Mohon tunggu...
Siti Khoiriah Yasin
Siti Khoiriah Yasin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Di atas Langit, masih ada Langit.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Harus Direkayasa

17 Mei 2020   22:40 Diperbarui: 18 Mei 2020   14:29 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Passion adalah sebuah rasa ketertarikan yang besar untuk melakukan sesuatu. Ada kesenangan, antusias, semangat, rela berkorban, dan optimis. Seseorang yang punya minat tertentu, ada kerelaan sepenuh hati atau bahkan terkadang tanpa disadari telah menyita banyak waktu per harinya. 

Meski passion-mu itu adalah bermain game, cari tahu bagaimana passion itu bisa menjadi sebuah manfaat dalam hidup. Contoh, menjadi sebuah mata pencaharian karena bisa membuat sendiri sofware game atau sekedar hobi saja melepas penat setelah bekerja, itu lebih bisa menghemat waktu, uang dan pikiran dibandingkan harus nongkrong ke cafe, berkumpul dengan orang lain yang ternyata hanya memberi toxic.

3. Hindari Media Sosial

Media sosial seperti (Instagram, Path, Twitter, Facebook) adalah platform yang lebih banyak untuk aktualisasi pencitraan diri. Ada dominasi kuat untuk pencitraan tertentu yang diinginkan ego pribadi, seperti ingin dianggap kaya, berparas cantik, ganteng, berpangkat, atau berwenang. 

Meskipun dalam dunia marketing pencitraan itu adalah sesuatu yang sangat penting, terutama untuk sebuah brand produk, bahkan personal branding pun itu perlu sebagai seorang yang berkecimpung di dunia profesionalitas kerja, karena nama baik adalah salah satu indikator untuk menjalin kerjasama. 

Namun sayangnya, yang lebih banyak muncul dipermukaan justru pemanfaatan media sosial tersebut dijadikan sebagai tempat curhat untuk keluh kesah, pamer status sosial, hoax, bullying dan judgemental ke orang lain.

Menutup medsos tidak lantas membuat kita menjadi orang yang terasing, kolot atau kuper. Dengan keluar dari dunia maya yang ter-setting bagus dan buruk karena hanya berdasarkan jari jempol tersebut.

Justru kita telah memilih untuk kembali ke dunia nyata, sehingga menjadikan mental dan pikiran lebih sehat, positif dan produktif. Tidak ada rasa gelisah untuk kepo, tidak ada rasa minder, tidak ada rasa iri dan benci yang tidak berguna kepada orang lain. 

Semua itu tergantikan karena terlalu asyiknya kita menghabiskan waktu dengan beraktifitas di dunia nyata. Contohnya, konektifitas kepada orang lain terasa lebih intens karena fokus semua panca indra dan rasa, mencintai dan menghargai diri sendiri untuk meningkatkan kualitas pribadi, meningkatnya kepekaan sosial untuk membantu sekitarnya karena selalu tumbuh rasa empati.


4. Selalu Bersyukur

Mengapa bersyukur bukan berada di poin pertama? Bukankah bersyukur kepada Tuhan itu harus berada paling awal dalam hal apapun. Benar, untuk bersyukur kepada Tuhan kita wajib menempatkan paling tinggi dan teratas, karena bila kita selalu bersyukur maka Tuhan akan menambahkan nikmat-Nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun