Mohon tunggu...
M. Kholilur Rohman
M. Kholilur Rohman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pegiat literasi yang berasal dari Kota Sumenep sekaligus Murabbi Ma'had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) UIN Malang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Diam-diam Membenci dan Mencintai

14 Agustus 2024   07:30 Diperbarui: 14 Agustus 2024   18:54 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Lifestyle Kompas

"Entahlah, Fir. Sepertinya sudah mulai begitu," jawab Afrizal setelah beberapa kali mengalihkan pandangan.

"Kalau menurutmu, aku harus bagaimana?" Tanya Afrizal setelah beberapa menit tidak ada suara karena fokus pada buku masing-masing.

Safira menatap tajam ke arah Afrizal. Seperti sedang mencari di mana akar permasalahannya.

"Pastinya, kalau yang dilakukan Iqbal sudah kelewat batas, kamu harus melawan, Zal!" Jawab Safira dengan nada tegas di akhir kalimat.

Safira paham betul bahwa laki-laki di depannya bukanlah tipe laki-laki penakut. Laki-laki yang tunduk dan patuh dalam hal apapun layaknya budak raja. Hanya saja, Afrizal terlalu sabar dalam menanggapi perlakuan temannya. Perlakuan yang sudah jelas-jelas merugikan dirinya. Entahlah, mungkin ada hal lain yang menahan Afrizal untuk melakukan perlawanan.

Oleh sebab itu pula, tanpa disengaja, secara diam-diam Safira menyukai Afrizal yang terkenal sabar dan cerdas. Apalagi Afrizal juga adalah laki-laki yang enak diajak ngobrol, pengertian, sopan, dan tahu batasan dalam hubungan lawan jenis. Meski di sisi lain, Afrizal bukanlah laki-laki tampan seperti artis-artis yang sering mucul di televisi. Ini membuktikan bahwa bukan ketampanan dan kekayaan yang dicari Safira. Tapi lebih dari itu.

"Dengan cara apa? Berkelahi?" Afrizal masih belum menemukan inti dari jawaban Safira.

"Tidak semua perlawanan berbentuk berkelahi, Zal. Kamu bisa mengancam balik mereka atau mengadukan mereka ke pihak kampus. Agar mereka tidak keenakan, apalagi sampai merembet pada yang lain," jelas Safira.

Kemudian Afrizal menutup buku. Mencerna apa yang baru saja disarankan Safira.

"Tapi aku bukan tipe orang pengadu. Yang selalu memohon bantuan dari orang lain. Selama aku bisa melakukannya sendiri, akan kuusahakan terlebih dahulu," jawab Afrizal dengan nada santai. Berharap Safira tidak tersinggung atas jawabannya.

"Menurutku, itu sudah beda konteks. Justru akan lebih berbahaya jika kamu biarkan saja Iqbal seperti itu. Sedangkan kamu sendiri terus menahan diri dari berkelahi," ungkap Safira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun