Revolusi Kuhnian membenturkan ilmu pengetahuan modern pada bukti-bukti yang mengarah pada penciptaan berdasarkan alkitabiah.Â
Krisis perolehan ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan seringkali tidak muncul dari dalam disiplin itu sendiri. Ini yang menjadi titik tolak premis Kuhnian agar terjadi pergeseran paradigma.Â
Dalam revolusi pengetahuan masa lalu, para ilmuwan mengakui sendiri bahwa mereka kesulitan dengan paradigma yang mereka bangun, kebimbangan dalam mengembangkan metode yang lebih tepat untk dikembangkan.Â
Tapi dalam pertempuran evolusi dan kreasionisme, serangan itu datang dari luar disiplin ilmu. Konflik dan bentrokan pertempuran tersebut justru datang dari pandangan dunia tentang paradigma yang digunakan. Pola berpikirnya hanya mencoba untuk menumpuk bukti yang meyakinkan suatu teori dalam menunjukkan kekurangan teori lainnya. Inti dari masalah ini adalah menempatkan iman seorang ilmuwan imannya dan tidak bukti obyektif yang dikotribusikan, sehingga tidak pernah terjadi revolusi Kuhnian dari oposisi ini pandangan dunia.
Pertentangan langsung terjadi ketika menjelaskan asal usul teori evolusi, semua ahli geologi modern tidak akan mengabaikan prinsip uniformitarianisme, sebuah mazhab klasik "saat ini adalah kunci untuk masa lalu". Berangkat dari paradigma ini asumsi ribuan tahun lapisan tanah dibangun untuk mendukung evolusi dibangun.Â
Padahal banyak bukti peristiwa alam di masa lalu yang telah membentuk pola lapisan permukaan bumi, termasuk bencana besar air bah Nuh. Namun, para ahli geologi tidak memperhitungkan banjir besar dalam Alkitab sebagai sesuatu hal yang benar, mereka telah mengadopsi label "neocatastrophists," (untuk membedakan diri dari catastrophists yang dianut kebanyakan orang Kristen) dan mereka belum beranjak meninggalkan paradigma dalam waktu sejarah geologi, yang berjalan tanpa bencana.
Falsifiabilitas Popper
Apakah suatu  ilmu pengetahuan bersifat rasional? Ada yang mengarahkan sepanjang metode yang digunakan benar maka bersifat rasional, tidak bergantung pada titik tolak dari paradigma yang digunakan. Namun Karl Popper (1902-1994) "tidak dapat menerima" kesimpulan Hume yang menyatakan tidak ada pembenaran logis untuk klaim pengetahuan ilmiah - bahwa mereka memandangnya sebagai "habits of mind".Â
Karenanya Filsafat Hume mewakili kebangkrutan kewajaran abad kedelapan belas dan penting menemukan apakah ada jawaban pendapat Hume dalam filsafat yang sepenuhnya atau terutama empiris. Jika tidak, tidak ada perbedaan intelektual antara ketidakwajaran.
Lalu Popper tampil dengan prinsip dasar Falsifiabilitas yang menyatakan bahwa pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut.Â
Bila suatu pernyataan ilmiah dinyatakan benar maka akan mengandung konsekuensi suatu kejadian atau fenomena tertentu yang tidak mungkin. suatu standar evaluasi teori-teori yang diduga ilmiah, yang menyatakan bahwa suatu teori benar-benar ilmiah hanya jika pada prinsipnya dimungkinkan untuk membuktikan bahwa teori itu salah. Teori Falsifikasi Popper adalah cabang filsafat ilmu untuk membenarkan apakah hipotesis diterima atau ditolak.