Mohon tunggu...
Kholid Hanafi
Kholid Hanafi Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru

Hidup untuk mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggali Akar Masalah dan Solusi Bullying

2 April 2023   06:27 Diperbarui: 2 April 2023   06:54 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saran telah ditunaikan oleh para siswa tersebut, namun ternyata respon si anak yang merasa dibully tersebut terkesan tidak tulus, bahkan anak-anak yang meminta maaf balik seperti merasa mendapat ancaman, karena teman-teman sianak yang merasa dibully dari kelas lain berdatangan dikelas ini, lalu anak-anak yang minta maaf tadi keluar kelas, lari ke ruang Bimbingan dan Konseling. Guru BK yang tadi memberikan ide, lalu merespon, dan mendampingi anak-anak ini ke kelas, untuk menetralkan suasana. 

Didepan kelas, Guru BK minta ijin untuk menyampaikan kronologinya, tetapi ternyata anak yang merasa dibully dan membawa teman-temannya dari kelas lain, sudah keluar ruangan. Didepan anak-anak yang tersisa dikelas tersebut, menawarkan ide yang lebih gila lagi, bagaimana jika anak-anak yang dianggap membully tadi datang kerumah orangtua anak yang dibully tadi yang sudah menelpon marah-marah, menghina dan mengancam tadi, saya damping untuk minta maaf? 

Langsung, dijawab oleh anak-anak ini, siap pak!! Baik, mari kita berangkat. Diperjalanan, anak-anak ini sempat gusar juga, jangan-jangan nanti lebih dijahatin lagi, Guru BK ini bilang, sudahlah, positif saja. 

Sampai dirumah orangtua dan anak yang merasa dibully tadi, memang rumahnya megah, dibanding dengan tetangga-tetangga sekitarnya. Selesai basa-basi, Guru BK ini membuka pembicaraan, bahwa anak-anak ini luarbiasa Bu, melebihi pemikiran kita. Mereka tadi sudah bermaafan dikelas, tapi anak-anak merasa puas, sebelum bisa sowan (menemui) Bapak/Ibu dirumah, makanya saya mengantar mereka, kuatir dijalan ada apa-apa. Orang tua ini langsung lilih dan luruh rasa marah dan kecewa yang disampaikan di ruang Bimbingan dan Konseling tadi pagi. 

Dan bahkan, menyampaikan bahwa semua adalah anak-anak kita, kalian harus saling rukun, saling memotivasi. Sering-seringlah main kesini, dan nanti saat berbuka puasa, ayolah buka bersama disini.

Dari fragmen diatas, yang penulis peroleh dari keadaan nyata, disamarkan, terdapat sebuah fenomena pembullyan yang masih bersifat persepsi, belum pada fakta yang terjadi. Masih ada unsur-unsur Baper (kata gaul yang merupakan singkatan dari 'Bawa Perasaan'.

Istilah ini merujuk pada seseorang yang memasukkan hati suatu ucapan atau tindakan orang lain, https://www.diadona.id/relationship/arti-baper-penggunaan-dan-deretan-arti-kata-kata-gaul-lainnya-jangan-sampai-salah-pakai-ya-210701k.html), membuat kesimpulan sendiri atas tindakan orang lain, yang kesimpulan sendiri ini lalu diekstraksi seolah-olah menjadi fakta pembenaran, dan dinarasikan kepada orang lain. Celakanya narasi ini kemudian direspon dengan berlebihan sehingga menjadi pembenaran untuk melakukan tindakan lain, bahkan sampai ke ranah hukum jika perlu. 

Keadaan ini menjadi diperparah oleh tidak seimbangnya tingkah laku manusia dalam hal ini anak-anak remaja yang terkadang belum matang dalam berlakukan tindakan sesuatu, baik secara verbal maupun non verbal, baik melalui social media maupun pergaulan fisik sehari-hari. Jiwa muda yang cenderung meledak-ledak, bertindak lebih dulu tanpa berfikir panjang, dan mencoba-coba perlu dihormati dan diberikan ruang yang relative cukup sepanjang tidak merugikan diri mereka sendiri maupun orang lain, sebagai bentuk mencari jati diri dan mengukir kreatifitas mereka masing-masing.

Untuk itu penulis memiliki cara pandang, yang sekiranya bisa dipergunakan untuk meredam konflik yang dianggap masuk ranah "pembullyan" minimal mengurangi potensi-potensi yang dianggap sebagai bentuk pembullyan, sehingga mendapatkan persepsi yang sama, kalaupun tidak sama, saling memahami, terhadap 4 pilar komunitas Pendidikan, sebagai berikut :

Orang tua / Wali murid; Sebagai orang tua/wali murid, bentuk sayang anak terkadang tidak berubah perlakuannya, sejak PAUD sampai menempuh Pendidikan di SMA. Ini sangat kentara dan terasa sekali, jika kita membandingkan diluar negeri (taruhlah Jepang dan China), dimana sejak usia dini mereka dilatih kemandirian, dalam hal makan mulai dari mengambil nasi (prasmanan) menghabiskan makanan yang diambil sendiri, makan sendiri, hingga membersihkan piring sendiri setelah selesai makan.

 Naik kendaraan umum, berjalan kaki menuju kesekolah, dan beberapa aktivitas lainnya, termasuk memilih masa depan masing-masing sesuai dengan core, minat, dan bakat masing-masing. Sikap protektif yang dimiliki orangtua, mengakibatkan anak relative manja, tidak berani mengambil keputusan, kuatir tidak disetujui orang tua dan terkadang tragisnya, semua persepsi anak dianggap benar dan perlu dibela atau direalisasikan oleh orangtua. Pepatah lama yang kurang lebih seperti ini: " Orang tua kaya raya, anak jadi raja, anaknya kaya raya, orang tua jadi hamba sahaya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun