"kreeekkeekk kreeeekkk kreeekkkk" kini suara deritan dikaca jendela menambah ngilu telinga Rumi.
Keringat dingin perlahan mengalir dipelipis kepalanya. Tangannya meraih benda yang tengah dicarinya sedari tadi. Lampu senter.
" akhirnya ketemu"ucapnya dalam hati. Dengan cepat diarahkannya sorotan lampu senter itu kearah jedela yang tepat berada di sbelah kanannya. Tidak ada  siapa pun disana, hanya sekelebat tirai putih yang menutupi jendala kaca itu melamabi-lambai tertiup angin.
'''uuuu..uuuu..uuuuuukk" suara ia kian parau terdengar.
Rumi berlari mengambil langkah seribu kekamarnya dan membanting pintu. Kini tubuhnya dibasahi keringat, jantungnya berpaju kian cepat. Tak berhenti sampai disitu, terdengar ketukan pintu,
"doorr door dorr..dor dor dooorrr"
Air matanya tak kuasa ia bendung. Ia meraih selimut dan menutupi tubuhnya layaknya seorang anak kecil yang tengah kedinginan. Angin pun berdesir kian kencang, sepertinya akan turun hujan malam ini.
      Suara-suara itu kian terdengar jelas. Ia berkomat kamit mengucap apa saja ayat yang ia hafal untuk menenangkan perasaannya yang kian ciut.
" kreekkk, kreeekkk,,uuu..uuu...uu...dooorr doorr doorr " semua suara itu kian menjadi satu berpadu dengan angin yang kian kencang.
" ya allah...allahuma...allahhuma bariklana,,,fii maa... ishh kok malah do'a makan sih. Allahulaa illah haillallah......" sambil sesenggukan dan menutup matanya rapat-rapat, ia mencoba menguatkan perasaannya. Namun suara ketukan pintu itu semakin nyaring trdengar.
"Dooorr doorr doorr.."