"Hebat, anak ayah,"
"Anak ibu juga dong,", kataku sambil memberikan korek ke mas Arya.
Sore itu kami ewati bersama putri kami dengan penuh keceriaan.
Menjelang malam, ketika mas Arya dan Adinda sudah tertidur , aku merasa ada yang tidak enak di hati. Entah kenapa, tetiba rasanya pingin menghubungi ibu di Yogya. Kulihat jam sudah menunjukkan angka 01.00 malam. Terbersit dalam hati, tentu ibu sudah tidur , taku kalau mengganggu. "Ah, pasti tidak ada apa-apa, tentu baik-baik saja. Buktinya ibu tidak menelpon, biasanya kalau ada sesuatu yang terjadi, ibu menelponku," hatiku mencoba menenangkan diri.
Ku coba untuk memejamkan mata disamping mas Arya, namun tetap saja mata ini sulit terpejam. Daeti berganti menit, berindah ke jam , sampai akhirnya jam 2.30 terakhir aku melihat jarum jam di dinding., aku tertidur. Suara alarm jam 3.00 membangnkanku, mata ini masih terasa mengantuk.
"Ya, baru 30 menit aku tertidur, tapi bismillah, aku harus nagun," gumamku dan kulihat mas Arya juga sudah mulai menggeliat pertanda juga mau bangun untuk melasanan sholat malam.
"Mas, aku kok kepikiran ibu dan bapak ya, sampai semalam saja aku bisa tidur jam 02.30 ," ujarku
"ya ditelpon ibu, tentu sudah bangun ibu jam segini," jawab mas Arya dengan mata masih terpejam.
"Nanti sajalh, sertelah sholat tahajut," ujarku
"Tanpa menjawab, mas Arya bangun dan mendahuluiku menuju kamar mandi.
Seusai melksankan tahajut sambil menunggu waktu Subuh, kucoba menghubungi ibu.