Tokoh utama
- Aku : tokoh yang mempunyai simpati dan empati yang tinggi terhadap orang lain
Tokoh sampingan
- Pemuda sales executive : Pembicara yang baik
- Lelaki setengah tua dengan peci sedikit kucal : Suka menyalahkan
- Pemuda berkaus “Barcelona” : Sok tau dan selalu berpikir tentang uang
- Seorang tua yang nongkrong di pojokan : Suka menyalahkan, berpikir pendek
- Seorang pemuda yang menggeram pada dirinya sendiri : Suka menyalahkan
- Seseorang yang tetap duduk namun dapat mengintip di sela-sela badan : Acuh
- Pengunjung dengan dasi yang disampirkan di pundak : Sok bijak
- Satu anak muda dengan rambut acak : Pemikir
- Wanita tigapuluh tahunan : Suka berbicara
- Pekerja yang tampak senior : Suka ikut-ikutan
- Wanita yang bekerja : Pintar menyanggah
- Anak muda yang dahinya rajin berpikir : Pemikir keras
- Mahasiswa filsafat dari perguruan tinggi ternama : Tampak terpelajar
- Bussines woman : Ketus
- Seorang pria setengah tua : Bijaksana
- Nyonya : Suka marah marah dan menyalahkan, tidak punya rasa peduli terhadap orang lain
- Suami si nyonya : Terlalu santai, pasrah
- Lima belas tahunan : Sedikit acuh
- Sepuluh tahunan : Penuh rasa penasaran
Latar
Cerita ini berlatarkan kejadian kecelakaan di sebuah jalan, yang terjadi ketika siang menjelang sore, bersamaan dengan guyuran gerimis, dengan suasana ribut dan berduka, dengan latar sosial perilaku masyarakat masa kini.
Alur
Menurut pendapat saya alur yang digunakan adalah alur maju, terbukti dengan dijelaskannya adegan oleh “Aku” dari awal kejadian hingga akhir kejadian secara urut dan runtut.
Alur dalam cerita ini menarik untuk dibahas, terutama tentang babak penyelesaian yang sangat mengejutkan, tidak tertebak, dan sedikit menggantung. Pada awalnya tokoh “Aku” yang baik hati dan suka menolong ini mulai melakukan perannya, lalu pada bagian hampir akhir cerita ia mengambiil dompet yang mungkin adalah milik sang kakek, ia berniat untuk menolong si kakek tua tersebut, bukan ‘dipuji’, tetapi ia malah dituduh sebagai pencuri dan digebuki oleh masa, dan pada akhir cerita tersebut, dijelaskan bahwa tubuh si “Aku” merasa beku dan sunyi, serta matanya terasa mati, apakah ia mati?.
Selain itu, penulis sangat lihai dalam menyampaikan kejadian yang terjadi di warung, kafe, dan di dalam mobil. Karena menurut saya tiga hal yang terjadi di tempat yang berbeda itu terjadi di waktu yang sama. Dan penulis dapat menyampaikainya alur dalam tiga tempat itu secara jelas dan runtut sehingga sangat mudah dipahami oleh pembaca.
Sudut Pandang
Sesuai dengan judul tulisan saya ini “ “Aku” di Jalan Sunyi Kota Mati “, saya akan memberikan pendapat tentang sudut pandang seorang “Aku” dalam cerita ini. Karena menurut saya hal ini sangat unik, dan belum pernah saya temukan sebelumnya.
Dalam teori bahasa dikenalkan empat sudut pandang, yaitu orang pertama pelaku utama, orang pertama pelaku sampingan, orang ketiga sebagai pengamat, dan orang ketiga serba tahu. Namun dalam cerita ini saya tidak dapat menentukan sudut pandang seorang “Aku” dengan dengan jelas.