Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pernikahanmu Menggenggam Patah Hati

23 September 2022   13:48 Diperbarui: 23 September 2022   14:02 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala langit terang benderang

Udara masih segar

Gerimis hujan sudah seminggu tak datang

Hari ini pernikahanmu telah tiba

Membawa kabar yang baik di ujung gelap gulita

Menjadi terang benderang keadaan semesta jiwa atma

Tetapi pernikahanmu membawa patah hati

Karena orang yang engkau hormati sudah tiada

Ayahmu yang seharusnya

Duduk disampingmu dan menjadi wali atas pernikahanmu

Dia sudah tiada diambil Sang Maha Pencipta tiga tahun silam

Pernikahanmu yang seharusnya penuh bunga kebahagiaan

Namun air mata pecah di saat engkau teringat Ayahmu yang seharusnya menjadi wali pernikahanmu

Namun dia sudah tiada

Sungguh ini hari pernikahan yang membawa kesedihan

Saat mengingat orang yang diharapkan hadir

Namun sudah tiada

Air mataku kala itu juga pecah

Kusembunyikan di antara celah-celah langit

Hatiku merasakan menggenggam bara api yang menganga

Antara kebahagiaan dengan melihat keadaanmu

Tetapi kesedihan saat mengingat Ayahmu yang sudah tiada

Sungguh pernikahanmu mengingatkan masa silam

Masa atas kesedihan dan kepedihan dalam menjalankan kehidupan

Pernikahanmu menggenggam patah hati

Hati yang seharusnya tertata rapi

Andaikan Ayahmu ada disampingmu

Namun kini Ayahmu sudah tiada

Hingga membuat dinding-dinding air mata ini pecah

Bersama embun pagi

Pernikahanmu menggenggam patah hati

Membuat hati dalam sedu sedan

Saat teringat Ayahmu yang sudah tiada

Dialah yang berhak menjadi wali pernikahanmu

Namun dia sudah tiada

Terasa dalam pernikahanmu ada yang kurang

Sungguh air mata ini jatuh tak dapat dibendung

Melihat keadaan antara suka cita dengan duka cita

Membaur menjadi satu warna di hari pernikahanmu

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun