"Inilah salah satu mukjizat Allah," kata suara itu lagi. "Musa diutus untuk membebaskan umatnya dari tirani, dan mukjizat ini adalah bukti kekuasaan Allah yang tak terbatas."
Tiba-tiba, Malik merasakan cahaya terang menyelimuti dirinya. Ia kini berada di sebuah desa kecil. Di sana, seorang pria dengan wajah penuh kelembutan tengah memegang tangan seorang buta.
"Bangkitlah, dan lihatlah dunia," kata pria itu. Seketika, mata si buta terbuka, dan ia menangis bahagia. Orang-orang berseru memuji Allah.
"Itu Isa," bisik suara di hati Malik. "Ia diutus untuk membawa cinta dan penyembuhan, mengingatkan manusia akan kasih sayang Allah."
Malik mendekat. Ia merasakan kehangatan luar biasa dari sosok itu, seolah cinta dan kedamaian memenuhi seluruh udara.
Sekali lagi, Malik merasakan tubuhnya melayang. Kini ia berada di tengah gurun pasir. Di sana, seorang pria dengan wajah bercahaya berdiri, menyampaikan wahyu dengan penuh kebijaksanaan kepada sekelompok orang.
"Itu Muhammad ," kata suara itu. "Ia adalah nabi terakhir, pembawa risalah yang berlaku hingga akhir zaman."
Malik mendengar ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacakan, dan hatinya bergetar. Setiap kata terasa menembus jiwanya, memberikan kedamaian yang belum pernah ia rasakan.
"Risalah ini adalah petunjuk untuk seluruh manusia, termasuk dirimu," bisik suara itu.
Saat perjalanan itu berakhir, Malik mendapati dirinya kembali di lembah. Namun, hatinya telah berubah. Ia kini memahami kebesaran Allah dan pentingnya iman kepada para rasul.
Ia menatap langit dengan air mata mengalir. "Ya Allah, terima kasih telah menunjukkan kebesaran-Mu. Aku berjanji akan menjadi hamba yang lebih baik."