Mohon tunggu...
Kholiz Noer
Kholiz Noer Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang pengajar di salah satu sekolah SMP Islam di kawasan Pondok Pesantren Tuban Jawa Timur. Hobi menulis, membaca buku, bikin konten di youtube, dan berbisnis. Sekian, terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Esensi Peringatan Maulid Nabi: Refleksi Perbaikan Diri

7 Oktober 2023   13:30 Diperbarui: 7 Oktober 2023   13:59 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau sudah bincang soal Nabi yang satu ini, tentu tak akan pernah habis pembahasan mengenai kemuliaan dan keluhuran ahklaqnya. Memang beliau sudah sepatutnya dan selayaknya dijadikan suri tauladan umat manusia di seluruh penjuru dunia.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah". QS Al-Ahzab 21

Akhlak serta sepak terjang Nabi Muhammad SAW, harus kita jadikan teladan. Hidup di kehidupan yang semakin modern bahkan edan ini, memaksa kita untuk pandai, dan jeli dalam berkelakuan. Maka meneladani apa saja yang diajarkan Al-Mustafa menjadi suatu solusi dan upaya agar terhindar dari berbagai kerusakan dunia ini.

Rabiul awal mengingatkan kita untuk kembali bermuhasabah diri. Sudahkah kita menjadikan Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan sejati, 'the real idol in the world" ??

Setiap orang pasti mempunyai idola masing-masing dalam hidupnya. Ada yang mengidolakan tokoh atau sosok inspiratif. Sementara sebagian yang lain menjadikan artis dan pemain bola sebagai idola. Tentu masih banyak lagi sosok lain yang diidolakan. Berbicara tentang idola di era seperti sekarang ini memang tidak ada habisnya. Namun, sebagai umat Rasulullah Muhammad SAW, sudah seharusnya kita menjadikannya sebagai panutan, idola dalam setiap sisi kehidupan kita.

Sosok Nabi Muhammad SAW adalah rahmat bagi alam semesta. Seperti yang sudah tertera dalam hadits qudsi,

"Jika bukan karena engkau wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini." 

Kelahiran Baginda Nabi tentu menjadi anugerah dan rahmat bagi semesta. Hadirnya memberi kabar bahagia bagi umat manusia dan alam semesta. Kepribadian yang luhur, santun dan berintegritas membuatnya tidak hanya disegani oleh para pengikut setia melainkan juga para pembencinya. Sehingga wajar meskipun, Nabi Muhammad SAW telah lama tiada, tapi memperingati hari lahirnya tetap menjadi sebuah agenda rutin di kalangan mayoritas Muslim di seluruh belahan dunia.

Adakah yang kita dapatkan dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada tahun ini ?

Apa hanya sebatas perayaan belaka atau ada perubahan yang spesifik di kehidupan kita sehari-hari. Lhaah mumpung aroma dan semangat perayaan bulan maulid masih tercium, lantunan sholawat masih bergema di pelbagai masjid, kisah-kisah hidup Nabi yang masih banyak diceritakan kembali oleh para mubaligh lewat mimbarnya. Saatnya kita merefleksikan diri, apa yang kita peroleh pada momentum maulid Nabi tahun ini.

Bulan Maulid adalah wahana bermuhasabah diri. Terwujudnya perubahan sikap dan perilaku menuju yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Itu adalah esensi dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Lalu apa yang hendak kita lakukan untuk menuju perubahan ke arah yang lebih baik ? Setidaknya ada 3 langkah yang bisa kita tempuh atau disingkat 3 M, yaitu:

Pertama; Meneladani dan Mencontoh perilaku Nabi

Sebisa mungkin kita tetap berupaya untuk meneladani dan mencontoh ahklaq Baginda Nabi di segala aspek kehidupan. Meskipun kita mustahil bisa menirunya seratus persen ya, tapi kan lumayan sudah berusaha menirunya, entah dalam satu atau dua perilaku yang mudah saja yang bisa kita tiru, its oke gapapa. Itu sudah merupakan bentuk manifestasi cinta kepadanya.

Misalnya Nabi suka bergurau dengan anak-istrinya, kerabat, dan para sahabatnya. Lhah saya kira kalau sekedar bergurau, mudah untuk ditiru, gak usah ndakik-ndakik (tinggi-tinggi) ingin meniru ibadah beliau, tentu kita semua jauh dari kata mampu. Jadi beliau itu mempunyai kebiasaan bergurau, tapi bergurau yang berbobot atau berilmu, bukan sekedar bergurau 'cengingisan atau tertawa terbahak-bahak. Itu bukan contoh perilaku Nabi, tapi kebiasaan Syaithon. Dengan bercanda, beliau bisa menambah keakraban, menghibur, menimbulkan kasih sayang, sekaligus memberikan edukasi positif.

Saya kasih contoh dua saja deh, yang lain cari sendiri ya ! Anjazzzz..Wkwkk

Dalam suatu riwayat, Ada seorang wanita tua mendatangi Rasulullah SAW. Ia menanyakan perihal surga.

Lalu Rasul bersabda ; "Wanita tua tidak ada di surga,".

Mendengar ucapan itu, si nenek pun langsung menangis tersedu-sedu. Rasulullah SAW segera menghiburnya dan menjelaskan makna sabdanya tersebut itu.

Kata beliau ; "Sesungguhnya ketika masa itu tiba, Anda bukanlah seorang wanita tua seperti sekarang."

Rasulullah pun kemudian membacakan ayat,

"Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan." (QS al-Waaqi'ah : 35-36).


Akhirnya, si nenek tua tadi pun tersenyum dan Rasul pun juga ikut tersenyum.

Mungkin ada yang menilai, betapa kasarnya guyonan Rasulullah sehingga membuat wanita yang sudah tua itu sampai menangis.

Namun perlu dicermati, guyonan tersebut adalah suatu kebenaran, mempunyai nilai edukasi, dan candaan yang  penuh dengan ilmu pengetahuan. Si nenek pun diajarkan suatu ilmu baru, bahwa kelak para penghuni surga itu akan dikembalikan seperti masa ia ketika muda.

Rasulullah SAW juga dikenal sebagai seorang suami yang hangat dalam keluarga. Suatu hari, Rasulullah SAW menantang istrinya, Aisyah RA untuk berlomba lari dengannya. Karena Aisyah masih sangat muda, ia pun berhasil mengalahkan Rasulullah SAW.

Mungkin saja Rasulullah SAW hanya mengalah demi membahagiakan istrinya yang masih sangat muda itu. Ia ingin memupuk rasa cinta dan kasih sayang dengan istrinya.

Beberapa waktu setelah itu, Rasulullah kembali menantang Aisyah untuk lomba lari. Karena badannya sudah gemuk, Rasulullah pun memenangkan perlombaan itu.

Sambil tersenyum, "Ini pembalasan untuk kekalahan yang dulu," sabda Rasulullah SAW.

Bagaimana mungkin seorang Rasul yang telah berusia senja dan menjadi pemimpin ummat itu malah bermain kejar-kejaran? Mungkin ada yang menilai perilaku Rasulullah kekanak-kanakan.

Mungkin juga ada yang menilai, beliau cukup egois karena tidak mau kalah dengan istrinya walau hanya sebatas lomba lari. Tetapi, begitulah Rasulullah SAW saat menciptakan permainan yang bisa memupuk rasa cinta dalam keluarganya.

Hal-hal sederhana inilah yang seharusnya kita tiru dikehidupan sehari-hari kita. Baik dengan keluarga, sahabat, dan bersosial di masyarakat. Jadi hidup jangan terlalu kaku (serius), sedikit-dikit marah, gampang tersinggung, 'ora kenek'an dalam istilah bahasa jawa. Terkadang kita hidup juga butuh candaan untuk mengobati stress dalam menjalani kehidupan yang rumit ini. Bersyaandaahhh...!!! Hehehe.

Kedua ; Membiasakan

Sesuatu yang awalnya sulit akan menjadi mudah untuk dijalankan jika sudah dibiasakan. Misalnya, salat yang pada mulanya berat akan menjadi ringan jika terus menerus dilakukan. Sehingga salat tidak lagi sebatas kewajiban, namun sudah menjadi kebutuhan. Demikian pula puasa, baik yang bersifat wajib maupun sunnah. Sunnahpun tidak lagi dipahami jika dilakukan mendapat pahala, sebaliknya jika tidak dilakukan tidak apa-apa.

Namun sudah mulai tertanam pada diri bahwa meskipun sunnah, tetapi bila tidak melaksanakan ada penyesalan dalam hati (merasa rugi). Pensyariatan sebuah aturan dalam Islampun demikian. Step by step, setahap demi setahap, kalau dalam istilah orang jawa 'Alon-alon penting kelakon' hingga pada akhirnya sesuatu yang wajib, tidak dapat ditawar lagi. Namun Allah SWT adalah Maha Penyayang, Sang Maha Cinta. Pintu taubat selalu terbuka lebar bagi mereka yang lalai dan segera tersadar akan kelalaiannya.

Kita juga tidak perlu khawatir, karena Allah SWT menjamin dalam firman-Nya surat Al-Isra'(17): 7 bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita sendiri.

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri..."

Perubahan itu perlu Dipaksa, Terpaksa, Lalu lama-kelamaan akan Terbiasa.

Ketiga ; Memperbanyak Shalawat Nabi

Salah satu bukti kecintaan kita kepada Rasulullah Muhammad SAW adalah dengan melantunkan shalawat kepadanya. Karena seorang pecinta akan selalu memanggil-manggil nama kekasihnya. Balasan dari satu shalawat adalah Allah SWT akan bershalawat baginya sepuluh kali, diampuni sepuluh dosa dan kesalahan serta diangkat derajatnya sepuluh derajat kelak di surga. Amalan yang ringan di bibir tapi masih seringkali kita abaikan. Padahal Rasulullah SAW yang kelak akan memberikan syafaat di akhirat kepada kita semua. Jadi, syafaat itu dijemput dengan amaliah terbaik yang kita lakukan, salah satunya dengan melantunkan salawat kepadanya. Sabda Rasulullah SAW:

"Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh shalawat, menghapus darinya sepuluh dosa dan mengangkat derajatnya sepuluh derajat."

Dengan wasilah shalawat kepada Nabi kita akan mendapat banyak keberkahan dalam hidup ini ila yaumil qiyamah (sampai hari akhir). Mustahil doa-doa terkabulkan tanpa di awali dan di tutup dengan bershalawat kepada Nabi. Karena kehadiran beliau adalah alasan Allah swt menciptakan semesta ini. Maka jika ingin dicintai Allah swt, hal paling utama yang harus di jalankan adalah mencintai Rasulullah SAW dan meneladani akhlaqnya, serta mengikuti ajaran-ajarannya.

Semoga di bulan Maulid tahun ini kita senantiasa diberi kekuatan dan keistiqamahan dalam mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah SAW, dan bisa sedikit banyak meniru ahklaq Baginda Rasul dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Aminn

Sekian, terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun