Mohon tunggu...
Khoirul Anam
Khoirul Anam Mohon Tunggu... lainnya -

Tidak mampu mendeskripsikan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surga Intan

15 November 2016   09:23 Diperbarui: 15 November 2016   09:41 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kaki kecilnya ragu melagkah

Kegelapan hanya sebentar menyapa

Kini ia melohat taman bunga

Indah...

Namun ia sendiri

Kemana papa mama?

Seorang pria berambut panjang datang menghampiri

Wajahnya tersenyum ramah

Kemarilah, Manisku....

Dia menggenggam tangan mungil Intan

Intan pun menurut

Ia teringat wajah itu bukanlah orang asing

Al-Masih

Di sini dia bukan seorang Nabi

Seperti para muslim katakan

Di sini dia bukan Tuhan ataupun anak-Nya

Di sini dia ayah Intan

Bersama jutaan anak lainnya

Di taman firdaus telah menunggunya

Keluarga baru

Bersama wajah-wajah asing yang murah senyum namun tak semua ramah

Al-Masih memberikan tangannya pada Marsinah

Sang martir kelas pekerja

Dia membawa intan menuju taman bermain anak

Intan melihat sekeliling

Di bawah pohon besar terlihat seorang bercelana pendek berkacamata

Duduk sendiri membaca buku

Tanpa ditanya Marsinah berkata,

Dia Abdurrahman Wahid

Orangnya suka bercanda meski kadang nyeleneh

Pandangan Intan tertuju kursi di taman

Terlihat dua orang sedang bercanda sambil menghisap cerutu

Dua orang lelaki berparas kurus

Itu pak Munir dan Widji Thukul,

Kata Marsinah

Langkah kaki mereka berlanjut

Terlihat kerumunan orang sedang berpesta

Ribuan pemuda hanyut dalam kenikmatan sungai anggur dan gelak tawa

Pemuda-pemuda bersemangat

Alumni 10 November Surabaya

Di tengah-tengah mereka terlihat seorang tua

Didampingi pemuda gagah dengan topi lancip

Hasyim Asyari dan Tomo

Menyatu dalam tawa para martir yang terbius titah mereka

Merdeka atau mati!

Tak lama kaki mungil Intan melangkah

Sampailah pada tujuan

Taman bermain anak tanpa batas

Batas ras, suku, agama, bangsa, atau batas apapun

Intan disambut tepuk tangan meriah anak-anak Palestina

Beberapa anak lucu berkulit hitam menghampirinya

Mengajak bermain

Ini rumahmu, Intan

Ini surgamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun