Tapi lagi-lagi sikap dingin itu muncul dari Maxi, dia mulai merasakan perasaanku. Seakan dia tidak mau aku lebih dekat dengannya. Aku mulai mencoba menjaga jarak agar tidak terulang lagi masa lalu yang menyedihkan itu, tiga tahun lalu yang membuatku selalu menangis dan berharap bisa merubah semuanya menjadi lebih baik lagi. Kebodohanku yang terlalu berharap dan rasa sayangku yang berlebihan. Cukup! Aku tidak ingin ada sakit dan merasakan kepergian itu lagi.
Aku mulai menekan sedalam mungkin perasaan ini, berharap tidak merusak semuanya, Aku terlalu takut untuk jatuh pada lubang yang sama. Maxi kamu kenapa seperti itu? Apa salah dengan rasa ini? Maafkan aku bila rasa dan hati ini yang memilih dirimu.
Beberapa saat aku mulai dapat mengendalikan perasaanku walau itu begitu sulit, itu semua ku lakukan agar ia tidak menjauhiku atau merasa terganggu dengan perasaanku. Aku selalu mencoba tersenyum saat dia mulai menggoda temanku atau ada temanku yang menggodanya, cemburu itu yang kurasakan tapi apa daya aku bukan siapa-siapa, aku hanya wanita yang sejak dulu sudah menyukainya dan kini semakin mendalam tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa agar semua berakhir bahagia.
Semester selanjutnya mulai ku jalani, aku mulai merasa jenuh dan lelah entah kenapa. Ditambah aku mendapat kabar bahwa Maxi cuti kuliah, tambah membuatku kurang semangat saat berada dikampus, tidak ada lagi senyum dan tawanya lagi yang selalu dapat membuatku tersenyum juga. Ide dan kreativitasnya yang selalu menginspirasiku, rasa peduli dia dengan sekitarnya seakan semua itu tidak bisa ku lupakan.
Semester ini benar-benar membuatku jenuh, rasanya ingin menyudahinya. Tapi aku harus bangkit dan memotivasi diriku karena pintu keluar itu sudah ada didepan mata, tinggal selangkah lagi menujunya ya menuju kata "lulus".
Walau aku tidak berharap berlebihan untuk dapat bekerja sesuai jurusanku karena aku tidak mau terpuruk seperti saat lulus SMA dulu, aku sangat kecewa dan kesal karena tidak masuk perguruan tinggi negeri jadi kuputuskan sekarang semua aku jalani saja seperti air mengalir dan tidak lupa usaha, doa, dan ikhtiar. Serahkan semua kepada Sang Pencipta, yakin bahwa rezeki tidak akan tertukar.
Ditambah ada isu bahwa wilayah rumahku akan terkena perluasan lahan. Orang tuaku berencana akan pindah ke kampung halaman dan aku entahlah, hanya Allah yang tahu.
Kemungkinan yang bisa membuatku tetap di Kota ini adalah aku mendapat pekerjaan disini atau aku mendapat jodoh di kota ini, dua hal itu yang bisa membuatku masih bisa berada disini. Sejujurnya kedua orang tuaku bahkan ibuku sangat setuju aku bisa segera menikah, ah ibu ku terlalu berpikir jauh, kisah percintaanku saja begitu rumit bagaimana aku bisa menikah secepat keinginan ibuku? Terkadang aku membayangkannya dan penasaran siapakah dia yang bersanding disebelahku nanti, indah rasanya membayangkan moment saklar yang insyaallah terjadi hanya sekali seumur hidup itu.
Aku benar-benar merasa dilema tapi sudahlah jalani saja saat ini, pasti ada jalannya nanti dan aku yakin itu. Aku mulai memikirkan Maxi, andai Maxi masih didekatku mungkin aku dapat lebih semangat lagi. Aku mulai menonton film-film yang aku minta dari beberapa temanku untuk membunuh rasa jenuhku atau terkadang aku ke toko buku untuk mencari bacaan baru yang dapat menginspirasiku dan itu cukup efektif.
Sesekali aku pergi ke ruang terbuka hijau untuk menghirup udara yang sedikit lebih segar. Dalam kesendirianku aku mulai bertanya "Apa kabar dengannya?", "bagaimana sekarang dia, apakah dia bekerja atau sibuk dengan projek barunya?". Mengenalmu adalah hal yang indah, melihat senyummu adalah bahagiaku, dapat bersamamu adalah anugrah terindah yang kudapat.
Andai aku bisa bertanya langsung padanya mengenai kabarnya tapi aku tidak berani, aku bukan wanita yang mudah terbuka akan perasaannya, dan aku juga tidak ingin menjadi wanita agresif yang selalu dikatakan ibuku.
Rasa malu, takut dan rindu ini seakan ingin membunuhku, kenapa lagi-lagi orang yang kucintai harus pergi? Kenapa?. "Kau membuatku bahagia disaat ini terluka, kau membuatku ku tertawa disaat hati ini terbawa ", sebait lirik lagu dari Yura Yunita yang sempat hits dan mungkin lagu itu tepat menyiratkan perasaanku pada Maxi.