Pohon seribu telah engkau tanam dalam jiwa
Bersama jejak pahit yang engkau torehkan
Lewat kata dan janji yang engkau ungkapkan lewat bisikan
Namun semua sirna ditelan waktu
Engkau memilih dia
Lelaki yang engkau anggap
Bisa membuat nyaman
Aku menghormati keadaan itu
Namun tahukah engkau
Bila yang engkau pilih menorehkan seribu luka sembilu di hati
Mengoyak di setiap nafas laku dan tubuh-tubuhku
Hingga di setiap torehan nafas
Terasa sesak saat mengingat pilihan jalan jiwamu
Aku berupaya menghormati keadaan itu
Namun luka tak dapat dibohongi
Bahwa luka masih menyayat di setiap nafas dan lakuku
Sungguh aku terluka
Begitu mendalam di jiwa atma
Hingga membuat linglung dalam hati
Karena pilihanmu
Tak sesuai pohon yang engkau tanam di jiwa atma
Kala engkau mengikat janji denganku
Ingin kututup luka
Namun seribu luka tetap menancap di hati
Tetap saja seribu luka menghantui diseluruh jiwa atma
Hingga kesedihan mengharu biru
Selaksa peluru yang menancap didinding-dinding jiwaku
Sungguh seribu luka
Telah menancap di seluruh raga dan nadiku
Telah lama
Janjimu kuikat di hati sanubariku
Aku tak ingin menghianati sebuah janji yang terikat
Namun engkau memilih jalan lain
Hingga membuat seluruh tubuhku
Menjadi kering kerontang dalam kesedihan yang tak karuan
Semua selaksa seribu luka yang menyerang di seluruh tubuh-tubuhku yang tak berdaya
Aku benar-benar terluka
Akan pilihanmu
Membuat seribu luka menganga di hati sanubari jiwa atma yang terdalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H