Edi dan Danial tak langsung menjawab. Begitu pun dengan Mpok Jum yang beberapa hari lalu bertengkar dengan Danial masalah utang-piutang. Ya, meskipun termasuk dari golongan berada, Danial selaku dosen muda ini masih suka ngutang dengan alasan lupa nggak bawa uang. Pas mau ditagih, alasannya tak jauh dari "Lupa" dan "Sibuk". Waktu itu, Mpok Jum hanya bisa mengelus dada. Entah kesibukan seperti apa yang dirasakan oleh seorang dosen hingga lupa untuk membayar hutang meski dalam nominal yang sedikit. Sekitar sepuluh sampai dua puluh ribuan.
"Awas aja kalau ngutang lagi," celetuk Mpok Jum tanpa mengalihkan pandangan.
Mendengar pernyataan itu, Edi dan Habib hanya cekikikan. Keduanya yang terbilang berstatus ekonomi lebih rendah dari Danial hampir tidak pernah memiliki riwayat hutang pada Mpok Jum.
"Aman kok, Mpok. Uangnya sudah saya kantongi tadi," ucap Danial sambil sedikit cengengesan.
Sejenak hening menyelimuti suasana warung Mpok Jum. Tiga laki-laki yang sedang berkumpul di warung Mpok Jum ini memiliki kesibukan yang berbeda. Setelah ini, Edi akan pergi ke tempat pembangunan masjid Al-Hikmah yang penggarapannya sudah separuh perjalanan, Habib berkeliling komplek sambil berharap banyak emak-emak yang akan memanggil dirinya untuk memborong beragam sayuran. Sementara Danial, ia akan pergi ke kampus untuk menyibukkan diri bersama mahasiswa, tugas penelitian, dan tetek-bengek akademik lainnya.
Sebelum perpisahan itu terjadi, Habib kembali mengulang pembahasan tentang Irfan.
"Oh iya, gimana kabar Irfan di tempat kerjanya sebagai dosen? Bukannya satu tempat sama sampean ya?" Tanya Habib dengan nada ramah. Berharap mendapat informasi baru yang mungkin akan bermanfaat untuk dirinya.
Danial tak langsung menjawab. Ia masih fokus membalas pesan WA di HPnya. Beberapa pesan tentang pertanyaan mahasiswa apakah tetap masuk atau tidak. Beberapa yang lain seputar agenda penelitian dari Fakultas.
"Setahu saya, sampai saat ini, tidak ada info yang menarik tentang Irfan. Semuanya berjalan biasa saja, selayaknya para dosen yang lain," jawab Danial. Berusaha berada di posisi netral.
Hening sejenak. Hingga Danial kembali melanjutkan kalimatnya.
"Cuma, cara masuknya Irfan sebagai tenaga pengajar saja yang menurut saya tidak bisa dibenarkan, meski oleh kebanyakan orang ini sudah dianggap lumrah," tambah Danial. Menumbuhkan rasa penasaran di pikiran Edi dan Habib.