- Â Paradigm shift
 Â
Dooyeweerd
Pengetahuan dari sisi kekristenan secara "klasik" dinyatakan oleh Herman Dooyeweerd (1894-1977). Ia adalalah seorang Calvinis murid dari Abraham Kuyper dari Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda. Ia memasukkan ide Kosmonomik dengan menekankan kedaulatan dan transendensi Allah. Â Alkitab menyatakan bahwa Allah itu transenden, maka Allah itu transenden, sebagai batasan antara pencipta dan ciptaan.Â
Dooyeweerd membagi pengetahuan dalam lima belas aspek (suite of fifteen aspects) dari hirarki yang terendah terkait aspek aritmetika sampai hirarki yang tertinggi terkait tengan aspek iman. Enam hirarki dari aspek yang terendah masuk dalam elemen dasar yang dimiliki oleh benda-benda, tumbuhan dan hewan, sedangkan sembilan elemen berikutnya masuk dalam esensi yang hanya dimiliki manusia. Terkait dengan subject function dan object function batasan aspek yang ada pada benda yang digunakan oleh subject things dan selanjutnya object function. Gambaran Doyeweerd dalam hubungan pengetahuan dalam lima belas aspek diuraikan dalam kaitan pencipta dan ciptaan dengan sangat jelas.
"Hukum adalah garis batas yang memisahkan Tuhan dari kosmos. Tuhan di atas hukum; segala sesuatu yang lain tunduk pada hukum. Dengan demikian, gagasan hukum tidak dapat dipisahkan dari gagasan tentang sumber hukum dalam kehendak Tuhan yang berdaulat dan gagasan tentang subjek hukum. Hukum dan subjek adalah istilah yang korelatif"
Penutup
Lalu dengan apakah kita meletakan fondasi pengetahuan kita, apakah dasar dari fondasi yang kita letakkan dalam memahami pengetahuan Ketika mengacu pada sekularisasi, sekularisasi ilmu mepengaruhi iman kita dalam keberadaan hidup kita sebagai makluk ciptaan. Hal itu terjadi karena semakin banyak orang Kristen yang menikmati pendidikan ilmiah tidak memiliki gagasan yang jelas tentang hubungan antara pemikiran ilmiah dan agama.Â
Klaim berulang kali dibuat bahwa pada dasarnya sains non-teologis harus sepenuhnya bebas dari kepercayaan pribadi, karena objektivitasnya akan terancam saat ia terikat pada praanggapan apa pun yang berasal dari iman. Ide ini telah diterima tanpa menimbang konsekuensinya dan tanpa bertanya apakah itu dibenarkan baik dari sudut pandang alkitabiah atau kritis, dari sudut pandang ilmiah."Â
Dooyeweerd dalam A New Critique of Theoritical Thought (1969) menggambarkan adanya filsafat Kristen yang harus dikembangkannya karena menurutnya setiap filsafat mempunyai ide dasar transenden yang memberi arah pada teori yang dikembangkannya. Ada ground motive yang transenden yang dikembangkan dalam setiap teori yang dibangunnya. Apakah ground motive kita ketika kita memamahi pengetahuan apakah untuk menjadi berkat dalam mememahami rencana Tuhan dalam kehidupan kita, atau justru sebaliknya menentang keberadaan-Nya melalui ground motive sekuler, bagaimanakah kita?
Referensi