Mohon tunggu...
khoirotunnissak
khoirotunnissak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Malang

Hi. Perkenalkan nama saya Nissak, Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Malang. Saya memiliki minat yang cukup tinggi terhadap belajar bahasa Inggris, oleh sebab itu, saya mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris. selain menjadi seorang mahasiswi, saya juga berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di SDN BUNULREJO 2 kota Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Nilai Sosial Budaya dalam Membentuk Sistem Pendidikan yang Berkarakter

13 Januari 2025   07:44 Diperbarui: 13 Januari 2025   07:44 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Pendidikan Berbasis Budaya Ki Hajar Dewantara (1967) menekankan pentingnya pendidikan yang berakar pada budaya lokal. Beliau mengemukakan bahwa pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam dan budaya bangsa agar mampu menghasilkan individu yang selaras dengan lingkungan sosialnya. Pendidikan berbasis budaya menciptakan harmoni antara nilai lokal dan global, sehingga peserta didik dapat menghargai identitas bangsanya sambil tetap terbuka terhadap perkembangan dunia. Menurut Dewantara, "pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang dapat menumbuhkan budi pekerti luhur melalui kearifan lokal yang dimiliki setiap daerah."

Teori Nilai Sosial Budaya Menurut Koentjaraningrat (2009), nilai sosial budaya merupakan elemen penting dalam membentuk sikap dan perilaku individu. Nilai-nilai ini menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat ditransformasikan melalui pendidikan. Integrasi nilai sosial budaya dalam pendidikan mencakup penghargaan terhadap keberagaman, penguatan solidaritas sosial, dan pembentukan identitas nasional. Dalam praktiknya, nilai sosial budaya seperti gotong royong, toleransi, dan saling menghormati dapat menjadi dasar dalam pembelajaran di sekolah untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis.

Teori Pendidikan Karakter Pendidikan karakter, sebagaimana diuraikan oleh Tilaar (2012), adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika dalam diri peserta didik. Pendidikan karakter tidak hanya berfokus pada pengembangan intelektual, tetapi juga pada penguatan aspek emosional dan spiritual. Nilai sosial budaya dapat menjadi landasan utama dalam pendidikan karakter karena relevansinya dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Lickona (1991) menambahkan bahwa pendidikan karakter harus mencakup tiga elemen utama, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (rasa atau emosi moral), dan moral action (tindakan moral), yang semuanya dapat diperkuat melalui integrasi nilai sosial budaya.

Teori Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah pendekatan yang menekankan relevansi materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Teori ini relevan dalam pendidikan berbasis nilai sosial budaya, karena peserta didik diajak untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai budaya dalam konteks kehidupan sehari-hari. Menurut Johnson (2002), "pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghubungkan siswa dengan lingkungan sosial dan budaya mereka."

Teori Multikulturalisme dalam Pendidikan Banks (2006) menjelaskan bahwa pendidikan multikultural bertujuan untuk menciptakan pemahaman dan penghargaan terhadap keragaman budaya. Dalam konteks Indonesia, pendidikan multikultural dapat mendukung integrasi nilai sosial budaya dengan memperkenalkan peserta didik pada kekayaan budaya lokal dan nasional. Hal ini dapat memperkuat identitas nasional dan mengurangi potensi konflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya.

Kajian teori ini memberikan landasan konseptual untuk memahami bagaimana nilai sosial budaya dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan yang berkarakter. Dengan mengacu pada berbagai teori ini, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pendekatan holistik yang dapat mendukung pembentukan karakter peserta didik secara komprehensif. Berdasarkan tinjauan teori, pendidikan berbasis nilai sosial budaya adalah pendekatan strategis yang mampu membentuk karakter peserta didik melalui integrasi nilai-nilai lokal dalam pembelajaran. Teori pendidikan berbasis budaya menekankan pentingnya harmoni antara nilai lokal dan global, sedangkan teori nilai sosial budaya memberikan landasan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan karakter dan pembelajaran kontekstual semakin memperkuat pentingnya relevansi pendidikan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan multikultural memberikan wawasan penting tentang bagaimana menghargai keberagaman budaya dalam membentuk identitas nasional yang kuat. Secara keseluruhan, teori-teori ini menegaskan bahwa integrasi nilai sosial budaya dalam sistem pendidikan dapat menciptakan generasi yang tidak hanya unggul secara intelektual tetapi juga memiliki moral dan etika yang kokoh.

  • Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Pendekatan kualitatif dipilih karena sesuai untuk mengeksplorasi fenomena kompleks terkait integrasi nilai sosial budaya dalam sistem pendidikan. Studi kasus memberikan kesempatan untuk mendalami konteks tertentu secara mendalam, sehingga hasil penelitian dapat memberikan wawasan yang kaya tentang implementasi nilai sosial budaya di berbagai institusi pendidikan.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tiga metode utama: wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen. Wawancara mendalam dilakukan dengan guru, siswa, dan pengambil kebijakan di bidang pendidikan untuk mendapatkan perspektif yang beragam mengenai peran nilai sosial budaya. Observasi partisipatif digunakan untuk mengamati secara langsung bagaimana nilai-nilai sosial budaya diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Analisis dokumen mencakup kajian terhadap kurikulum, modul pembelajaran, dan kebijakan pendidikan yang relevan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tematik. Proses ini melibatkan pengelompokan data berdasarkan tema-tema yang muncul selama penelitian, seperti nilai-nilai sosial budaya yang dominan, tantangan dalam implementasi, dan strategi yang efektif. Setiap tema dianalisis untuk mengidentifikasi pola-pola dan hubungan yang relevan dengan tujuan penelitian.

Keabsahan data dijamin melalui triangulasi metode, yaitu membandingkan temuan dari wawancara, observasi, dan analisis dokumen untuk memastikan konsistensi dan validitas data. Selain itu, peneliti juga melakukan member checking dengan responden untuk memastikan bahwa interpretasi data sesuai dengan realitas yang mereka alami.

Subjek penelitian dipilih secara purposive, yaitu berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian. Subjek meliputi sekolah yang telah menerapkan nilai sosial budaya dalam kurikulumnya, serta para pendidik dan siswa yang aktif dalam proses pembelajaran berbasis budaya. Pemilihan ini bertujuan untuk mendapatkan data yang relevan dan mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun