Mohon tunggu...
Kholifatul Janah
Kholifatul Janah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis adalah salah satu bentuk curahan hati

Saya cenderung aktif dan selalu berpikir apa yang harus saya lakukan untuk menunjang skill saya agar memudahkan mencari pekerjaan. Saya memiliki hobi menulis seperti cerpen, artikel, ataupun diary. Topik bacaan yang saya sukai mengenai kehidupan sukses seseorang, karena cerita itu bisa memberikan efek motivasi kepada pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perasaan dan Logika Itu Berbeda

21 Januari 2023   21:36 Diperbarui: 21 Januari 2023   21:47 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita ujian matematika dimulai, para murid dipersilahkan masuk ke ruang ujian dan menempati kursi ujian sesuai kartu ujian yang sudah didapatkan sebelum pekan ujian mulai. Kami fokus mengerjakan soal masing-masing tanpa ada yang bersuara, tapi yaa namanya juga anak SMA saling saut-sautan untuk berbagi jawaban. Aku berbeda (bukan maksud sombong) cuman ada prinsip yang udah aku tanamin dari sekolah SD jangan sampai menyontek ataupun memberi jawaban karena kegiatan itu sama aja kayak korupsi. Aku enggak bisa melanggar prinsipku itu karena ketika aku melanggar ada beban tersendiri di hatiku.

Buku fotocopy matematika kemarin sangat membantuku untuk mengerjakan soal-soal ujian, walaupun enggak yakin 100% berhasil tapi aku pede kok. Aku keluar ruangan selalu di menit-menit terakhir, enaknya aja soalnya. Waktu aku keluar aku sedikit berteriak menandakan lega karena ujian matematika telah usai, sayup sayup aku melihat beliau, iya pak matematika memandangku sambil tersenyum lucu. Aku sedikit malu dan mulai beranjak mengambil tasku meninggalkan ruang ujian untuk pulang ke rumah.

Mulai kejadian itu tatapan dia seperti tatapan suka, entah suka sebagai guru dan murid atau suka yang lain, tatapannya tidak bisa diartikan dengan kata-kata. Apalagi aku orangnya cuek banget dan kurang peka, maklum kelamaan jomblo.

Pekan ujian tinggal satu hari lagi, tanpa sengaja aku bertemu dia lagi "gimana ujiannya lancar-lancar aja kan?", tanya pak matematika itu padaku sambil tersenyum. Aku menjawab "lancar-lancar aja kok pak". Ada beberapa momen aku melihat dia sedang menatapku dan aku merasakan dia sedikit grogi jika ada aku. Cuman aku harus stay positive thingking "enggak kok, mungkin dia cuman menganggapku sebagai murid aja karena aku unggul di matematika" menyakinkan diriku sendiri agar nantinya tidak terluka.

Namanya juga perempuan apapun selalu menggunakan perasaan jadinya baper deh, tapi jujur takut terluka juga. Kemarin pekan ujian sudah selesai tapi hari ini aku harus ke bimbel lagi, bukan untuk belajar tapi aku harus membayar tagihanku bulan ini ke TU bimbel. "Gimana fir ujianmu, lacar aja kan?" tanyaku pada fira. "Lancar kok dan sepertinya lumayan juga hasilnya, huft bentar lagi liburan nih enggak bisa ketemu sama kamu lagi dong". "Kalau mau ketemu bilang aja terus janjian deh mau kemana, tapi jangan lama-lama yaa soalnya enggak suka sama udara luar" candaku pada fira. "Sipp okee tenang kalau itu".

Waktu pembayaran aku melihat pak matematika disana, aku menyapanya. "Nih ada kue saya, saya tadi emang sengaja minta dua, yang satu buat kamu. Silahkan di ambil" kata pak matematika. Aku yang notabene udah lama jomblo dan cuek ke cowok, enggak tahu kenapa meleleh aja waktu dia bilang gitu. Saking grogi dan mungkin agak lemot aku menolak dong, malu banget soalnyaa. "Enggak pak sudah kenyang terima kasih" jawabku dengan penuh sopan sambil menutupi rasa grogi. Singkat cerita pembayaran udah selesai, karena tadi aku diantar jadinya aku nunggu. Nunggu agak sedikit lama dan aku paling terakhir yang belum dijemput dan kalian tahu enggak apa yang terjadi, dia nunggu aku sampai dijemput orang rumah, dia bisa aja sih pulang soalnya masih ada guru lain tapi dia enggak pulang.

Ohh iya aku masuk bimbel itu kelas dua mau ke kelas tiga SMA. Pekan liburan dimulai, aku mulai berpikir nanti aku mau ngelanjutin dimana yaa. Sambil menimbang-nimbang dan membuat strategi supaya bisa lolos. Aku memiliki keinginan untuk melanjutkan ke fakultas kedokteran di salah satu universitas di Indonesia. Boleh jauh dari rumah asalkan masih satu provinsi sama rumah. Waktu masih kecil pengen banget bisa jadi dokter dan keputusanku juga disetujui sama keluarga. Keinginanku jadi dokter menjadi bulat waktu aku SMP, aku disana banyak sekali didukung terutama sama gurunya.

Tiba waktunya pengumuman siapa aja yang bisa mendaftar pendaftaran pertama dan yaa alhamdulillah aku lolos masuk tahap pertama dari sekolah. Aku mulai mendaftar di PTN aku merasa yakin dan pede karena nilaiku bisa dibilang memuaskan. Jam demi jam aku lewati menunggu hasil pengumuman sambil mendekatkan diri kepada Allah serta berdoa supaya lolos.

Tanganku mulai membuka laptop dan mengetikkan nomor pendaftaranku di situs pengumuman, hatiku berdebar dan takut kalau aku tidak lolos. Jariku menekan dan yaa terbukalah hasil pengumumannya. Kalian tahu gimana hasilnya? Merah warnanya yang menandakan aku tidak lolos. Frustrasi, emosi, takut, down semua jadi satu. Menangis dan bertanya kenapa aku enggak lolos.

Aku tidak tinggal diam begitu aja, aku sudahi menangisku dan memulai mengerjakan soal-soal untuk persiapan pendaftaran selanjutnya. Selama pekan pendaftaran aku sama sekali tidak bertemu dengan pak matematika, karena fokusku di satu titik yaitu soal-soal. Aku yakin dia juga sibuk dengan kesibukannya sendiri.

Lelah dan tangisan semua terbayar ketika warna hijau terpampang nyata dilaptopku dengan namaku. Aku nangis sejadi-jadinya berterima kasih ke Allah karena sudah mengabulkan doa-doaku selama ini. Memberi tahu kepada keluarga bahwa aku resmi lolos, mereka semua senang dan merasa bangga padaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun