Mohon tunggu...
khoirotunnissak
khoirotunnissak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Malang

Hi. Perkenalkan nama saya Nissak, Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Malang. Saya memiliki minat yang cukup tinggi terhadap belajar bahasa Inggris, oleh sebab itu, saya mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris. selain menjadi seorang mahasiswi, saya juga berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di SDN BUNULREJO 2 kota Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Nilai Sosial Budaya dalam Membentuk Sistem Pendidikan yang Berkarakter

13 Januari 2025   07:44 Diperbarui: 13 Januari 2025   07:44 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Khoirotun Nissak 

22402073006@unisma.ac.id

Artikel ini merupakan tugas matakukiah Kajian Pedagogi yang diampu oleh Rulam Ahmadi, Prodi Magister Pendidikan bahasa Inggris, Pascasarjana UNISMA Malang.

Abstract: Pendidikan berkarakter menjadi fondasi penting dalam pembentukan generasi yang berintegritas dan memiliki nilai-nilai moral yang kuat. Artikel ini mengeksplorasi peran nilai sosial budaya dalam membentuk sistem pendidikan yang berkarakter di Indonesia. Pendekatan ini menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai lokal, tradisi, dan budaya dalam kurikulum pendidikan guna menanamkan sikap, perilaku, dan etika yang sesuai dengan identitas bangsa. Dengan menggunakan metode analisis kualitatif, penelitian ini mengkaji berbagai literatur dan studi kasus dari implementasi nilai sosial budaya dalam pendidikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendidikan berbasis nilai sosial budaya dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap keragaman, solidaritas, dan tanggung jawab sosial. Selain itu, artikel ini memberikan rekomendasi strategi untuk memperkuat integrasi nilai sosial budaya dalam pendidikan nasional. Temuan ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan kebijakan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Keywords: Nilai Sosial Budaya, Pendidikan Berkarakter, Integrasi Budaya

  • PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun peradaban suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, sistem pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga membentuk karakter peserta didik yang berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa. Pendidikan berkarakter menjadi sangat relevan dalam menghadapi tantangan globalisasi yang sering kali menyebabkan degradasi nilai-nilai budaya lokal. Melalui pendidikan, nilai-nilai sosial budaya yang telah menjadi warisan leluhur dapat ditanamkan secara efektif kepada generasi muda, sehingga mereka tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki moral dan etika yang kuat.

Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keberagaman budaya, memiliki potensi besar untuk memanfaatkan nilai sosial budaya dalam membentuk karakter generasi penerus. Nilai-nilai seperti gotong royong, toleransi, dan solidaritas telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Namun, modernisasi dan globalisasi sering kali membawa pengaruh negatif yang mengikis nilai-nilai ini. Pendidikan berperan penting dalam menjaga dan melestarikan nilai sosial budaya melalui integrasi ke dalam sistem pembelajaran.

Selain itu, pendidikan berbasis nilai sosial budaya tidak hanya relevan dalam membentuk karakter individu, tetapi juga dalam memperkuat identitas nasional. Peserta didik yang memahami dan menghargai nilai-nilai budaya akan memiliki rasa cinta tanah air yang lebih kuat. Hal ini sangat penting dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa di tengah arus globalisasi yang semakin deras.

Artikel ini berangkat dari pemahaman bahwa sistem pendidikan yang ideal adalah sistem yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai sosial budaya ke dalam kurikulumnya. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai wahana pembentukan karakter yang berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran nilai sosial budaya dalam membentuk sistem pendidikan yang berkarakter, serta memberikan rekomendasi strategis untuk integrasi nilai-nilai tersebut dalam kurikulum pendidikan nasional.

Melalui tinjauan literatur dan analisis studi kasus, artikel ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang komprehensif tentang pentingnya nilai sosial budaya dalam pendidikan. Dengan pendekatan yang holistik, artikel ini akan mengkaji bagaimana nilai-nilai sosial budaya dapat diterapkan dalam berbagai aspek pendidikan, mulai dari kurikulum, metode pengajaran, hingga kebijakan pendidikan. Penelitian ini juga bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana nilai sosial budaya dapat diintegrasikan dalam pendidikan? Apa saja tantangan yang dihadapi dalam implementasi nilai-nilai tersebut? Dan bagaimana strategi terbaik untuk mengatasi tantangan tersebut?

Pendahuluan ini menjadi landasan bagi pembahasan lebih lanjut mengenai urgensi dan strategi implementasi nilai sosial budaya dalam membentuk sistem pendidikan yang berkarakter. Dengan memahami konteks, tantangan, dan peluang yang ada, diharapkan artikel ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan sistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

  • Tinjauan Teori

Teori Pendidikan Berbasis Budaya Ki Hajar Dewantara (1967) menekankan pentingnya pendidikan yang berakar pada budaya lokal. Beliau mengemukakan bahwa pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam dan budaya bangsa agar mampu menghasilkan individu yang selaras dengan lingkungan sosialnya. Pendidikan berbasis budaya menciptakan harmoni antara nilai lokal dan global, sehingga peserta didik dapat menghargai identitas bangsanya sambil tetap terbuka terhadap perkembangan dunia. Menurut Dewantara, "pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang dapat menumbuhkan budi pekerti luhur melalui kearifan lokal yang dimiliki setiap daerah."

Teori Nilai Sosial Budaya Menurut Koentjaraningrat (2009), nilai sosial budaya merupakan elemen penting dalam membentuk sikap dan perilaku individu. Nilai-nilai ini menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat ditransformasikan melalui pendidikan. Integrasi nilai sosial budaya dalam pendidikan mencakup penghargaan terhadap keberagaman, penguatan solidaritas sosial, dan pembentukan identitas nasional. Dalam praktiknya, nilai sosial budaya seperti gotong royong, toleransi, dan saling menghormati dapat menjadi dasar dalam pembelajaran di sekolah untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis.

Teori Pendidikan Karakter Pendidikan karakter, sebagaimana diuraikan oleh Tilaar (2012), adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika dalam diri peserta didik. Pendidikan karakter tidak hanya berfokus pada pengembangan intelektual, tetapi juga pada penguatan aspek emosional dan spiritual. Nilai sosial budaya dapat menjadi landasan utama dalam pendidikan karakter karena relevansinya dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Lickona (1991) menambahkan bahwa pendidikan karakter harus mencakup tiga elemen utama, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (rasa atau emosi moral), dan moral action (tindakan moral), yang semuanya dapat diperkuat melalui integrasi nilai sosial budaya.

Teori Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah pendekatan yang menekankan relevansi materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Teori ini relevan dalam pendidikan berbasis nilai sosial budaya, karena peserta didik diajak untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai budaya dalam konteks kehidupan sehari-hari. Menurut Johnson (2002), "pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghubungkan siswa dengan lingkungan sosial dan budaya mereka."

Teori Multikulturalisme dalam Pendidikan Banks (2006) menjelaskan bahwa pendidikan multikultural bertujuan untuk menciptakan pemahaman dan penghargaan terhadap keragaman budaya. Dalam konteks Indonesia, pendidikan multikultural dapat mendukung integrasi nilai sosial budaya dengan memperkenalkan peserta didik pada kekayaan budaya lokal dan nasional. Hal ini dapat memperkuat identitas nasional dan mengurangi potensi konflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya.

Kajian teori ini memberikan landasan konseptual untuk memahami bagaimana nilai sosial budaya dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan yang berkarakter. Dengan mengacu pada berbagai teori ini, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pendekatan holistik yang dapat mendukung pembentukan karakter peserta didik secara komprehensif. Berdasarkan tinjauan teori, pendidikan berbasis nilai sosial budaya adalah pendekatan strategis yang mampu membentuk karakter peserta didik melalui integrasi nilai-nilai lokal dalam pembelajaran. Teori pendidikan berbasis budaya menekankan pentingnya harmoni antara nilai lokal dan global, sedangkan teori nilai sosial budaya memberikan landasan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan karakter dan pembelajaran kontekstual semakin memperkuat pentingnya relevansi pendidikan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan multikultural memberikan wawasan penting tentang bagaimana menghargai keberagaman budaya dalam membentuk identitas nasional yang kuat. Secara keseluruhan, teori-teori ini menegaskan bahwa integrasi nilai sosial budaya dalam sistem pendidikan dapat menciptakan generasi yang tidak hanya unggul secara intelektual tetapi juga memiliki moral dan etika yang kokoh.

  • Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Pendekatan kualitatif dipilih karena sesuai untuk mengeksplorasi fenomena kompleks terkait integrasi nilai sosial budaya dalam sistem pendidikan. Studi kasus memberikan kesempatan untuk mendalami konteks tertentu secara mendalam, sehingga hasil penelitian dapat memberikan wawasan yang kaya tentang implementasi nilai sosial budaya di berbagai institusi pendidikan.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tiga metode utama: wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen. Wawancara mendalam dilakukan dengan guru, siswa, dan pengambil kebijakan di bidang pendidikan untuk mendapatkan perspektif yang beragam mengenai peran nilai sosial budaya. Observasi partisipatif digunakan untuk mengamati secara langsung bagaimana nilai-nilai sosial budaya diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Analisis dokumen mencakup kajian terhadap kurikulum, modul pembelajaran, dan kebijakan pendidikan yang relevan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tematik. Proses ini melibatkan pengelompokan data berdasarkan tema-tema yang muncul selama penelitian, seperti nilai-nilai sosial budaya yang dominan, tantangan dalam implementasi, dan strategi yang efektif. Setiap tema dianalisis untuk mengidentifikasi pola-pola dan hubungan yang relevan dengan tujuan penelitian.

Keabsahan data dijamin melalui triangulasi metode, yaitu membandingkan temuan dari wawancara, observasi, dan analisis dokumen untuk memastikan konsistensi dan validitas data. Selain itu, peneliti juga melakukan member checking dengan responden untuk memastikan bahwa interpretasi data sesuai dengan realitas yang mereka alami.

Subjek penelitian dipilih secara purposive, yaitu berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian. Subjek meliputi sekolah yang telah menerapkan nilai sosial budaya dalam kurikulumnya, serta para pendidik dan siswa yang aktif dalam proses pembelajaran berbasis budaya. Pemilihan ini bertujuan untuk mendapatkan data yang relevan dan mendalam.

Penelitian ini memiliki keterbatasan, seperti fokus pada institusi pendidikan tertentu yang mungkin tidak sepenuhnya merepresentasikan konteks yang lebih luas. Namun, hasil penelitian ini tetap memberikan wawasan penting yang dapat menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan pendidikan di masa depan.

  • Hasil dan Pembahasan

Integrasi Nilai Sosial Budaya dalam Kurikulum dan Proses Pembelajaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai sosial budaya, seperti gotong royong, toleransi, dan saling menghormati, telah diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan di berbagai jenjang. Kurikulum tidak hanya mencakup materi akademik, tetapi juga kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis budaya lokal, seperti seni tradisional dan upacara adat. Dalam praktiknya, guru menerapkan pembelajaran berbasis konteks dengan menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sebagai contoh, mata pelajaran IPS digunakan untuk mengajarkan sejarah budaya lokal, sedangkan pelajaran bahasa Indonesia memanfaatkan cerita rakyat sebagai bahan pembelajaran. Pendekatan ini berhasil meningkatkan pemahaman siswa terhadap pentingnya melestarikan budaya. Namun, ditemukan tantangan seperti kurangnya panduan atau buku teks yang relevan dengan konteks budaya lokal, sehingga sebagian guru masih kesulitan dalam mengintegrasikan nilai-nilai ini secara konsisten.

Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Pembentukan Karakter Siswa
Lingkungan sekolah yang inklusif dan berbasis nilai sosial budaya memberikan kontribusi signifikan dalam pembentukan karakter siswa. Sekolah yang menerapkan kebiasaan harian, seperti apel pagi dengan menyanyikan lagu daerah, atau memperingati hari budaya, menciptakan suasana yang mendukung pembelajaran berbasis budaya. Guru juga memainkan peran penting dengan memberikan contoh langsung dalam sikap dan perilaku sehari-hari, seperti menghormati keberagaman dan mempraktikkan gotong royong. Temuan penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar dalam lingkungan seperti ini cenderung memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap budaya dan perbedaan individu. Namun, kendala seperti keterbatasan fasilitas dan waktu sering kali menghambat optimalisasi program-program berbasis budaya, sehingga diperlukan dukungan lebih dari pihak pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang ideal.

Dampak Positif dan Rekomendasi Strategis untuk Pengembangan Pendidikan Berbasis Budaya
Penerapan nilai sosial budaya dalam pendidikan memiliki dampak positif yang nyata terhadap karakter siswa. Siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis budaya menunjukkan peningkatan dalam sikap toleransi, kerja sama, dan tanggung jawab sosial. Selain itu, integrasi nilai budaya ini juga memperkuat rasa kebanggaan siswa terhadap identitas nasional, yang terlihat dari antusiasme mereka dalam kegiatan budaya di sekolah, seperti lomba seni daerah dan pameran budaya. Berdasarkan temuan ini, penelitian merekomendasikan pengembangan pelatihan guru secara berkala untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan mereka dalam mengimplementasikan nilai sosial budaya dalam pembelajaran. Selain itu, diperlukan kolaborasi antara sekolah, pemerintah, dan komunitas lokal untuk memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai, seperti bahan ajar berbasis budaya dan kegiatan yang mendukung pengayaan nilai-nilai tersebut dalam pendidikan.Kesimpulan

  • KESIMPULAN 

Hasil penelitian ini menegaskan bahwa integrasi nilai sosial budaya dalam sistem pendidikan merupakan langkah strategis untuk membentuk karakter generasi muda yang berakar pada identitas bangsa. Nilai-nilai seperti gotong royong, toleransi, dan penghormatan terhadap keberagaman telah berhasil diintegrasikan ke dalam kurikulum dan praktik pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dan kegiatan berbasis budaya. Proses ini tidak hanya memperkuat kemampuan intelektual siswa, tetapi juga menanamkan moral dan etika yang sesuai dengan kearifan lokal. Kajian teori menunjukkan bahwa pendidikan berbasis budaya memiliki landasan konseptual yang kuat, termasuk teori Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya harmoni budaya dalam pendidikan, teori pendidikan karakter, dan pendekatan multikulturalisme. Dengan demikian, sistem pendidikan yang mengadopsi nilai sosial budaya tidak hanya menghasilkan individu yang kompeten secara akademis tetapi juga bermoral dan memiliki rasa cinta terhadap budaya bangsa.

Meskipun integrasi nilai sosial budaya telah memberikan dampak positif, penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan, seperti keterbatasan sumber daya dan resistensi terhadap perubahan. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kolaborasi antara sekolah, pemerintah, dan komunitas lokal dalam menyediakan bahan ajar yang relevan, pelatihan guru, serta pengembangan kebijakan pendidikan yang mendukung keberlanjutan program berbasis budaya. Penelitian ini memberikan rekomendasi strategis untuk memperkuat peran nilai sosial budaya dalam pendidikan, termasuk memperluas akses terhadap sumber daya pendidikan berbasis budaya dan meningkatkan kesadaran semua pihak akan pentingnya pelestarian nilai-nilai tersebut. Dengan upaya yang konsisten, sistem pendidikan berbasis nilai sosial budaya dapat menjadi fondasi bagi generasi yang tidak hanya unggul secara intelektual tetapi juga berkarakter dan siap menghadapi tantangan global.

Reference

Banks, J. A. (2006). Cultural Diversity and Education: Foundations, Curriculum, and Teaching. Boston: Allyn & Bacon.

Dewantara, K. H. (1967). Pemikiran dan Pendirian dalam Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Tilaar, H. A. R. (2012). Pendidikan Multikultural: Suatu Kerangka Baru untuk Pengajaran dan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Johnson, E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It's Here to Stay. Thousand Oaks: Corwin Press.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2013). Kerangka Kurikulum 2013: Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Thousand Oaks: Sage Publications.

Setiawan, B. (2018). Pendidikan Berbasis Budaya: Strategi Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Deepublish.

Suyanto, S., & Jihad, A. (2013). Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Esensi Erlangga Group.

UNESCO. (2016). Education for People and Planet: Creating Sustainable Futures for All. Paris: UNESCO Publishing.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santrock, J. W. (2010). Educational Psychology. New York: McGraw-Hill Education.

Sutrisno, A. (2015). Multikulturalisme dan Pendidikan Karakter. Bandung: Alfabeta.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun