Mohon tunggu...
Khofsah TilawahSafrudin
Khofsah TilawahSafrudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Minat saya terhadap bahasa dan seni menjadi alasan saya untuk belajar menulis dan bebas berekspresi. Membagi cerita melalui karya dan tulisan, selalu mengingatkan saya kembali bahwa hidup untuk meninggalkan jejak di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Ingin Pulang

16 November 2023   11:05 Diperbarui: 16 November 2023   11:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesampainya di rumah, kondisi tubuh Rumi semakin memburuk dan langsung jatuh pingsan. Ibunya yang sedang memasak di dapur tidak menyadari bahwa putrinya sudah kembali dan tergeletak di depan pintu. Satu jam kemudian bang Danu---kakak Rumi---pulang ke rumah bersama mas Wanto, tetangganya. Mereka terkejut melihat Rumi tergeletak pingsan di depan pintu dengan kondisi wajah yang pucat dan dingin. Bang Danu teriak memanggil Ibunya, menggendong Rumi dan meletakkannya di tempat tidur.

"Ada apa ini Danu, kenapa adikmu?" Ibu terlihat khawatir dan panik melihat kondisi anaknya. "Danu engga tahu bu, mas tolong panggil bapak di rumah mu." Danu meminta mas Wanto untuk memanggil bapaknya.

Setibanya bapak di rumah, bau menyan dan bau bangkai menyengat menyelimuti rumah mereka. Rumi terbangun dengan mata merah dan berteriak. Hari menjelang maghrib, bertepatan dengan malam satu Suro. Ramai tetangga berbondong-bondong ke rumah Rumi, termasuk Ajeng dan Ayu. Petang itu ketika Rumi berteriak tanpa henti, Ajeng dan Ayu menceritakan kejadian tadi siang.

"Siluman Buaya Putih." Wanto yang sejak tadi membantu Danu memegangi Rumi yang menggeliat kepanasan di atas tempat tidur tanpa ragu menyebut panggilan itu.

Rumi mengaum disertai teriakan serak meminta kopi hitam. Ibu mengenali suara itu karena dahulu ibu pernah dirasuki oleh buyut yang melindungi keluarga mereka. Dengan segera bapak meminta Danu untuk memanggil orang pintar. Sementara bapak dan Wanto memindahkan Rumi ke ruangan depan sambil dibacakannya doa-doa. Sesaat kemudian Danu kembali bersama Kyai Kertareja.

"Makhluk-makhluk itu berputar-putar di atas atap rumahmu saat ini. Mereka berusaha untuk merasuki tubuh anakmu. Sukma anakmu sudah dibawa oleh mereka. Terikat di suatu tempat." Ucap kyai setiba di ruang keluarga berukuraan 4 x 4 meter itu.

"Gimana Ki? Apakah sukma bisa dibawa kembali?" Tanya Danu kepada Kyai memastikan bahwa adiknya akan kembali.

"Tidak ada yang bisa membawanya kembali, kecuali adikmu sendiri yang menuntunnya pulang." Kyai Kertareja duduk simpuh disisi kanan Rumi sambil memejamkan matanya dan mulai membacakan mantra dan doa-doa.

Danu sang kakak membantu memegangi telapak tangan Rumi dan berbisik ditelinga Rumi memanggil-manggil nama adiknya.

"Rumi, ini abang Danu."

Rumi mengaum semakin kencang dan berteriak meminta tolong dengan mulut berair dan mata  merah. Rumi membalas panggilan abangnya. Dan memulai percakapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun