Mohon tunggu...
Kholqie Nailey
Kholqie Nailey Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyai...

26 Agustus 2017   12:06 Diperbarui: 26 Agustus 2017   12:25 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            - Untuk Almh. Siti Saroh

Sudah genap satu tahun menghilang dari pandangan

Pergi lebih awal kerumah barumu yang kekal

Namun segala petuah dan bekas jejakmu masih mengakar

Menjadi tameng kala kegetiran mengaborsi hidup dengan telanjang

Nyai, selepas senja menguning

Cahaya memar melejit di arah kiblat

Malam perlahan merengkuh senja dengan kejam

Dan Izroil datang mengajakmu hijroh dari kehidupan yang ingar-bingar

Masih kuingat, Nyai

Malam jum'at, seimbang adzan maghrib berkumandang

Kau lepas senyum terakhir sebelum matamu terpejam

Bersama takdir yang mengikatmu dari awal

Nyai, terlalu cepat kau pergi

Meninggalkan pohon-pohon sirih yang kau tanam

Sebelum mengajariku bagaimana merawat dan menjaga

Juga bagaimana cara menghidupinya dengan sempurna

Kini, pohon sirih itu mulai merapuh

Daun-daun menguning lalu gugur termamah tanah

Sulur sirih menjalar payah

Lunglai dengan tubuh latah

Maafkan aku, Nyai

Tidak bisa merawat dan menjaganya

Dan kado Fatihah yang harusnya kukirim setiap malam

 Juga jarang kuantar kepada Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun