Mohon tunggu...
M. Kholilur Rohman
M. Kholilur Rohman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pegiat literasi yang berasal dari Kota Sumenep sekaligus Murabbi Ma'had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) UIN Malang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku-buku yang Berserakan

11 Agustus 2024   07:30 Diperbarui: 11 Agustus 2024   07:32 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Yadik berniat mengumpulkan massa. Namun sebelum itu, ia ingin membuktikan bahwa masih ada beberapa siswa yang peduli pada pada perpustakaan, pada buku-buku yang dihantam gadjet dengan segala kecanggihannya.

Pertama-tama, Pak Yadik memberikan pertanyaan seputar bagaimana pendapat siswa jika semisal perpustakaan sekolah ditiadakan. Jika dari sana, Pak Yadik berhasil mendapatkan jawaban yang diinginkan, maka langkah tersebut akan dilanjutkan pada sebuah konferensi, atau mungkin bisa berujung demo yang secara jelas menyuarakan eksistensi perpustakaan. Ya, kira-kira seperti itu bayangan yang terlintas dalam benak Pak Yadik.

Siswa pertama bernama Fairys. Ia adalah salah satu siswa jurusan IPS yang pintar dan berhasil bertahan menjadi bintang kelas selama tiga kali berturut-turut. Pak Yadik berpikiran, pasti yang tidak menginginkan penggusuran perpustakaan adalah orang-orang yang pintar, rajin, dan berprestasi. Namun sayang, Pak Yadik tidak berhasil mendapatkan jawaban yang diinginkan.

"Jika dirasa itu adalah yang terbaik, saya setuju-setuju saja, Pak. Toh, sekarang sudah ada banyak cara dalam belajar dan mencari refrensi. Seperti dari e-book, website, dan semacamnya," jawab Fairys.

Dalam hati, Pak Yadik membenarkan apa yang disampaikan Fairys. Tapi bukan itu yang Pak Yadik inginkan. Jika semua orang berpikiran demikian, maka tidak menutup kemungkinan semua jenis buku akan punah dari Negara ini.

Pak Yadik berpindah pada siswi yang bernama Amalia. Ia adalah salah satu siswi berprestasi yang sering menyabet juara olimpiade IPA tingkat Nasional. Seharusnya, siswi yang berprestasi adalah orang-orang yang masuk dalam kalangan mencintai dan menyayangi buku.

"Justru malah bagus, Pak. Nanti pemasukan sekolah akan tambah banyak. Mengingat sekolah kita ini sedang membutuhkan banyak perbaikan dan seringkali terkendala masalah dana," tegas Amalia.

Jleb. Pak Yadik mendapatkan sudut pandang yang berbeda. Memang, tidak salah jika para siswa dan siswi memperoteskan masalah sarana-prasarana. Banyak kamar mandi yang tidak bisa dipakai, plafon jebol, kekurangan kelas, cat tembok yang mengelupas, dan mungkin masih banyak yang lain. Entahlah, hal itu seharusnya menjadi perhatian khusus oleh pihak petinggi sekolah. Apalagi sudah menjadi rahasia umum di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Pak Yadik hampir putus asa. Tapi ia masih ingin mencoba bertanya sekali lagi. Siapa tahu ada angin segar yang mampu menyejukkan hati dan pikirannya.

Siswa terakhir ditanyakan oleh Pak Yadik bernama Irfan. Meski tidak tergolong siswa yang berprestasi di kelas atau di luar kelas, tapi ia tergolong siswa yang kritis dan peka terhadap lingkungan. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya surat yang dikirim Irfan dalam kotak kritik dan saran yang disediakan oleh sekolah. Kadang kritik sarannya juga disampaikan dalam beberapa forum.

"Kalau penggusuran perpustakaan tidak terlalu bermasalah, Pak. Ada yang lebih penting dari itu," terangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun