Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seribu Luka

12 September 2022   16:10 Diperbarui: 12 September 2022   17:52 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto pixabay.com

Pohon seribu telah engkau tanam dalam jiwa

Bersama jejak pahit yang engkau torehkan

Lewat kata dan janji yang engkau ungkapkan lewat bisikan

Namun semua sirna ditelan waktu

Engkau memilih dia

Lelaki yang engkau anggap

Bisa membuat nyaman

Aku menghormati keadaan itu

Namun tahukah engkau

Bila yang engkau pilih menorehkan seribu luka sembilu di hati

Seribu luka

Mengoyak di setiap nafas laku dan tubuh-tubuhku

Hingga di setiap torehan nafas

Terasa sesak saat mengingat pilihan jalan jiwamu

Aku berupaya menghormati keadaan itu

Namun luka tak dapat dibohongi

Bahwa luka masih menyayat di setiap nafas dan lakuku

Sungguh aku terluka

Begitu mendalam di jiwa atma

Hingga membuat linglung dalam hati

Karena pilihanmu

Tak sesuai pohon yang engkau tanam di jiwa atma

Kala engkau mengikat janji denganku

Ingin kututup luka

Namun seribu luka tetap menancap di hati

Tetap saja seribu luka menghantui diseluruh jiwa atma

Hingga kesedihan mengharu biru

Selaksa peluru yang menancap didinding-dinding jiwaku

Sungguh seribu luka

Telah menancap di seluruh raga dan nadiku

Telah lama

Janjimu kuikat di hati sanubariku

Aku tak ingin menghianati sebuah janji yang terikat

Namun engkau memilih jalan lain

Hingga membuat seluruh tubuhku

Menjadi kering kerontang dalam kesedihan yang tak karuan

Semua selaksa seribu luka yang menyerang di seluruh tubuh-tubuhku yang tak berdaya

Aku benar-benar terluka

Akan pilihanmu

Membuat seribu luka menganga di hati sanubari jiwa atma yang terdalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun