Mohon tunggu...
M. Kholilur Rohman
M. Kholilur Rohman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pegiat literasi yang berasal dari Kota Sumenep sekaligus Murabbi Ma'had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) UIN Malang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku-buku yang Berserakan

11 Agustus 2024   07:30 Diperbarui: 11 Agustus 2024   07:32 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumiyati terdiam. Tatapannya menjangkau kawasan sekitar. Banyak hal berkelebat dalam pikirannya.

"Tapi kalau sekiranya itu bisa menjadikan pemasukan bulanan kita lebih banyak, mungkin lebih baik mengikuti arahan Kepala Sekolah saja, Pak," ujar sang istri.

"Loh, jadi kamu setuju kalau perpustakaan sekolah digusur, Dik? Ini aset masa depan anak-anak bangsa loh," tegas Pak Yadik.

"Ya mau bagaimana lagi, Pak. Wong anak-anak zaman sekarang sudah semakin alergi sama buku, dan keadaan ekonomi keluarga kita akhir-akhir ini semakin sulit," balas Sumiyati tidak mau kalah.

"Pasti ada jalan lain kalau untuk masalah ekonomi," Pak Yadik mencoba optimis.

"Semoga saja begitu," timpal sang istri.

Kemudian Pak Yadik berpindah tempat. Begitu pun dengan istrinya yang menuju ke dapur.

Kamar berukuran 3X3 itu berhasil sedikit menenangkan Pak Yadik. Di dalam sana, terdapat banyak buku yang dipajang di rak. Buku-buku itu Pak Yadik dapatkan dari berbagai arah. Ada yang dari hasil beli buku bulanan yang sudah menjadi tradisi, ada juga buku hasil pemberian para guru, dan tak kalah banyak adalah buku-buku yang Pak Yadik dapatkan dari hasil memulung di beberapa tempat; di teras sekolah, di jalan-jalan sempit pasar, dan di beberapa lubang bangunan. Buku-buku itu bukan hanya kehilangan pembaca, tapi juga kehilangan pemilik yang sudah menganggap buku tidak penting.

Pak Yadik memutar otak. Sebisa mungkin ia ingin mencegah niat Pak Zainur untuk menggusur perpustakaan. Karena kalau sudah begitu, buku-buku akan kehilangan rumah. Mereka akan berserakan begitu saja tanpa ada yang memperdulikan. Lalu karena dianggap sampah, maka eksekusi terakhir ada di tukang sampah untuk membersihkan.

Tidak. Pak Yadik tidak ingin hal itu terjadi. Buku harus tetap lestari dan ditempatkan di tempat yang layak dan terhormat. Sebab buku adalah ladang ilmu. Di dalamnya banyak tersimpan gagasan dan pengetahuan. Pengetahuan yang mungkin akan dimanfaatkan oleh generasi penerus untuk membawa Negara ini ke arah yang lebih baik. Ya, bukankah pendidikan adalah salah satu faktor penting dan paling berpengaruh dalam menciptakan peradaban dan perubahan yang lebih baik?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun