Kala langit terang benderang
Udara masih segar
Gerimis hujan sudah seminggu tak datang
Hari ini pernikahanmu telah tiba
Membawa kabar yang baik di ujung gelap gulita
Menjadi terang benderang keadaan semesta jiwa atma
Tetapi pernikahanmu membawa patah hati
Karena orang yang engkau hormati sudah tiada
Ayahmu yang seharusnya
Duduk disampingmu dan menjadi wali atas pernikahanmu
Dia sudah tiada diambil Sang Maha Pencipta tiga tahun silam
Pernikahanmu yang seharusnya penuh bunga kebahagiaan
Namun air mata pecah di saat engkau teringat Ayahmu yang seharusnya menjadi wali pernikahanmu
Namun dia sudah tiada
Sungguh ini hari pernikahan yang membawa kesedihan
Saat mengingat orang yang diharapkan hadir
Namun sudah tiada
Air mataku kala itu juga pecah
Kusembunyikan di antara celah-celah langit
Hatiku merasakan menggenggam bara api yang menganga
Antara kebahagiaan dengan melihat keadaanmu
Tetapi kesedihan saat mengingat Ayahmu yang sudah tiada
Sungguh pernikahanmu mengingatkan masa silam
Masa atas kesedihan dan kepedihan dalam menjalankan kehidupan
Pernikahanmu menggenggam patah hati
Hati yang seharusnya tertata rapi
Andaikan Ayahmu ada disampingmu
Namun kini Ayahmu sudah tiada
Hingga membuat dinding-dinding air mata ini pecah
Bersama embun pagi
Pernikahanmu menggenggam patah hati
Membuat hati dalam sedu sedan
Saat teringat Ayahmu yang sudah tiada
Dialah yang berhak menjadi wali pernikahanmu
Namun dia sudah tiada
Terasa dalam pernikahanmu ada yang kurang
Sungguh air mata ini jatuh tak dapat dibendung
Melihat keadaan antara suka cita dengan duka cita
Membaur menjadi satu warna di hari pernikahanmu
Â