Tidak usah panjang-panjang. Keduanya semakin hari semakin dekat saja. Banyak hal yang mereka lakukan berdua. Berbagi cerita, menghitung hujan, menikmati senja, dan masih banyak lagi yang lainnya. Itu semua mereka lakukan saat libur kuliah saja. Di hari aktif kuliah keduanya akan sulit bertemu, atau bahkan tidak pernah bertemu.
Keesokan harinya.
"Wah, kayaknya ada yang baru nih," kata Agik teman kelas Aldi.
Aldi yang tidak paham hanya mengernyitkan dahi dan menyatukan alis meski kenyataannya tidak bersatu.
"Alaah, jangan pura-pura tidak tahu,"
Aldi terjebak dengan godaan-godaan Agik yang menurutnya tidak masuk akal. Mungkin sebelum sampai di kelas, Agik telah kemasukan setan cinta yang bisa membuat orang jadi tidak waras. Namun untung, dosen pengganti datang membuat ocehan Agik menghilang.
Satu jam setengah dipenuhi dengan teori. Aldi seperti biasa mengotori bukunya dengan pena yang tintanya tinggal satu cm. ia berharap setelah kuliah ini Agik tak lagi menyerangnya dengan pertanyaan-pertanyaan aneh yang bisa membuatnya gila. Jujur saja, Aldi memang tidak terlalu suka berbicara hubungan seperti itu.
Kenyataan berbicara lain. Agik masih saja mengejar Aldi dengan segala pertanyaan. Siapa tahu dia bukan seperti apa yang dipikirkan Agik. Dengan begitu, ia bisa menjadikannya pacar atau bahkan istri sekalipun. Sungguh tingkat percaya diri yang sangat tinggi.
"Jadi kamu nggak pacaran sama dia?" tanya Agik meyakinkan.
"Ya nggak lah," jawab Aldi biasa.
"Alah, kok kayaknya mesra gitu kamu sama dia,"