Mohon tunggu...
Kholif Diniawati
Kholif Diniawati Mohon Tunggu... Guru - Guru MAN 3 Bantul

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Book

Sekuat Hati ibu

4 Desember 2023   17:41 Diperbarui: 4 Desember 2023   17:45 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkali-kali kuhubungi, tetapi taka da jawaban, hanya suara balasan, "telpon yang anda hubungi tidak aktif".

Hatiku semakin tak karuan,, khawatir terjadi apa-apa dengan orang tuaku.

"Mas, bagaimana ini, telpon tidak diangkat, tidak aktif, aku kok jadi khawatir sekali ya mas," ujarku sambil duduk disebelah suamiku yang sedang berdzikir.

"Tenang dik. Bismillah, semoga tidak ada apa-apa. Nanti saja setelah selesai sholat, dan sudah membereskan rumah, kita ke Yogya ya. Didoakan saja, semoga tidak ada apa-apa.," suamiku mencoba menenangkanku.

Kebetulan ini hari Minggu, jadi aku tidak perlu ijin ke sekolah tempatku mengajar. Seusai sholat subuh, aku bergegas mempersiapkan segala sesuatu untuk pulang ke Yogya. Kubangunkan Adinda dan aku siapkan sarapan untukk bekal perjalanan kami,

Kami berangkat dengan berboncengan motor jam 6 pagi dengan membawa perasaan yang sungguh tidak enak. Perjalan kami masih lancer karena memang hari libur dan masih pagi.

Sepanjang jalan, tak henti-hentinya aku berdoa untuk ibu dan bapak di rumah. Sesekali kuajak putriku ikut berdoa untuk kakek dan neneknya. Jalanan memang masih sepi ketika kami keluar dari desa kami. Namun sesampainya di  jalan utama, banyak sekali kendaraan yang lalu lalang.

"Mas, pelan-pelan saja. Hati-hati ," aku mengingatkan mas Arya karena  aku merasakan, mas Arya terlalu cepat mengendarai motornya, sampai tidak bisa menghindari lubang jalan rusak yang kami lewati.

"tenang saja Dik, mas akan membawamu ke jalan yang lurus, yang tidak berlubang-lubang yang nyaman dan penuh kenikmatan," gurauan mas Arya sambil sedikit menoleh ke belaang.

Tapi entanh kenapa, mendengar ucapan mas Arya, justru aku semakin khawatir dan tidak tenang.

Tepat di tikungan yang menjorok, tetiba ada truk pasir dari arah depan yang menyalip truk pasir lainnya yang ada didepannya dan otomatis memakan jalan yang dari arah berlawanan, aku sangat kaget, begitu juga mas Arya, spontan berterikan, allahuakbar, dan aku menjerit sambil berucap Inna Lillahidan semua terasa gelap,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun