat membuatku menemukan senyumku yang hilang, yang berbeda tapi itu baik, yang dingin tapi berjiwa sosial, kamu harus tahu aku disini masih dengan setia menunggu kehadiranmu dengan rasa yang sama.


Beberapa hati lain mulai mendekat tapi rasanya aku belum siap membuka hati lagi, rasa itu terlalu dalam, rindu itu masih ada. Terkadang aku mencoba membuka hati tapi aku tetap tidak bisa, pada akhirnya aku kembali kepada rasa itu, rasa yang masih membekas dan ada dalam hati ini.


Rasa ini ada sejak dulu dan tidak berubah, andai kamu tahu itu. Jangan pergi karena rasa ini, aku tidak ingin rasa ini membuat jarak antara kita. Andai kamu membuka hatimu, andai kamu memiliki rasa yang sama, andai dan andai.... Apakah itu mungkin? Aku tidak tahu, yang ku tahu pasti aku memiliki perasaan ini sejak dulu, sejak aku melihatmu pertama kali diujung pantai itu.


Tiap malam aku luangkan waktu untuk bersujud dihadapan-Nya, berharap menemukan jalan terbaik dari-Nya. Dapat lebih memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik, tidak lelah ku panjatkan untaian harapan dalam tiap doaku. 

Aku percaya semua doa ada jawabanya. Aku hanya perlu bersabar dan berserah diri dalam urusan hati  ini, berharap berjodoh dengan ia yang selama ini ku tunggu dan berharap dapat menjadi bagian kebahagia dari dirinya yang kucintai dan mencintaiku. (Khorimah)

Untuk Kamu yang selalu kusebut dalam doaku...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun