Ada beberapa foto dan narasi yang menumpuk di atas mejaku. Sesuai permintaan, foto-foto dan narasi itu akan dijadikan tiga halaman. Tidak boleh lebih, apalagi kurang.
Sekilas dan secara cepat, suara-suara itu datang lagi. Entah lewat mana hingga berhasil sampai di kedua telingaku. Mengingatkanku kembali pada mimpi-mimpi itu. Dan sama seperti kemarin, suara itu semacam suara minta tolong, semacam suara rintihan, dan tangis yang sesekali diikuti sesenggukan yang tertahan.
Suara itu begitu jelas di telingaku. Tapi aku tidak bisa menangkap siapa pemilik suara itu, atau dari arah mana suara itu berasal. Sungguh aneh.
"Oh tidak, jangan-jangan aku sudah gila?" Tanyaku pada diri sendiri.
Akhirnya, aku memutuskan untuk beranjak dan mencari udara segar di luar. Sepertinya terlalu serius menyelesaikan pekerjaan juga kurang baik untuk kesehatan.
Lalu tanpa sengaja, di seberang jalan sana, seperti sebuah pertunjukan yang tiba-tiba hadir di depanku, aku menyaksikan sepasang kekasih yang sedang mengumbar hasrat asmaranya di muka umum. Di bangku panjang berwarna putih yang dikelilingi rumput hijau dan beberapa pohon mangga. Tampak sangat jelas, si laki-laki dengan penuh semangat meremas bagian dada si perempuan yang menonjol. Sesekali tangan kirinya berpindah ke area bawah. Begitu seterusnya. Di samping itu, ada juga adegan ciuman yang membuatku miris dan spontan mengingat Tuhan.
"Astaghfirullah," batinku.
Apakah mungkin mereka adalah sepasang suami istri yang sudah halal? Entahlah, tapi sepertinya jika dilihat secara lebih dalam, keduanya masih berstatus pacaran.
Aku balik badan. Pemandangan spontan berubah drastis. Aku seperti sedang berada di dunia baru yang dengan begitu cepat berubah. Entahlah, aku benar-benar tidak mengerti.
Di depanku, tampak dua orang pemuda yang sedang asik bercerita satu sama lain. Satu pemuda berambut pendek, sama dengan postur tubuhnya. Yang satunya berambut panjang dan bertubuh gempal. Aku juga tidak tahu nama mereka, siapa mereka sebenarnya, mereka dari mana, dan seterusnya. Yang aku tahu, mereka tiba-tiba saja ada di depanku, bercerita tentang suatu hal yang itu seolah-olah diperuntukkan untukku.
Meski suara keduanya tidak keras, tapi aku bisa mendengar kedua pemuda itu berbicara dengan jelas. Yang satu menceritakan tentang pengalamannya menghamili istri orang lain di sebuah hotel bintang lima yang baru saja buka dua bulan. Yang satu lagi bercerita tentang keberhasilannya membunuh seseorang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sungguh, mendengar dua cerita itu yang digaungkan dengan bangga, membuat hatiku merasa teriris.